Sehari Dua Kali Makan Sama Bos

Semalaman nggak bisa tidur. Pagi belum sarapan. Mau sarapan, nggak ada yang ngajak. Makan siang pun juga terancam nggak bisa, karena nggak bawa dompet. Lengkap sudah derita hari ini. Jadi terpaksa puasa. Syukur-syukur ada yang berbaik hati. Ada yang bawain gorengan atau nasi Padang! Tapi, kalau nggak ada yang bawain sampai lembur sore nanti. Ya sudahlah. Apa hendak dikata. Lumayan. Diet. Tapi, pastinya lapar juga jam 17.00 wib nanti. Oalah..... Nasib!

Bos galak Tuan Robert Airlangga itu, rupanya jadi orang pertama yang ngeliat status aku. Padahal, baru juga aku tulis. Status WhatsApp aku itu, dibaca dia, semenit yang lalu!

Semoga dia berbaik hati mau beliin makanan buat aku. Ngarep tingkat dewa!

Kemarin. Aku nggak mau menyimpan nomor ponselnya. Soalnya, dia suka ganti-ganti nomor ponsel.

Belakangan, aku mulai simpan nomor dia. Takutnya, waktu dia menelepon ke nomor aku, terus nomornya tak terdeteksi sama aku, bisa bahaya. Bisa-bisa aku kena semprot nanti.

*Jam istirahat makan siang.

Tak kusangka, bos galak itu menghampiri aku. Terkejut bukan main, saat kulihat kehadirannya di hadapan aku.

"Kita makan siang. Tinggalkan pekerjaan kamu," katanya sambil berlalu.

Bingung aku. Harus mengiyakan atau menolak. Gara-gara status aku ini.

Padahal dia belum bertanya padaku, apakah aku setuju atau tidak, dengan ajakannya itu.

Kupastikan, aku nggak bakal bisa menolak ajakannya. Nanti, bisa-bisa dituding aku melawan atasan. Padahal, ajakan makan siang itu aku belum memberi jawaban.

*Dreeettttt*

Teleponku bergetar. "Siapa lagi, ini. Nomor tak aku kenal," celetukku.

Kucoba hentikan aktifitasku dan aku menerima panggilan masuk itu.

"Ini aku di parkiran. Cepat aku tunggu!" tanya pria itu dari balik telepon genggamku.

"Maaf ini siapa?" tanyaku penasaran. Karena suaranya nyaris tak bisa kutebak, siapa pria peneleponku itu.

"Sudah. Kemasi saja barang-barang kamu. Aku tunggu di parkiran. Kita makan siang di Kafe Firgous. Cepat. Aku lapar!" perintahnya.

"Hmmmm. Ini si macan Robert Airlangga," kataku dalam hati.

Aku berniat bertanya balik. Eh dia sudah menutup ponselnya.

Dengan perasaan deg-degan tak tentu arah, aku berusaha mengemasi barang-barangku dan pamitan sama Faisal, yang siang itu masih sibuk berkutat dengan laptop kerjanya.

Ya. Kami berdua, rencana lembur di kantor, sampai malam. Faisal juga staf baru. Dia, sama kayak aku, salah seorang yang berhasil lolos tes CPNS.

Malam ini, sudah pukul 20.00 wib. Nanti Mas Arga pasti bakal menunggu-nunggu kepulanganku.

Tapi, aku sudah izin padanya, bilang kalau ada tugas kantor yang secepatnya harus aku selesaikan.

***

"Sudah dimana. Aku tunggu di kafe kemarin," kata bos Robert.

"Saya ada lembur Pak. Di kantor sama Faisal," jawab aku lewat ponsel genggam.

"Tadi kan waktu makan siang kita janjian lagi makan malam di kafe yang sama. Cepat kesini. Besok saja kerja kamu dilanjutkan," perintahnya lagi.

"Seingat aku, dia nggak ada bikin janji sama aku untuk makan malam. Ih dasar bos aneh," gumamku dalam hati.

Awalnya aku sengaja nggak mau membalasnya. Tapi, besok pagi pasti kena semprot sepanjang jalan kenangan, plus dibilang melawan atasan.

