Mentari kini terlihat mulai muncul di cakrawala, tapi masih terkesan malu-malu untuk menampakkan sinarnya. Namun, Cahaya yang memang sudah terbiasa bangun pagi-pagi, tampak sudah semangat berkutat dengan kompor, panci dan wajan di dapur.
Wajah wanita itu tampak berbinar saat memasak sarapan pagi untuk majikannya.
"Wah,wangi sekali,Nak Cahaya. Kamu sedang masak apa?" Cahaya terjengkit kaget karena tiba-tiba mendengar suara bik Narti yang ternyata sudah berdiri di sampingnya.
"Aduh, Bibi kenapa muncul nggak bilang-bilang? aku benar-benar kaget, Bik." ujar Cahaya sembari mengelus dadanya.
"Maaf, kalau aku sudah mengagetkanmu. Aku kira kamu mendengar tongkatku saat melangkah mendekatimu," ucap bik Narti seraya tertawa kecil.
"Kamu sedang memikirkan apa sih, sampai tidak mendengar suara tongkatku? kamu sedang menghayal ya?" sambung bik Narti kembali.
"Sebenarnya aku tidak sedang memikirkan apa-apa, Bik. Aku cuma terlalu fokus memasak," sahut Cahaya jujur. Karena memang dirinya sedang tidak memikirkan apa-apa.
"Oh seperti itu?" bik Narti mengangguk- anggukan kepalanya.
"Iya, Bik."
"Emm, apa ada yang bisa bibi bantu?" bik Narti menawarkan diri.
"Sepertinya tidak perlu, Bik. Ini semua sudah mau selesai. Bibi duduk saja ya," Cahaya menuntun bik Narti, membantu wanita itu duduk di kursi. Kemudian wanita itu melanjutkan pekerjaannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Meja makan kini sudah dipenuhi dengan keluarga Maheswara kecuali Gilang yang sama sekali belum muncul.
" Bu Jelita, sepertinya den Gilang belum ada tanda-tanda akan turun. Apa perlu aku meminta tolong pada Cahaya untuk memanggilnya?" tanya bik Narti yang sudah duduk bersama dengan keluarga Maheswara.
"Tidak perlu, Bik. Tadi malam Gilang pulang sudah sangat larut. Sepertinya dia masih tidur karena terlalu lelah. Kalau kamu meminta Cahaya untuk memanggilnya, bisa-bisa nanti Gilang jadi murka dan membentak Cahaya," ujar Jelita sembari menyendokkan makanan ke dalam piring Gavin suaminya.
"Oh, seperti itu ya?"
"Iya, Bik. Biarkan saja nanti Gilang sarapan sendiri,"
Bik Narti menganggukkan kepalanya. Kemudian wanita itu pun mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
Di saat sedang fokus makan, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita mengucapkan salam. Dari suaranya, bisa ditebak kalau yang datang adalah Dania, putri dari Denis dan Bella yang merupakan sahabat Gavin. Dania adalah tunangan Gavin yang berarti calon menantu Gavin dan Jelita.
"Selamat pagi, Oma, Opa, Om, Tante dan calon adik iparku yang cantik!" sapa Dania dengan nada yang riang.
"Pagi, Sayang!" sahut Jelita sembari menyelipkan senyuman di bibirnya. Sementara itu, yang lainnya hanya diam tidak membalas sapaan Dania. Khususnya Grizelle yang memang tidak menyukai Dania.
"Pagi-pagi sudah muncul, membuat moodku jelek," gumam Grizelle dengan raut wajah yang masam.
"Grizel, jaga bicaramu! kamu benar-benar tidak sopan seperti itu," tegur Jelita sembari mendelik ke arah putrinya itu.
"Tidak apa-apa, Tan. Aku sudah biasa dengan sikapnya," ucap Dania dengan senyuman di bibirnya. Tampak jelas kalau senyumnya itu sangat terpaksa.
"Walaupun sudah biasa, tapi sikapnya itu tidak boleh dibenarkan, Dania." ucap Jelita dengan lembut.
Grizelle terlihat mendengus merasa kesal dengan Dania yang selalu cari muka di depan kedua orang tuanya.
"Aku mendadak kenyang, aku mau ke kamar dulu," Grizelle berdiri dari kursinya dan langsung melangkah pergi meninggalkan ruangan itu. Sebelum benar-benar keluar, gadis itu masih sempat menarik sudut matanya, melirik sinis ke arah Dania.
"Entah kenapa, sikapnya sangat jauh berbeda dengan tante Bella," batin Grizelle.
"Jangan diambil hati ya sikap Grizel tadi." ucap Jelita yang merasa tidak enak pada Dania.
