Rama, masih tidak terjaga dari tidurnya. Seakan mimpi itu benar nyata. Seorang menertawakannya karena bibirnya di monyongin.
"Dasar anak pemalas. Pantas saja selama ini tidak pernah pulang ke rumah. nih cium itu es batu."
Rama yang matanya masih terpejam sedikit heran mengapa bibirnya dingin seperti dinginnya es batu.
ibunya menertawakannya.
Dengan pelan Rama mulai membuka matanya dan langsung meloncat turun dari ranjangnya.
"Astaghfirullah ... Ibu! ibu kok tega sekali dengan anak sendiri sih! kalau bibir Rama membeku bagaimana?" pekik Rama memegang bibirnya.
"Makanya jadi anak cowok itu cepat bangun," ujar ibu Rama memukul bahu anaknya.
"Astaga, Rama!" teriak ibunya melihat Rama kembali tidur. "Usai shalat subuh bukannya bangun mala kembali tidur. ibu heran deh. juga, ini nih suka tinggal sendiri biar tidak diomelin sama ibu. Iya kan?" omel ibu Rama lagi.
"Rama kamu itu sudah tua, bahkan seumuran kamu sudah ada yang memiliki anak dan kamu kapan kawinnya, Rama?" lanjut Ibu Rama.
Rama pun akhirnya bangun sambil menatap ibunya yang sedari mengomel. Rama merapikan tempat tidurnya tidak menggubris perkataan ibu paruh baya itu.
Keluarga Rama tinggal Ibunya dan satu kakak perempuannya juga sudah menikah. Ayah Rama sudah lama meninggal semenjak Rama masih kecil.
Rama sebenarnya dari keluarga yang cukup mapan namun untuk menghindari keluarganya dari perjodohan itu Rama memilih tidak pulang kerumahnya.
"Rama, dengar ibu gak sih? Bahkan, nenekmu sudah mendesak ibu. Makanya, ibu sekarang menemui-mu," ucap ibu Rama yang terus mengikuti Rama dari belakang.
"Iya, Ibu. Bawel banget sih," ketus Rama lalu mengambil handuk untuk mandi.
"Tapi, kapan Rama?" desak ibu Rama.
Rama mendorong ibunya untuk keluar dari kamarnya.
"Sekarang ibu keluar dulu. Aku mau mandi," Rama mengusir ibunya keluar dari kamarnya.
Ibu Rama pun keluar dari kamar anaknya dan melihat-lihat isi apartemen putranya itu.
Sebuah pemandangan menarik perhatiannya. Ibu Rama sangat bahagia melihat di atas sofa ada sebuah tas cewek.
Rama keluar dan melihat ibunya membongkar tas milik Syakira.
"Astaga, apa yang ibu lakukan? Jangan dibongkar dan jangan dibuka buku diary itu, ibu!" Rama berlari mencegah ibunya.
"Memang kenapa sih? Ibu cuma mau lihat. Siapa tahu didalam tas cewek kamu itu ada fotonya," ujar ibu Rama menatap putranya.
"Ibu jangan sampai karena tas ini aku tidak kawin-kawin." Rama teringat dengan perkataan Syakira yang menyumpahinya.
"Hei, anda tidak sopan. Jangan coba-coba lanjut membacanya jika tidak, aku akan mendoakan kamu tidak kawin-kawin seumur hidup. Mau?"
Rama bergidik ngeri sendiri mengingat sumpah itu.
"Apa? jadi kamu ada filing untuk kawin?" tanya ibunya merasa sedikit lega
"Ibu saya ini anak cowok. Ya ... adalah ibu." ujar Rama. "Masa sih tidak mau kawin," jelas Rama sambil memasukkan barang-barang milik Syakira pada tempatnya.
"Alhamdulillah ... Ibu pikir kamu tidak mau kawin-kawin," kata ibu Rama melihat putranya.
Ibu Rama mendengar itu sedikit bahagia. namun, kembali murung setelah Rama melanjutkan perkataannya.
"Tapi, belum waktunya, ibu." ucap Rama berdiri dari tempat duduknya.