"Sudah sampai mana?" tanya dia lagi lewat chat.

Tak aku balas. Karena aku masih dalam perjalanan. Hitungan 15 menit, aku sampai di kafe yang dimaksud bos Robert.

"Kok bisa kamu lembur berdua sama Faisal. Kalian pacaran ya," tanyanya to the point.

Ya ampun. Untung nggak ada asbak di depan aku. Kalau ada asbak, sudah ak lempar mukanya.

Bos satu ini memang suka banget menyulut emosi aku. Sekali lagi, aku celingukan mencari pelayan. Mau minta sendok garpu, buat melempar wajah bos satu ini.

Tak lama ada pelayan datang. Dia menyodorkan buku menu makanan dan minuman.

Rencana, aku nggak mau pesan makanan. Karena sudah merasa kenyang gara-gara dituduh yang nggak jelas, sama bos satu ini.

"Masih kenyang. Minum teh tarik dingin aja," kataku dengan nada malas-malasan.

"Makan. Harus makan. Kamu seharian belum makan," kata bos Robet.

"Nggak Pak. Saya kenyang. Karena tadi sudah makan sama Faisal." kataku sengaja membuat alasan yang bikin dia cemburu.

"Hahahahahaha!" katanya tertawa lepas.

"O kalian pacaran ya, sampai makan bareng." katanya lagi, nyinyir ke aku.

Sumpah aku mau melempar dia dengan ponselku. Karena dari tadi dia terus menuduhku yang nggak- nggak!

"Pak saya boleh pulang dulu ya. Anak saya dari tadi telepon terus," kataku masih sopan.

Tapi, dia tak mengizinkan pulang. Dia mulai emosi. Kata dia, memang sengaja meluangkan waktu untukku malam ini.

Dasar pria ini jago menggombal. Kenapa dia harus mengajak aku?

Perlakuan dia dari kemarin, membuat seribu tanda tanya di benakku. Mengapa dia seolah-olah ingin mendekati aku?

Padahal, dia tahu, aku sudah bersuami.

"Temani saya malam ini. Sebentar saja," katanya sembari menggenggam tanganku.

"Ada yang aneh dengan perasaan ini. Kenapa dia mendekati aku? Padahal juga aku orang baru di kantornya. Dia belum kenal persis, siapa dan bagaimana aku." gumamku dalam hati..

Lebih aneh lagi. Aku nggak berusaha menolak dia. Padahal, aku juga tahu, dia sudah beristri. Dia juga kutahu punya tiga orang anak, yang kini mulai beranjak dewasa.

"Suamimu kerja dimana?" tanya dia.

"Bekerja di salah satu rumah sakit milik swasta." jawabku. Perasaan, dia sudah tanya soal suamiku, kemarin. Kenapa dia tanya lagi soal itu?

"Berapa anak kamu?" tanya dia lagi.

"Maaf Pak. Ini bukan untuk wawancara lamaran pekerjaan, kan?" tanyaku.

"Jawab. Anak kamu berapa!" tanyanya lagi.

"Satu, Pak!" jawabku.

"Mulai sekarang jangan panggil aku Pak!" pintanya tiba-tiba.

"Jadi. panggil apa?" tanyaku emosi.

"Sebenarnya ini pertemuan apa sih, kesel banget aku," gumamku kesal.

Tapi, ya sudah. Demi menemani bos. Nggak ada salahnya. Lagi pula, aku sama Mas Arga juga jarang banget nongkrong berdua seperti ini. Andai aja Mas Arga rajin ngajak nongkrong kayak malam ini, pasti aku nggak merasa kesepian.

"Hei. Kamu melamunin apa, dari tadi bengong," katanya membuyarkan lamunan aku.

"Kamu nggak betah ya, duduk sama aku?" tanyanya seakan memojokkan aku.

"Nggak juga Pak. Cuma letih aja pingin istirahat," kataku.

Dia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Oh iya sudah jam 21.00 wib. Setengah jam lagi ya dan setelah itu aku anter kamu pulang," katanya padaku.