"Santai aja, Tan. Aku sudah paham dan sudah kebal dengan sikapnya," ucap Dania sembari mendaratkan tubuhnya duduk di kursi bekas Grizelle tadi.
"Kamu datang sendiri, Dania?" tanya Jelita mengalihkan pembicaraan.
"Berdua sama Reyna, Tan," sahut Dania lugas.
"Reyna? tapi kemana dia? kenapa belum muncul?" tanya Melinda dengan sangat antusias. Raut wajahnya benar-benar berbinar saat mendengar nama Reyna, putri dari Reynaldi sahabat Gavin dan Nayla sahabat Jelita. Reyna yang dulunya sangat diinginkan menjadi istri Gilang. Namun, karena suatu hal, justru Gilang bertunangan dengan Dania
Dania tersenyum kecut, melihat reaksi Melinda, mendengar kedatangan Reyna. Hal yang tidak pernah dia lihat dari Omanya Gilang, bila dia datang berkunjung ke rumah ini.
"Dia tadi masih ada di depan, Oma. Dia sedang menelepon tadi," sahut Dania dengan nada yang lirih.
"Selamat pagi, semua!" tiba-tiba orang yang sedang dibicarakan muncul dan seperti biasa selalu menyapa dengan wajah riangnya.
"Selamat pagi juga, cucuku," Melinda membalas sapaan Reyna dengan wajah yang sama riangnya dengan wajah Reyna.
"Aduh, Oma! makin tua makin cantik aja," ucap Reyna sembari memeluk Melinda dari belakang dan mencium pipi Melinda yang terlihat sudah keriput.
Melihat interaksi keduanya, yang lainnya hanya bisa tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala. Hanya Dania yang merasa jengah dan kesal melihat hal itu, tapi dia berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa kesalnya itu.
"Gilang dimana, Tan? kenapa dia tidak ikut sarapan?" tanya Dania sembari mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan pria yang sangat dicintainya itu.
"Dia belum turun dari tadi. Dia pulang larut malam tadi malam, karena ada urusan yang sangat penting. Sepertinya dia masih tidur karena kelelahan," jawab Jelita.
"Emm, begitu ya?" Jelita menganggukkan kepalanya, mengiyakan.
"Kalau begitu, sebaiknya aku ke atas dulu. Aku akan membangunkannya," ujar Dania sembari berdiri dari tempat duduknya.
"Sebaiknya jangan, Dania. Nanti Gilang bisa marah sama kamu," ucap Jelita, berusaha mencegah Dania untuk masuk ke kamar Gilang. Wanita setengah baya itu khawatir dengan Dania yang ia yakin pasti akan mendapat amarah dari Gilang , jika dengan lancang masuk ke dalam kamar putranya itu.
"Tidak apa-apa, Tan. Mulai sekarang sepertinya aku harus latihan untuk menjadi istri yang baik dengan membantu menyiapkan pakaian yang akan dipakai oleh Gilang," ucap Dania penuh percaya diri dan ekor mata yang melirik ke arah Reyna. Dania seperti ingin menekankan kalau Gilang adalah calon suaminya. Sementara itu yang dilirik terlihat cuek sembari makan dari piring Melinda. Hal itu sontak membuat Dania semakin merasa kesal.
"Terserah kamu deh! tapi nanti kalau Gilang marah, Tante tidak tanggung jawab ya,". pungkas Jelita akhirnya mengizinkan. Dia tahu kalau Dania benar-benar keras kepala.
"Iya, Tan. Kalau begitu aku ke atas dulu ya, Tan, Om," Gavin sama sekali tidak menjawab. Pria setengah baya itu hanya menganggukkan kepalanya sembari tetap melanjutkan makannya.
Dania mengayunkan kakinya melangkah ke arah pintu. Di saat bersamaan, Cahaya yang baru saja selesai mandi, juga hendak masuk ke dalam ruang makan, sehingga membuat tubuh kedua wanita itu berbenturan.
"Aduh, maaf, maaf, Nona!" ucap Cahaya dengan panik.
Dania tidak menjawab sama sekali. Wanita itu justru menatap Cahaya dengan tatapan yang sukar untuk dibaca. Dania menyusuri tubuh Cahaya dari atas hingga ke bawah.
"Siapa perempuan ini?" batin Dania, yang tiba-tiba merasa was-was, takut kalau Cahaya menyukai Gilang dan demikian juga sebaliknya, melihat kalau wanita yang berdiri di depannya itu memiliki paras yang cantik.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
LES TARI
Tunangan Gavin calon menantu Gavin dan Jelita,,,piye to thoooor
2023-12-17
1
Ratih Tupperware Denpasar
semakin menarik nih
2022-03-28
0
Entin Fatkurina
lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut author
2022-03-24
0