Evil forest, sesuai dengan namanya. Itu adalah sebuah hutan yang begitu menakutkan. Banyak monster sihir yang berada di dalam sana. Salah satu hutan terlarang untuk dimasuki dari 4 hutan lainnya di benua Aquilani.
Aster menghentikan langkahnya. Matanya merah itu menatap pohon-pohon besar itu. Hutan itu memiliki aura yang menakutkan dari hutan-hutan yang sudah dia lewati dalam perjalanan ke sini. Semangkin Aster melangkah ke dalam, semangkin gelap tempat itu.
"Aster, berjalanlah ke arah barat. Mungkin saja, inti hutan ada di sana," ucap Blacky dari dalam kepala Aster.
Aster yang mendengar kata 'Mungkin' merasa begitu kesal kepada Blacky.
Bagaimana tidak?
Aster datang kemari tanpa persiapan apapun. Saat ini dia adalah tidak bisa dikatakan sebagai seorang penyihir dengan Rank rendah.
Aster hanya bisa menggunakan sihir untuk menghidupkan api. Untuk Sihir serangan dia bahkan belum belajar sama sekali.
Dia memiliki suatu masalah dengan huruf dan tulisan mantra di dunia ini. Karena itulah, sampai umurnya 8 tahun dia sama sekali belum bisa menggunakan sihir level rendah yang bahkan anak berusia 5 tahun sudah begitu mahir.
"Mungkin? Apa maksudnya dengan kata mungkin? Hey, kau yang menyuruhku untuk datang ke tempat seperti ini.... Kata mungkin itu bisa saja mengambil nyawaku," teriak Aster.
"Bukankah kau ingin menjadi kuat? Dengarkan saja aku, maka aku akan membuat mu menjadi yang terkuat."
Aster tidak membalas ucapan Blacky. Dia memilih untuk diam dan kembali melanjutkan perjalanannya ke arah barat.
...
Dalam perjalanannya, Aster merasa sedikit aneh. Bagaimana bisa perjalanannya begitu mulus, tanpa ada monster sihir yang menyerangnya.
"Apa yang terjadi? Kenapa aku sama sekali tidak bertemu dengan monster?"
"Bukankah itu bagus?"
"Tapi... ini aneh?" Aster menumpuk kayu yang dia kumpulkan lalu mengerahkan mananya pada telapak tangannya.
Mana adalah bentuk energi yang ada di alam dan di dalam manusia. Ini adalah sumber dari semua mantra sihir.
Mana adalah aspek penting dari setiap penyihir yang pernah hidup karena itu adalah sumber mereka kekuatan sihir, yang digunakan untuk mengaktifkan berbagai mantra sihir. Energi ini secara alami ada dan mengalir di lingkungan dan di dalam setiap makhluk hidup.
Karena ini, sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap orang dapat menggunakan sihir sampai batas tertentu. Pada saat yang sama, orang-orang yang tidak memiliki mana dan tidak dapat menggunakan sihir adalah kejadian yang sangat langka di dunia ini.
Dengan menggunakan mana, seorang penyihir bisa melakukan sihir.
Sebuah cahaya keemasan muncul dan menjadi sebuah api yang membakar kayu-kayu itu.
Benar, ini adalah sihir. Dengan mana yang ada di alam, Aster mampu memerintahkan mereka untuk menjadi api.
Sihir sederhana yang bahkan anak-anak usia 5 tahun dapat melakukannya.
Aster akui dia bukanlah dari dunia ini. Dia selalu kesulitan mengerti dengan huruf-huruf aneh yang ada di buku sihir.
Dia tidak bisa membacanya dan menulisnya kembali. Satu-satunya sihir yang dia ketahui adalah dengan sihir menghidupkan api ini.
Meskipun hanya sihir kecil dan sederhana setidaknya dia bukanlah orang yang tidak bisa menggunakan sihir.
"Bagaimana kau melakukannya?" Blacky tiba-tiba bersuara, dia merasa sesuatu yang dilakukan Aster adalah sesuatu yang luar biasa. Yah, meskipun menurut Aster tidak begitu.
"Aku hanya membayangkan dan memintanya untuk menjadi api. Itu saja." Aster berucap santai, namun itu berhasil membuat mulut Blacky menganga lebar.
Ini bukan pertama kalinya dia melihat Aster melakukan itu. Hanya saja, dulu dia tidak bisa berkomunikasi dengan Aster dan dia hanya bisa menelan pertanyaannya itu.
Kebanyakan kesatria sihir yang dilihatnya, perlu menggunakan mantra atau kalimat sihir untuk menggunakan sihir. Ini berbeda dengan Aster. Mungkinkah dia sudah menemukan seorang yang bisa menjadi penerus tuannya?
"Kenapa mendadak dingin seperti ini?"
Aster mendekap jubah hitam yang dipakainya. Angin berembus kencang, sekarang dia tidak tahu apakah sudah malam hari atau masih siang karena saat ini dia berada di dalam hutan.
Karena pohon-pohon tumbuh lebih subur dan rindang di tempat ini.
"Aster! Bukankah kau sedari tadi bingung kenapa kau tidak menemukan satupun monster?"
"Ya. Ini terasa aneh. Harusnya, mereka sudah menyadari keberadaan ku di dalam hutan ini." Aster mengeratkan jubahnya, angin dari arah barat berembus kencang. Menggoyangkan pohon-pohon raksasa di sekitar Aster. Ini seperti bukan angin biasa, ini lebih seperti....