Lagi-lagi, aku nggak bisa mengelak. Terpaksa setengah jam lagi waktuku harus pulang.

Apalagi statusku pegawai baru, jelas aku harus patuh pada atasan. Meski sebenarnya ini di luar jam kerja. Loyalitas pada pimpinan.

"Biasa kalau liburan kemana?" tanya dia lagi.

Malam ini aku benar-benar diwawancara sama bos satu ini. Tapi, nggak apa. Judulnya tadi kan memang menemani bos.

"Jarang liburan Pak," jawabku.

"Kamu pikun apa sengaja. Aku kan nggak mau dipanggil Pak!" katanya protes.

"Bingung. Bapak kan bos saya. Saya harus panggil apa coba?" tanyaku padanya.

"Sayang!" kata dia.

"Ih bos genit," pekikku dalam hati.

"Bang aja ya," kataku.

"Nah gitu dong," katanya.

Dalam hati, aku bertanya-tanya. Apa sebenarnya motif dia berusaha mendekati aku?

Tapi, mungkin dia butuh teman. Karena kulihat dia memang nggak banyak temannya.

***

Di kantor, aku masih penasaran. Kenapa belakangan ini, bos Robet mendekati aku. Padahal, di luaran sana masih banyak perempuan yang lebih cantik dari aku.

Ini semua masih menjadi rahasia antara aku dan dia. Aku juga nggak tahu. Kenapa aku nggak sanggup menolak, saat dia terus berusaha mendekati aku.

Satu hal yang aku takutkan. Takut istrinya mengetahui soal kedekatan suaminya dengan aku. Kalau sampai tahu, aku bisa mati dibunuh, mungkin, sama istri Bos Robet.

Dunia ini emang banyak yang aneh. Karena sampai detik ini, aku memang merasakan itu, saat ada di dekat Bos Robeth. Ada rasa nyaman yang berbeda, yang tak pernah aku dapatkan dari Mas Arga.(***)

