Kala semua orang telah pergi dan hanya menyisakan kesunyian, dengan memberanikan diri Genta masuk ke dalam ruang inap Alice. Wanita itu tak sadarkan diri dan itu artinya sudah 3 hari lamanya pula Alice setia dengan mata terpejam berbaring di atas ranjang rumah sakit.
Genta melangkah dan sedih menatap tubuh itu yang selalu ceria kini hanya ada keheningan. Semuanya telah berubah tak sama seperti ia datang pertama kali ke keluarga Arakhe.
Pria itu menatap dari samping. Begitu banyak memar di wajah cantiknya. Tidak hanya itu, di bagian tubuhnya juga banyak terdapat luka.
Menghembuskan napas pasrah. Ia juga tak tau harus bertindak apa, ia tidak punya wewenang untuk berpendapat dan memberikan perhatian.
Tanpa disadari oleh Genta, tangannya terangkat hendak mengusap kepala nona mudanya. Namun sedetik kemudian ia tersadar dengan perbuatan tak pantasnya itu. Ia tidak boleh menyentuh nya.
Hati dan pikirannya saling berlawanan. Otaknya panas dengan pertengkaran tersebut. Genta menarik napas dan memberanikan diri dengan pelan menyentuh kepala Alice dan mengusap nya lembut.
Rambut wanita itu sungguh terasa halus di tangan Genta.
"Cepat sembuh non."
Genta menjauh dari sana dan meletakkan barang-barang kebutuhan tuannya yang ia bawa dari rumah. Sebelum keluar dari tempat inap tersebut, Genta memandang sebentar pada Alice yang masih sama tak ada tanda-tanda kehidupan. Bahkan dokter pun mengatakan sangat mustahil untuk Alice selamat.
_______
"Kenapa lama?" tanya Sean saat melihat Genta baru keluar dari ruang inap nona mereka.
"Aku menjenguk keadaan nona."
"Bagaimana?"
"Aku tidak tahu. Tapi nona sama sekali tidak bergerak." Genta menarik napas dan menatap lurus dengan pandangan kosong.
Sejak Alice masuk rumah sakit keadaan di rumah juga sangat berantakan. Bukan berantakan dengan barang yang berserakan namun otak mereka yang berantakan.
Semua tentu panik terlebih Tiara. Perempuan itu jatuh sakit saat mendengar vonis dokter.
"Aku merasa bersalah Genta. Aku menyesal terlambat menjemput nona."
"Sekarang kita tidak dapat saling menyalahkan semuanya telah terjadi. Kecuali kau mampu memuat waktu kembali," Genta menepuk pundak Sean. Ia terkikik melihat ekspresi Sean yang menatapnya nyalang.
"Kau pikir aku pintu ajaibnya Doraemon? Bahkan dunia juga tau manusia tidak bisa melakukan itu," ujar Sean dengan nada yang kesal.
Genta langsung terdiam kelu. Ia merasa bersalah dengan pria yang di sampingnya. Padahal ia bercanda tapi tampaknya pria ini menganggapnya serius.
"Sean aku hanya bercanda," lirih Genta. Ia takut membuat Sean marah, ia hanya dekat dengan Sean di lingkungan keluarga Arakhe.
"Dan aku pun juga bercanda."
Sean yang biasanya kaku kini tersenyum kecil. Ia menepuk pundak Genta beberapa kali. Pria ini cukup berbeda.
"Kau tahu Genta sikap dan sifat mu seperti perempuan saja. Aku tak tau masih ada pria sepolos kau."
"Maksud mu Sean?" tanya Genta tak paham dengan prihal yang baru saja diucapkan Sean.
"Sudahlah jangan dipikirkan."
Genta menghembuskan napas pelan. Hampir setiap orang yang dekat dengannya di kota mengatakan jika ia pria yang polos. Padahal ia tak merasakan itu sama sekali, hanya saja ia masih belum memahami kehidupan di kota.