"Menunduk!"
Aster segera menunduk, dia mengeluarkan pedangnya untuk berjaga-jaga. Angin itu semangkin kecang, bersamaan dengan itu dari arah yang sama monster-monster sihir berlari menuju Aster.
Dia akan remuk. Sungguh, monster-monster itu ukuran mungkin sebesar raksasa yang mengejar timun mas untuk dijadikannya makan malam.
Sayangnya, keadaannya berbeda dengan Aster karena saat ini dia akan menjadi manusia geprek karena diinjak oleh ratusan monster.
"Tidak ku sangka akan sebanyak ini. Aster, ku pinjam tubuhmu."
Mata Aster yang bewarna merah menyala terang. Para monster itu berhenti sebelum mereka menginjak remuk tubuh Aster. Bukan tanpa alasan mereka berhenti di sana. Itu karena aura dan tekanan menakutkan yang di keluarkan tubuh Aster.
"Pergi."
Kata sedingin es itu berhasil membuat ratusan monster itu terpecah. Mereka berlari ke arah dua arah yang berbeda. Setelah mereka pergi, sosok menyeramkan muncul dari arah barat. Monster bersayap dengan wajah yang mirip kadal.
...
Aster POV
Aku terdiam saat sosok menyeramkan itu tiba-tiba muncul dari arah barat. Tepat setelah Blacky mengembalikan tubuhku dan monster-monster itu pergi.
Sayap lebar dengan kepala kadal dan taring yang tajam. Juga mata menyeramkan berwarna merah.
Kalau kau menebak hewan itu adalah seekor naga. Maka kau salah besar.
Tidak ada naga yang berwujud seperti itu, sudah ku katakan bukan. Dunia ini tidak masuk akal, lihat saja kaki untuk hewan itu berdiri. Persis seperti kaki ayam, tidak itu ada ceker ayam.
"Hei, bagaimana bisa kau melarikan diri. Apa kau sepengecut itu?" suara seseorang membuat ku menatap ke arah mata kepala kadal jadi-jadian itu.
Seorang gadis dengan surai putih dan iris mata berwarna lavender berdiri di atas kepala kadal jadi-jadian itu. Mata kami bertemu dan untuk beberapa detik yang kami lakukan hanyalah diam dalam kesunyian.
"Ka-Katasya?" bibirku bergetar mengucapkan nama itu. Tidak, itu bukan dia.
Katasya tidak seberani itu. Tapi, kenapa wajah mereka begitu mirip. Tidak mungkin.
Sorot mata gadis itu terasa dingin, mata berwarna lavender itu berkilau ketika dia menatap ku.
Gadis itu mengalihkan pandangannya, dia mengeluarkan belatinya dan menancapkan belati itu ke mata kadal jadi-jadian itu.
Grawww!!!!!
Teriakkan kadal jadi-jadian itu menggema di hutan. Dia mengepakkan sayapnya dan mulai terbang dengan menggelengkan kepalanya.
Gadis itu mencabut belatinya dan kembali berdiri. Karena kadal itu terus bergerak, gadis itu kehilangan keseimbangannya dan terjatuh.
Aku segera berlari dan merentangkan kedua tangan ku, mencoba menangkap gadis itu.
Hap!
Aku berhasil melakukannya, tapi alih-alih rasa terimakasih yang ku dapatkan. Aku malah mendapatkan sebuah pukulan di wajah ku.
"Kenapa malah begini?" Aku mengelus wajahku yang baru saja mendapatkan salam perkenalan darinya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Gadis itu mulai berbicara setelah beberapa menit berlalu. Yang kami lakukan saat ini adalah menunggu makan malam yang ku buat.
Sebelumnya aku menangkap ikan di sungai untuk makan malam. Aku membalikkan ikan bakar agar tidak hangus.
"Mencari inti hutan." aku menjawabnya tanpa kebohongan.
Entah kenapa, aku merasa tidak perlu berbohong kepadanya.
Mungkin karena wajahnya mirip dengan Katasya, jadi aku merasa tidak nyaman untuk membohonginya.
"Inti hutan? Orang selemahmu mencari inti hutan?"
Aku mengepalkan kedua tangan ku, mendengarkan kata-kata. Memang kenapa kalau aku lemah?
Apakah orang lemah adalah orang yang berdosa dan hina, sehingga aku bisa diperlakukan seperti ini?
"Hais.... Namaku Eastia. Siapa namamu?"
Tangan seputih salju itu terulur di depan ku. Itu adalah tangan gadis itu. Aku menjabat tangannya dan memperkenalkan diriku.
Kami pun mulai saling bercerita tentang satu sama lain. Juga alasan kenapa kami berada di sini.
Dan ada satu hal yang membuatku merasa kalau dia berbeda dengan orang-orang yang selama ini ku kenal.
Dia gadis yang berbeda, dia sama sekali tidak peduli tentang pandangan orang lain terhadapnya dan jujur, lidahnya cukup pedas.
...~To Be Continued~...
Ngawur?
Um, bingung mau nulis gimana. Jangan lupa tinggalkan jejak 🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Iroshiki
daging manusia geprek...
2022-06-24
1
Iroshiki
haha.. buto ijo
2022-06-24
1
PEROA
ceritanya punya alur yg runut. nice story!
2022-06-05
0