Episodes
1 Jadi Staf Hari Pertama
2 Kena Marah
3 Penasaran
4 Sehari Dua Kali Makan Sama Bos
5 Perjalanan Dinas Terlarang
6 Izin Me Time
7 Hari Minggu yang Menyebalkan
8 Salah Kostum dan Makan Siang Bareng Lagi, Sama Bos
9 Mulai Diawasi
10 Tidak Boleh Dekat dengan Cowok Lain
11 Pernyataan Bayu
12 Status Palsu
13 Lari Dari Rumah
14 Balik ke Rumah
15 Ditolak
16 Curhat
17 Jadi Supir Dadakan
18 Dimarahi Bos Lagi
19 Aku dan Anakku
20 Mulai Akrab dengan Fira
21 Jalan Bareng Lagi, Bertiga
22 Ulang Tahun Fira
23 Negatif Thinking
24 Blak-Blakan Curhat
25 Istri Bos Robert
26 Menghindar
27 Ada Staf Baru
28 Mimpi Dikejar Harimau
29 Adrian Jadi Sasaran
30 Izin Pulang Cepat
31 Dukun Part 1
32 Dukun Part 2
33 Perang Dunia Ketujuh
34 Makan Malam Bertiga
35 Gara-Gara Es Krim
36 Kakek-Kakek Juga Jadi Sasaran
37 Pedekate
38 Kepergok
39 Minta Cerai
40 Minta Pendapat Ibu
41 Istri Bos Robert Datang ke Kantor
42 Bos Robert Minta Diperhatikan Khusus
43 Wanita Impian
44 Gara-Gara HP Tak Aktif
45 Iseng Minta Berhenti Kerja
46 Me Time Sama Fira
47 Dipuji Bos Robert
48 Perang Lagi
49 Bekas Lipstik di Baju
50 Kado Ulang Tahun
51 Berantem Lagi Soal Cewek
52 Diam
53 Praktek Kue Nastar
54 Pemesan Kue Nastar Misterius
55 Minta Maaf
56 Curhat Lagi ke Bayu
57 Dapat Kiriman Bunga
58 Berkunjung ke Rumah Ibu
59 Ibuku Mulai Curiga
60 Jemput Bos Robert di Pelabuhan
61 Makan Bertiga
62 Sebelas Menit Kedua
63 Pagi-Pagi Diintrogasi Ibu
64 Ibuku Masih Penasaran
65 Berantem Tiada Henti
66 Tiga Tahun
67 Kedatangan Tamu
68 Lagi-Lagi Curhat Sama Bayu
69 Berdebat Hanya Gara-Gara Panggilan
70 Diintrogasi
71 Ancaman Ibu
72 Simalakama
73 Ibu Minta Pulang
74 Diajak ke Toko Emas
75 Putus
76 Diajak ke KUA
77 Bicara Lagi Sama Ibu
78 Bicara Sama Mas Arga
79 Blak-Blakan Sama Bayu
80 Ibu Tak Setuju Aku Cerai
81 Punya Teman Perempuan, Juga Dimata-Matai
82 Bayu Penasaran
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Jadi Staf Hari Pertama
2
Kena Marah
3
Penasaran
4
Sehari Dua Kali Makan Sama Bos
5
Perjalanan Dinas Terlarang
6
Izin Me Time
7
Hari Minggu yang Menyebalkan
8
Salah Kostum dan Makan Siang Bareng Lagi, Sama Bos
9
Mulai Diawasi
10
Tidak Boleh Dekat dengan Cowok Lain
11
Pernyataan Bayu
12
Status Palsu
13
Lari Dari Rumah
14
Balik ke Rumah
15
Ditolak
16
Curhat
17
Jadi Supir Dadakan
18
Dimarahi Bos Lagi
19
Aku dan Anakku
20
Mulai Akrab dengan Fira
21
Jalan Bareng Lagi, Bertiga
22
Ulang Tahun Fira
23
Negatif Thinking
24
Blak-Blakan Curhat
25
Istri Bos Robert
26
Menghindar
27
Ada Staf Baru
28
Mimpi Dikejar Harimau
29
Adrian Jadi Sasaran
30
Izin Pulang Cepat
31
Dukun Part 1
32
Dukun Part 2
33
Perang Dunia Ketujuh
34
Makan Malam Bertiga
35
Gara-Gara Es Krim
36
Kakek-Kakek Juga Jadi Sasaran
37
Pedekate
38
Kepergok
39
Minta Cerai
40
Minta Pendapat Ibu
41
Istri Bos Robert Datang ke Kantor
42
Bos Robert Minta Diperhatikan Khusus
43
Wanita Impian
44
Gara-Gara HP Tak Aktif
45
Iseng Minta Berhenti Kerja
46
Me Time Sama Fira
47
Dipuji Bos Robert
48
Perang Lagi
49
Bekas Lipstik di Baju
50
Kado Ulang Tahun
51
Berantem Lagi Soal Cewek
52
Diam
53
Praktek Kue Nastar
54
Pemesan Kue Nastar Misterius
55
Minta Maaf
56
Curhat Lagi ke Bayu
57
Dapat Kiriman Bunga
58
Berkunjung ke Rumah Ibu
59
Ibuku Mulai Curiga
60
Jemput Bos Robert di Pelabuhan
61
Makan Bertiga
62
Sebelas Menit Kedua
63
Pagi-Pagi Diintrogasi Ibu
64
Ibuku Masih Penasaran
65
Berantem Tiada Henti
66
Tiga Tahun
67
Kedatangan Tamu
68
Lagi-Lagi Curhat Sama Bayu
69
Berdebat Hanya Gara-Gara Panggilan
70
Diintrogasi
71
Ancaman Ibu
72
Simalakama
73
Ibu Minta Pulang
74
Diajak ke Toko Emas
75
Putus
76
Diajak ke KUA
77
Bicara Lagi Sama Ibu
78
Bicara Sama Mas Arga
79
Blak-Blakan Sama Bayu
80
Ibu Tak Setuju Aku Cerai
81
Punya Teman Perempuan, Juga Dimata-Matai
82
Bayu Penasaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!