Dania mengetuk pintu kamar Gilang beberapa kali. "Sayang, buka pintunya dong!" panggil Dania. Namun tidak sama sekali tidak ada respon dari Gilang. Akhirnya, Dania memberanikan diri untuk membuka pintu kamar yang ternyata tidak terkunci dari dalam.
Kemudian, Dania masuk dan melihat ranjang yang sudah kosong. Terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi, pertanda kalau pria yang ingin ditemuinya itu sedang mandi.
Seulas senyuman penuh makna langsung terbit menghiasi bibirnya. Wanita itu seketika membayangkan kalau seandainya dia sudah menjadi istri Gilang, pria yang sudah dicintainya sejak dia mengenal yang namanya cinta.
Dania melangkah ke arah lemari dan mengeluarkan kemeja dan celana Gilang. Kemudian, wanita itupun meletakkan pakaian yang sudah dia pilih itu ke atas ranjang.
"Ihh, aku sudah tidak sabar untuk menikah dengan Gilang. Aku pasti dengan senang hati, melayaninya dan menyiapkan semua keperluannya nanti," bisik Dania pada dirinya sendiri, tersenyum bahagia membayangkan kehidupannya nanti setelah menikah dengan Gilang, sampai dia tidak menyadari kalau pria yang sedang dibayangkannya itu sudah keluar dari kamar mandi, dan berdiri di dekatnya.
"Hei, ngapain kamu ada di kamarku?" bentak Gilang, merasa tidak suka melihat kehadiran Dania.
Dania terjengkit kaget, mendengar suara Gilang yang tinggi. Namun rasa kagetnya hanya bertahan untuk beberapa saat. Detik berikutnya, wanita itu langsung tersenyum dan terpukau melihat tubuh Gilang yang memang hanya berbalut seutas handuk di pinggangnya.
"Kamu sudah selesai mandi ya, Sayang?" bukannya merasa tersinggung dengan nada bicara Gilang, Dania justru balik bertanya dengan nada yang sangat lembut.
"Jangan mengalihkan pembicaraan! aku bertanya, kenapa kamu ada di kamarku?" Nafa bicara Gilang terdengar sangat dingin dan tidak bersahabat.
"Apa salah aku masuk ke dalam kamar calon suamiku sendiri? toh nantinya kamar ini akan menjadi kamarku juga kan?" jawab Dania santai. Gadis itu memang sudah kebal dengan sikap Gilang yang tidak pernah lembut padanya.
Gilang terdiam tidak menyangkal ucapan wanita yang memang sudah menjadi tunangannya sejak masih kuliah dulu.
"Aku ke sini, karena tante Jelita bilang, kalau kamu masih belum bangun. Jadi aku berniat untuk membangunkan kamu. Eh, ternyata kamu sudah bangun, dan sedang mandi. Sebagai calon istri yang baik, jadinya aku berinisiatif untuk menyiapkan pakaian kerjamu, sekalian latihan kalau kita nanti sudah jadi suami istri, " lanjut Dania lagi tanpa menanggalkan senyum dari bibirnya.
"Kamu tidak perlu melakukan itu, karena aku bisa melakukannya sendiri. Sekarang, tolong keluar dari sini!" cetus Gilang dengan raut wajah datar.
Dania menghela napasnya dengan berat, melihat sikap Gilang yang tidak pernah hangat padanya. Dengan berat hati, akhirnya Dania memutuskan untuk melakukan perintah Gilang. Wanita itu, berbalik dan mengayunkan kakinya melangkah ke luar.
"Oh ya, mulai sekarang kamu jangan sembarangan masuk ke dalam kamarku. Aku benar-benar tidak nyaman," celetuk Gilang, sebelum Dania mencapai pintu.
Dania memutar tubuhnya, berbalik menatap Gilang. Lagi-lagi wanita itu menghela napasnya, melihat Gilang yang sedikitpun tidak melihat ke arahnya.Bahkan pria itu, melangkah ke arah lemari dan mengeluarkan pakaiannya sendiri. Itu berarti, pakaian Yang sudah disiapkannya tadi,tidak akan dipakai oleh pria itu.
"Sampai kapan sih sikap kamu, berubah hangat padaku?" Dania bermonolog di dalam hatinya sendiri.
"Tapi, sampai kapanpun aku tidak akan menyerah," batin Dania kembali sembari melangkahkan kakinya keluar dari kamar Gilang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kenapa dengan wajah kamu? kok ditekuk begitu? Gilang memarahi kamu lagi?" Reyna langsung memberondong Dania dengan pertanyaan yang beruntun.
"Bukan urusanmu!" jawab Dania, ketus.
