Chapter 5 - Monster Kecil Merepotkan [REVISI]

Aster POV

Kami mulai melanjutkan perjalanan setelah beristirahat sejenak. Aku mematikan api yang kubuat untuk menjadi penerang kami. Aku mengambil sebuah dahan kayu sebesar lengan ku. Memotong kain yang ku bawa untuk ku jadikan sebuah obor.

"Apa yang kau lakukan?" Suara Eastia membuat ku menghentikan kegiatanku. Aku menengadahkan kepalaku untuk melihat wajahnya.

"Apa kau sedang membuat obor untuk kita?" tanyanya kembali.

Aku mengangguk, "ya, kita memerlukan obor untuk melanjutkan perjalanan kita. Hutan ini sangat gelap-"

Sebelum aku selesai menyelesaikan kata-kata ku, Eastia menjentikkan jarinya.

Tanah tiba-tiba saja bergetar dan sebuah tanaman rambat muncul dari balik tanah. Di bagian ujungnya muncul sebuah bunga raksasa yang bercahaya.

"Kita bisa menggunakan ini" ucap Eastia. Dia memetik bunga bercahaya yang lebih terlihat seperti lentera bunga. Tepat setelah lentera itu terlepas, tanaman itu langsung hancur menjadi sebuah abu.

"A-Apa yang barusan itu?" Aku yakin, Eastia melihat mataku berbinar saking tertariknya.

Gadis itu lalu memasang wajah sombong dengan senyuman yang menyebalkan.

Namun, aku tidak terpengaruh. Karena dia terlihat tidak sedang merendahkan ku.

"Apa kau tahu, sihir yang ku miliki adalah tipe sihir khusus yang dapat mengendalikan tumbuhan? Aku bisa mengendalikan tumbuhan sesukaku. Bagaimana, apa aku keren?"

Eastia mengibaskan rambutnya ke belakang lalu kembali melanjutkan perjalanannya dengan dia yang memimpin.

Tipe sihir khusus aku pernah mendengar kata itu. Setiap penyihir bisa menggunakan sihir elemen. Tapi, tidak semuanya bisa menggunakan sihir khusus.

Namun, sekarang malah kebalikannya. Dulu sihir khusus dianggap istimewa, namun keistimewaan itu tidak lagi berlaku. Karena kebanyakan orang-orang di benua Aquilani memiliki sihir khusus dan penyihir yang bisa mengendalikan sihir elemen perlahan berkurang.

Tapi, ini pertama kalinya aku melihat sihir khusus milik Eastia. Mungkin mendengar kata mengendalikan tumbuhan itu tidak keren. Tapi, percayalah itu bukan sihir yang seperti namanya. Aku yang seorang noob saja bisa merasakan seberapa bahayanya sihir miliknya itu.

"Ada apa?" Suara Eastia berhasil menarik ku kembali ke dunia nyata. Aku melihat ke arahnya yang ternyata sudah sangat jauh dari ku. Aku menggeleng dan segera menyusulnya.

..

"Apa yang terjadi?" Lentera bunga yang dipegang Eastia tiba-tiba kehilangan cahayanya. Aku mendekatinya dan mengeluarkan pedang berkarat yang ku bawa. Berjaga-jaga kalau ada sesuatu yang berbahaya dan menyerang disaat kami lengah.

Sebuah cahaya kecil mendekati ku, semangkin cahaya itu mendekat maka semangkin jelas sosok kecil itu. Itu adalah seekor peri kecil.

Awalnya ku pikir itu adalah seekor kunang-kunang, tapi siapa sangka itu adalah peri kecil dengan sayap berwarna kuning yang indah.

Di kehidupanku sebelumnya, aku pernah membaca artikel tentang mereka yang hidup di hutan. Mereka memiliki telinga kecil yang runcing.

Kebanyakan tingkah mereka begitu usil, tapi mereka juga baik dan suka menolong.

"Wow, aku baru pertama kali melihat peri," ucapku kagum. Berbeda dengan ku yang merasa kagum dengan peri yang menempel di tanganku, Eastia malah memasang wajah waspada dan menepis peri-peri yang mencoba mendekatinya.

"Ada apa dengan mu? Bukankah ini sangat cantik?"

Eastia masih mencoba menepis peri-peri yang mencoba untuk mendekatinya dia berbalik dan menyentil peri yang ada di tanganku.

Tunggu, sebelum Eastia berhasil menyentil peri itu. Peri kecil itu sudah menggigit tanganku dengan gigi kecilnya.

Terasa geli. Mereka memang begitu usil, pikirku.

Plak!

Peri itu terlempar menambrak sesuatu dan kehilangan cahayanya.