Memikirkan kota membuat sebuah pemikiran terlintas di kepalanya. Berapa lama ia akan menghabiskan usia nya di kota? Dan bagaimana kondisi ayahnya sekarang? Ia belum mengetahui dan mendapatkan kabar sama sekali dari sang bunda. Terakhir kali ia menelpon mereka saat pertama kali Genta sampai ke kota.
Ia sedih, posisi nya sekarang teramat berat, padahal Genta sangat ingin berada di sisi ayahnya menemani ayahnya. Tapi apakah mungkin dengan dia menunggu saja dapat melunasi biaya rumah sakit?
Drtttttt
Dering ponsel di hp jadul miliknya membuyarkan lamunan Genta. Sean kaget melihat bunyi handphone tersebut, Sudah cukup lama dirinya tak mendengar suara itu semenjak benda tersebut hilang dari peradaban, dan sekarang bisa-bisanya benda langka itu ada pada Genta?
Genta segera mengangkat telpon yang ternyata dari orangtuanya. Ia cukup senang baru saja ia merasa rindu dengan ibunya tiba-tiba langsung dianugerahi Tuhan dengan cepat keinginannya.
"Halo ada apa Bu?"
"Genta bagaimana keadaan mu nak?"
"Genta baik Bu. Bagaimana dengan ayah?"
Terdengar Isak tangis di seberang sana membuat Genta keheranan. Mendadak perasaannya tak enak.
"Kenapa Bu?"
"Ayah mu harus dioperasi dan ibu tak punya uang."
"Berapa?"
"Satu juta dolar."
"HAH??" Genta merinding mendengar angka seperti itu. Ia bahkan sama sekali tak memiliki uang sebanyak itu? Gaji nya pun belum diterima bagaimana bisa? "Emm ibu akan aku usahakan."
Genta memutus sepihak sambungan telpon. Ia benar-benar tak tau lagi harus mendapatkan uang sebanyak itu dimana? Rasanya Kepalanya hampir meledak saking pusingnya.
Ia bersandar pada kursi rumah sakit dan menatap lurus ke atas. Kesedihan tampak mendera pria itu.
"Kenapa kau?" tanya Sean. "Aku akan membantu mu."
Genta kontan menatap Sean. Ia tak percaya dengan apa barusan ia dengar.
"Sean aku tak apa. Aku baik-baik saja."
"Jika tidak dengan ku dari mana kau akan mendapatkan uang sebanyak itu?"
Jika dipikir-pikir ada benarnya juga apa yang dikatakan Sean. Hendak ke mana lagi ia mencari uang? Ia saja tak banyak mengenal orang di kota. Jika ia menolaknya mungkin ayahnya akan diambang sekarat.
Pria itu menatap Sean dengan rasa bersalah. Sungguh tak enak hati ia kepada Sean.
"Tak apa kah?"
"Ya. Asal kau akan kembalikan aku akan baik-baik saja."
Genta tersenyum riang mendengar pernyataan tersebut.
Sedang asik mengobrol keduanya mendengar suara langkah kaki seseorang. Sean dan Genta menatap siapa yang baru datang itu.
"Ah Tuan."
"Terima kasih kalian telah menjaga anak saya. Kalian boleh pulang."
Genta dan Sean pamit undur diri kepada William dan Tiara untuk beristirahat. Sepertinya hanya Genta yang akan beristirahat, tidak dengan Sean sebagai bodyguard ia harus selalu waspada.
________
3 bulan kemudian
Tampak sosok wanita cantik dan imut sedang mengamati keindahan alam di sekitarnya. Ia mengukir senyum di wajahnya yang pucat. Melihat kupu-kupu terbang rasanya ia hendak juga mengejar namun sayang sekedar berdiri pun ia tak bisa.
Hal tersebut membuat wanita itu merasakan kesedihan. Tak ada yang bisa ia lakukan selain duduk di kursi roda dan tidur. Alice sangat merindukan masa-masa seperti dulu.
Tanpa sadar air matanya jatuh. Ia sekarang lumpuh dan tak mampu berbicara. Ia bagaikan mayat hidup.
Sementara dari kejauhan Genta yang sedang membersihkan taman tak jauh dari Alice dapat melihat raut wajah putus asa sang nona.