"Apa?" pekik ibu Rama. "Lalu ini tas siapa?" jangan katakan bukan lagi tas pacar kamu, Rama." Ibu Rama menatap putranya.
"Waduh ... gimana ini? Jika, aku katakan bukan. Yang ada urusannya tambah rumit nih. Maaf ya ... Syakira saya harus berbohong," batin Rama
"Iya. ini tas cewek aku, Ibu." Rama melirik ibunya.
"Lalu, kapan kamu bawa dia ke rumah? semua keluarga kita harus tau," ucap ibu Rama memastikan.
"Aduh ... parah nih emak-emak. Rumit juga urusannya." Rama kembali membatin mencari jawaban yang pas.
"Rama?" tegur ibu Rama.
Belum sempat Rama menjawab, sebuah panggilan dari Syakira masuk di ponsel miliknya yang kebetulan ponsel milik Rama berada tepat didekat ibunya. Ibu Rama melihat nama, 'Syakira memanggil'.
"Oh ... namanya 'Syakira'? biar ibu yang angkat," ucapnya dengan wajah berbinar.
"Ibu jangan!" cegah Rama.
"Sudah, biar ibu yang angkat! kamu, diam disitu!" kata ibu Rama.
"Mampus aku!" batin Rama sambil menepuk jidatnya.
"Halo ... nak Syakira, ya? ini ibunya Rama. Kamu pacar Rama, kan?" ucap ibu Rama tanpa jeda.
"What?
emang itu orang ya ... ngaku lagi sama ibunya aku pacarnya? batin Syakira. kemudian kembali berucap. " Maaf tante tapi saya ...."
"Sudah, jangan malu-malu. Rama sudah kasi tahu saya. Jadi, kapan kalian ke rumah?" tanya ibu Rama dibalik telpon.
"Eh... maaf tante, tapi saya bu ...." ucapan Syakira kembali terpotong.
"Baiklah kalian bicara berdua. Ibu tunggu di rumah," ucap ibu Rama sambil meyerahkan kembali ponsel milik Rama.
Rama menerima ponselnya lalu menjauh dari ibunya. Begitu ponsel itu pas di telinganya suara Syakira sudah menggoroknya.
"Apa maksud anda berkata seperti itu, hah? Jawab!" teriak Syakira.
"Ya ... Maaf aku terpaksa." Rama menutup sebelah telinganya.
"Apa, terpaksa? gila ya ... Astagfirullah ...
Itu namanya, kamu menjual harga diriku. Kenal juga enggak. Enak saja!
asal Anda tahu aku menelpon-mu untuk mengingatkan mengembalikan tasku." ucap Syakira dan memutuskan telponnya dengan salam.
tut.
Rama melihat ponselnya.
"Jadi, bagaimana? kapan kalian akan ke rumah?" tanya ibu Rama.
Rama terdiam. Entah jawaban apa lagi yang harus disampaikan pada ibunya.
*****
Fajri dan Laila saling menatap melihat adiknya pagi-pagi sudah dengan muka cemberutnya setelah menelpon seseorang.
Laila menghampiri Syakira dan mengajak Syakira duduk diluar. "Kenapa muka cantik adiknya kakak cemberut seperti itu?"
Syakira melihat Fajri dari jauh. kemudian, menjelaskan apa yang terjadi. Laila tertawa merasa lucu.
"Jangan kencang tawanya dong kak!" Syakira menutup mulut Laila, kaka iparnya. Janji ya. Jangan bilang pada kak Fajri," ujar Syakira.
"Baiklah kakak janji," kata Laila yang masih tertawa.
Setelah Fajri berlalu menuju kantor, Rama datang mengantarkan tas Syakira. Syakira keluar dengan perasaan yang masih kesal.
Rama turun dari mobil. Seperti layaknya suami istri menunggu suaminya, Syakira berdiri di teras rumah melihat Rama menenteng tasnya.
Rama menyerahkan tas milik Syakira. "Nih, tasmu."