"Apa yang kau lakukan?" Aku merasa pusing dan penglihatanku terasa kabur.

"Jangan biarkan monster kecil itu menggigit mu. Jangan sampai tertipu dengan wajah centil mereka," ucap Eastia, dia menarikku dan berlari menjauh dari mereka.

Seakan memahami maksud kami yang ingin melarikan diri, wajah mereka berubah marah dan mengejar kami.

"Apa yang terjadi kalau mereka berhasil menggigitmu?" tanyaku dengan kepala yang pusing, aku sudah mulai kesulitan berlari dan dadaku mulai terasa sesak. Sepertinya aku terkena asma.

...

Eastia POV

Aku menarik tangan Aster, memaksanya untuk berlari menjauhi peri-peri kecil itu.

Daripada menyebut mereka peri, mereka lebih pantas disebut dengan monster. Mereka memang termasuk ke dalam ras peri, tapi mereka berbeda dengan peri-peri lainnya.

"Apa yang terjadi kalau mereka berhasil menggigit mu?"

Aku mengabaikan pertanyaan Aster, menurut ku satu-satunya hal yang sangat penting saat ini adalah melarikan diri.

Aku berasal dari sebuah desa kecil yang berbatasan langsung dengan wilayah misterius. Jadi, aku sudah terbiasa dengan hal aneh yang ku temui karena desa kami sering sekali kedatangan tamu dari daerah misterius. Salah satunya adalah peri-peri kecil itu.

Aku sadar sudah memasuki wilayah mereka saat lentera bungaku kehilangan cahayanya.

Salah satu cara mereka berburu mangsa adalah menghilangkan cahaya apapun dan menarik mangsanya dengan menggunakan cahaya dari sayap mereka.

Mereka akan menggigit dan menyalurkan racun sehingga mangsa mereka akan lumpuh lalu menyantap tubuh mangsanya hingga tersisa tulang belulang. Benar-benar kecil-kecil iblis.

Aku merasa ada yang aneh dengan Aster dan memutuskan untuk berhenti berlari untuk melihat keadaannya.

Aku tidak bisa menggunakan sihirku saat ini, karena itu tidak berpengaruh kepada mereka. Jika saja ada Zora dan Nana di sini, aku mungkin tidak akan merasa kesulitan seperti ini.

Aku menangkup wajah Aster, berapa lama pun aku memperhatikan wajahnya tetap saja aku yang ku lihat hanyalah warna hitam. Ck, kenapa lentera ku malah mati disaat seperti ini?

"Hey, apa kau baik-baik saja?" Aku menggoyangkan tubuh Aster dengan kencang.

Masa bodoh dia akan pusing atau apapun, sejak tadi dia terlihat aneh karena terus diam dan larinya juga melambat.

Aku menengok ke belakang, cahaya terang yang tak lain adalah peri-peri kecil itu hampir menemukan kami.

Ada yang aneh, aku yakin mereka tergolong peri yang terbang dengan lambat tapi, mereka berhasil menemukan kami begitu cepat. Apakah ada mutasi pada mereka? Atau...

Aku kembali menoleh ke Aster. Tidak, dia pasti sudah keracunan.

...

Author POV

Eastia masih berusaha untuk berlari, tapi itu semua akan sia-sia karena mereka akan dengan mudah menemukannya dengan mencium bau racun yang sudah menyebar dalam tubuh Aster.

Dia memiliki 2 pilihan sekarang, pilihan pertama adalah dengan meninggalkan Aster lalu melarikan diri dan melawan mereka.

Eastia melepaskan Aster dan membaringkannya ke tanah, dia lalu berdiri di depan peri-peri itu.

Meskipun dia tidak yakin bisa menang, tapi setidaknya dia bisa berusaha. Semoga kakeknya menemukan tulang belulangnya dan membuatnya pemakaman yang layak.

Peri-peri kecil yang baru saja tiba langsung menyerang Eastia. Sebelum mereka mendekatinya, tiba-tiba saja tumbuhan pemakan serangga muncul mengelilingi tubuh Eastia dan memakan peri-peri itu seperti seekor lalat.

...

Cahaya terang yang menyilaukan mata memaksa Aster untuk membuka matanya. Sepasang netra berwarna merah itu memancarkan sebuah kebingungan.

Dimana dia?

Aster bangun dan melihat ke sekeliling, hanya ada padang rumput sejauh mata memandang. Fokusnya lalu teralih kepada seorang gadis yang tengah berbaring tidak jauh darinya. Itu Eastia.

Terpopuler

Comments

PEROA

PEROA

ngerii... tumbuhannya raksasa

2022-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!