Reyna mengrenyitkan keningnya, melihat Dania yang berbicara ketus padanya. Kemudian wanita itu menghela napasnya dan mengangkat bahunya, memutuskan untuk tidak bertanya lagi.
"Kamu pasti suka kan kalau aku dimarahi sama Gilang?" celetuk Dania tiba-tiba, hingga membuat Reyna terkesiap kaget.
"Kenapa kamu mengatakan hal seperti itu? kamu kesambet setan apaan tadi?" tanya Reyna masih berusaha untuk menahan diri agar tidak marah.
"Huh, kamu jangan pura-pura deh! aku tahu kamu pasti suka kalau Gilang bersikap kasar padaku. Kamu kan juga suka dia," tukas Dania. dengan nada sinis.
Reyna menarik napas dalam-dalam dan membuangnya kembali ke udara.
"Kamu jangan asal tuduh! kalau aku mau, dari dulu yang bertunangan dengan Gilang itu bukan kamu, tapi aku. Bahkan mungkin, kami sudah menikah sekarang. Kamu tahu sendiri kan kalau dulu aku dan Gilang saling suka? tapi, aku rela mengalah demi kamu, jadi kenapa kamu masih saja merasa kalau aku sedang bersaing dengan kamu?" ujar Reyna dengan nada yang sangat kesal. Wanita itu benar-benar bingung dengan sikap Dania yang masih saja curiga padanya.
Ya, rasa cinta yang dimiliki oleh Reyna pada Gilang memang masih belum sepenuhnya hilang dari hatinya, walaupun sudah bertahun-tahun mereka berdua putus. Namun, Reyna benar-benar sudah mengikhlaskan Gilang untuk Dania.
Dania bergeming, tidak bisa berkata-kata lagi. Karena memang yang dikatakan oleh Reyna benar adanya.
"Maaf! aku benar-benar kalut sekarang. Aku bingung bagaimana caranya lagi, membuat Gilang bisa melihatku dan mencintaiku. Apalagi sekarang, aku semakin khawatir, begitu tahu kalau ada pembantu baru di sini. Mana pembantu barunya masih muda dan cantik lagi," tutur Dania mengungkapkan kekalutannya.
"Itulah kamu. Kamu itu selalu berpikir berlebihan dan su'udjon dengan orang lain. Saking takutnya kehilangan Gilang, kamu sampai tidak bisa berpikir rasional sehingga selalu curiga pada orang. Asal kamu tahu, sikap kamu seperti ini, jelas-jelas akan membuat Gilang tidak nyaman. Jadi, please hilangkan sikap kamu yang seperti itu!" ucap Reyna, memberikan nasehat.
"Tidak bisa! aku di sini hanya menjaga hubunganku dengan Gilang. Jadi, bagaimanapun caranya aku harus ekstra hati-hati pada wanita manapun,"
"Termasuk aku?" tebak Reyna.
"Ya, termasuk kamu. Kadang yang mau menusuk kita dari belakang, justru orang terdekat kita. Aku tahu,kalau kamu sudah mengikhlaskan Gilang untukku, tapi tidak tertutup kemungkinan kan kalau suatu saat kamu berubah pikiran dan berusaha untuk mendapatkan Gilang kembali," ucap Dania.
"Kamu gila! kamu keterlaluan kalau berpikiran seperti itu," Reyna menggeleng-gelengkan kepalanya.Wanita itu benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Dania. Dunia wanita itu hanya seputar Gilang, Gilang dan Gilang sampai-sampai tidak bisa berpikir jernih.
"Aku tidak gila! hati orang kan berubah-ubah. Selama kamu belum punya pasangan, tentu saja aku pantas masih waspada padamu,"
"Terserah kamu deh! aku capek dengan sikapmu. Ingat, kalau kamu masih seperti ini, jangan salahkan aku, kalau aku benar-benar punya niat untuk menjalin hubungan lagi dengan Gilang," ancam Reyna, yang kali ini benar-benar kesal dengan Dania.
"Kalau kamu melakukannya, kamu tidak akan bisa melihatku lagi di dunia ini," balas Dania dengan tatapan yang menyiratkan keseriusan.
Reyna tercenung, diam seribu bahasa.
Tbc
Mohon dukungannya ya Guys. Thank you 🙏🏻😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
diksiblowing
enak banget jd danis. direbutkan cewek
2022-04-23
2
Ratih Tupperware Denpasar
kok bs dsnia bertunangan ama gilang tapi gilangnya ketus banget ama dia? dipaksa kali ya?
2022-03-28
0
Irma Herawati
itu licik nmnya dania..bsnya ngancam bunuh diri.. itu obsesi bkn cinta 🤦🤦
2022-03-25
0