Ia juga terbuai sedih melihat kesedihan nonanya. Entah kenapa tiba-tiba Genta tergerak hatinya untuk menghibur sang nona. Ia tak ingin ada kesedihan lagi di wajah cantik itu.
Genta memberanikan diri mendekati nona mudanya. Ia berdiri di samping Alice. Sementara Alice belum menyadari dengan kehadiran Genta di sisinya.
Ia terus menatap burung-burung yang terbang bebas berbeda dengannya tak ada lagi kebebasan itu.
"Nona."
Suara bass itu membuyarkan lamunan Alice. Ia menatap pelan ke arah Genta dan tersenyum.
"Aku punya sebuah cerita apakah nona ingin mendengarnya?" tanya Genta hati-hati.
Tampak Alice senang dan mengangguk pelan. Ia memegang bonekanya dengan erat.
"Aku pernah mendengar cerita dari teman ku yang pernah menetap di luar negeri. Ada di suatu tempat di zaman dulu seorang wanita sedang menenun pakaiannya."
"Saat sedang menenun ia tak sengaja menjatuhkan jarumnya. Namanya dayang Sumbi. Si dayang pun berkata 'siapa yang mengambil jarum tersebut jika perempuan akan ia jadikan saudara dan laki-laki ia akan jadikan suami."
"Setelah dia mengatakan itu ada seekor anjing jantan datang dan mengambil jarum tersebut."
Tampak Alice mengerutkan keningnya. Jadi jika binatang apa yang akan terjadi pikir Alice dalam hati. Alice tertarik dengan cerita itu.
"Dan sesuai janjinya. Dayang Sumbi pun menikah dengan si anjing dan memiliki anak bernama Sangkuriang. Pada suatu hari ketika Sangkuriang dan si anjing ayahnya itu berburu di hutan, Sangkuriang tidak dapat menemukan daging yang ibunya inginkan. Lantas ia menipuliasi dan memanah si anjing ayahnya tersebut dan membawakan nya ke Dayang Sumbi. Dayang Sumbi mengetahui jika itu suaminya Situmang pun marah besar kepada Sangkuriang. Ia memukul kepala Sangkuriang dan mengusir nya dari rumah."
"Setelah beberapa tahun kemudian ia dipertemukan kembali Dengan anaknya. Dayang Sumbi tak menua dan Sangkuriang sudah berbeda wajahnya. Mereka bertemu dan jatuh cinta. Ketika ia sedang mencari kutu di kepala Sangkuriang, tak sengaja ia menemukan bekas luka pukulan. Di situ Dayang Sumbi menyadari jika itu Sangkuriang anaknya. Dayang Sumbi memutuskan hubungan sepihak namun Sangkuriang tak setuju. Sangkuriang mencoba melamar Dayang Sumbi namun si Dayang memberikan syarat jika ia harus membuat perahu sebelum fajar tiba."
"Permintaan itu dipenuhi dan Sangkuriang hampir mampu menyelesaikan, tapi Dayang Sumbi yang mengetahui itu tak terima. Ia menggunakan akal licik, menghidupi perapian jika dikira fajar sedang tiba. Mengetahui Dayang Sumbi berkhianat Sangkuriang kesal dan menendang perahu yang dibuatnya hingga menjadi gunung Tangkuban perahu."
Genta tersenyum melihat nonanya kembali lagi tersenyum menikmati ceritanya. Cerita dongeng itu memang aneh dan diluar nalar manusia, namun sangat seru untuk jadi hiburan.
"Apa non suka dengan ceritanya.?" Alice mengangguk semangat. Di wajahnya tak henti terukir senyum manis.
"Lain kali aku akan membacakan cerita untuk mu. Aku akan mencari cerita lain."
Alice mengangguk bahagia. Ia senang di kala seperti ini dia masih bisa merasa diinginkan.
_______
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Rikarico
ada jg org Amerika baca Sangkuriang thor
2023-06-01
0
Sssyone Zone
ceritanya yg di ceritain genta yg difilmkan sama susana
2022-04-12
0
Ira Wati
lanjut
2022-04-12
0