Dan Syakira langsung menyambar tasnya. Tidak lupa memeriksa barangnya satu persatu.
"Tidak ada yang hilang kan? dan mengenai tadi pagi aku minta maaf, tapi aku sangat berterima kasih jika kamu mau membantuku. Dan aku janji aku juga akan membantumu masuk di Universitas itu," sungut Rama.
Dengan tatapan penasaran Syakira angkat bicara, "Dari mana anda tahu hal itu?"
"Sekali lagi aku minta maaf. Tidak sengaja melihat buku diary milikmu dan di sana aku sempat membaca keinginanmu itu," jujur Rama.
"O... jadi, kamu melanjutkan membaca buku diary aku semalam?
Aku akan me...."
"Jangan ucapkan itu. Sumpah, aku tidak membukanya kok. Sudah aku katakan tidak sengaja. buku-mu jatuh, dan terbuka tepat dihalaman itu," ujar Rama.
Syakira ingin rasanya tertawa melihat Rama begitu takut dengan ucapannya.
"Eh ada nak Rama? Fajri barusan pergi, nak," kata ibu.
"Syakira, kenapa nak Rama kau tidak suruh masuk,nak?" lanjut ibu Fatimah.
"Gak usah bu. Dia sudah mau pulang kok."
"Tega benar sih sama aku. Masa diajak masuk minum teh tidak boleh," ujar Rama.
Syakira melototi Rama.
"Tidak usah ibu, terimakasih. Rama pamit."
"Bagus," ucap Syakira.
Syakira yang hendak masuk,
tiba-tiba Rama langsung menghalangi jalannya.
Memohon agar Syakira mau membantunya. Rama pun menceritakan bagaimana kejadian pagi tadi.
Syakira berfikir cukup lama.
"Baiklah. Tapi, ingat ya. Hanya sekali ini."
Rama tampak terlihat bahagia setelah Syakira mau membantunya. Rama pamit pergi ke kantor. Namun, kakinya berhenti setelah Syakira memanggilnya.
"Jam berapa besok saya harus menunggumu. Ingat ya, saya tidak mau jika harus pergi malam dan juga pulang dari sana. Jangan sampai malam," ujar Syakira.
"Baiklah. Besok aku akan menjemputmu tepat jam 09.00. aku pastikan kita pulang sebelum malam," Janji Rama.
"Baiklah," pungkas Syakira.
Rama pun berlalu dan Syakira masuk dalam rumah dan menemukan Laila, kakak iparnya melihat dirinya sambil tersenyum.
"Kakak kenapa?" tanya Syakira dengan heran.
Namun Laila hanya mengeluarkan deham.
"Kakak jangan salah paham. Aku lakukan itu karena terpaksa," sela Syakira.
"Ok. tidak jadi masalah. Lalu, apakah ibu tahu hal ini?" tanya laila.
"Itu sudah yang aku pikirkan kak. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku jujur saja agar ibu tidak salah paham? Lalu, kak Fajri bagaimana, kak?" Syakira bingung.
Laila dan Syakira sama-sama terdiam memikirkan jalan keluarnya. Mereka sama-sama bingung. Akhirnya, Syakira memutuskan untuk jujur saja.
Jangan lupa berikan dukungannya ya.... 😍😍😍🤗🤗🙏🙏🙏🙏
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Amara Agustina
assalamualaikum
maaf ya kak..sedikit masukan.syakira ini kan anak pondok pesantren.tp knp setiap kali berbicara lwt tlpn kog gak mengucapkan salam bahkan lgsg mematikan tlpn.jangan gt donk kak...meskipun ini cm di novel tp klo bisa dikoreksi lg🙏🙏itu aza dr saya semoga berkenan dan maaf jika ada kata yg tdk berkenan dihati kak author.selamat berkarya tetep semangat..dan sukses slalu..wassalamualaikum
2023-03-29
1
Keysa_Bom
aku berikan setangkai bunga mawar kerena hanya itu yang akuh punya
2022-07-13
1
Revad Toufan
lanjut Thor 💪💪💪
2022-06-09
1