2

"Genta?"

Merasa terpanggil Genta pun mengalihkan pandangannya ke samping. Ia kaget menatap siapa yang ada di depannya ini.

"Cristian? Kau menjemputku?"

"Aku tidak menyangka ini kau Genta!!"

"Aku lebih tak menyangka jika kau rela datang menjemput ku." Genta tersenyum. Tentu ia bahagia ternyata Cristian rela datang menjemputnya kemari.

"Kau ternyata lebih tampan dari yang di foto Genta, ku pikir wajah mu tak setampan ini."

"Cristian kau ada-ada saja, kau tak malu memuji pria seperti itu?" Genta terkikik geli melihat orang yang di samping mereka memasang ekspresi jijik setelah mendengar ulasan Cristian.

"Hahaha. Sebenarnya aku juga jijik mengatakan itu. Tapi setelah ku analisis lagi kau memang jelek."

Genta memasang tampang kesal pada Cristian.

Cristian dan Genta merupakan teman virtual. Dan pertemuan kali ini adalah pertemuan pertama bagi keduanya. Mereka saling mengenal melalui aplikasi Snap Chat, waktu itu Genta meminjam smartphone temannnya dan memainkan aplikasi tersebut.

Yah pertemuan singkat itu berlanjut ke mode SMS dan hingga sekarang. Mereka berteman cukup baik.

"Ah ya Cristian apakah aku bisa menginap di rumah mu!?"

"Santai bro aku bisa meminjamkannya beberapa hari... Tapi selanjutnya harus bayar." Cristian berlalu sambil terikik memasuki mobilnya.

"Ya, Cristian aku akan membayar nanti."

Cristian yang telah berada di dalam mobil kontan menatap Genta yang masih di luar. Dia tertawa mendengar pernyataan Genta. Padahal ia bercanda dan pria itu menganggapnya serius? Genta memang luar biasa pikirnya.

"Apakah hidup mu tidak membosankan?"

"Maksud mu Cristian?"

"Benar dugaan ku. Pasti sangat sulit hidup tanpa lelucon dan jokes. Pantas kau tidak mengerti apa yang ku katakan tadi." Genta mengernyitkan jidatnya. Apa maksudnya? "padahal aku hanya bercanda tadi. Kau dapat tinggal di rumah ku sampai kau mendapatkan pekerjaan di sini. Aku tentu tak sejahat itu bung menyuruh mu membayar."

"Cristian kau ini.... Tak apa Cristian aku akan tetap membayar nantinya."

Pria di dalam mobil itu hanya menggelengkan kepala melihat betapa gigihnya pria yang menjadi lawan bicaranya ini.

"Sudahlah Genta, terserah kau saja. Oh ya apakah kau akan selamanya berdiri di situ?"

Genta menarik napas dan menggeleng.

"Jadi aku harus melakukan apa?"

"Dasar pria bodoh. Tentu kau masuk ke mobil ku. Kau mau berjalan kaki? Boleh juga."

"Bagaimana cara membuka pintunya?"

Cristian menganga tidak percaya. Apakah ia sedang berada di bawah alam sadar? Ini benar-benar menakjubkan ia baru pertama kali memiliki teman seperti ini.

Ia menarik napas dan membuka pintu mobil tersebut.

"Masuklah sebelum ku tinggalkan."

Sesuai perintah, Genta pun mematuhinya. Cristian menepuk pundak Genta.

"Kau memang pria polos. Aku khawatir dengan kau yang di kota besar ini sendirian, bisa saja nanti kau diperkosa."

"Hah maksud mu? Tidak, aku pria baik." Genta mulai ketakutan, dia tidak ingin kehilangan ke perjakaannya. Ia berjanji akan memberikannya hanya pada istrinya kelak.

"HAHAHHA. MEMANG BODOH!!"

________

"Kenapa kau mengendap seperti itu, hm Alice?"

Alice tercekat lekas berbalik. Oh God ayahnya berdiri di depannya dan tentu ini tidak akan menjadi baik-baik saja.

Dadanya berdegup dan wajahnya meringis. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Oh tidak dia tidak ingin ayahnya kembali melarang ia membeli boneka seperti kemarin dan menyita ATM nya.

Alice memang minat terhadap boneka dan mengkoleksi di kamarnya. Meski ia sudah tergolong besar, membeli boneka unik menjadi hobinya.

"Papa."

"Ku dengar kau kabur ke toko boneka saat jam pelajaran berlangsung." Matilah kau Alice, ternyata berita ini telah menyebar dengan laju di luar pemikirannya.

"I..itu tidak benar Pa, Alice sekolah kok tadi." Alice menyembunyikan kegugupannya. Ia harus pandai berakting semaksimal mungkin.

"Oh ya, jika Papa menanyakan guru mu apakah kau masih mau berkata seperti itu."

Alice langsung bengong. Dalam hati Alice terus menggerutu. Tidak lagi, tidak boleh kejadian beberapa Minggu lalu terulang kembali.

Dengan pasrah Alice langsung bersimpuh di depan ayahnya. Ia menatap sang ayah dengan mata bulatnya.

"Pa Alice minta maaf, tadi ada pameran Boneka Pa makanya Alice bolos!" Ia memasang tampang polos dan mengedipkan matanya. Semoga saja dengan itu ayahnya mau luluh.

"Apakah boneka lebih penting dari belajar mu Alice."

Tanpa sengaja wanita itu menyebut, "tentu Pa."

"ALICEE!!!"

Menyadari apa yang barusan ia katakan Alice langsung panik dan berlari ke kamar seperti kekanakan sambil memeluk boneka stroberi di tangannya.

"Dasar..  anak nakal itu."

Pria paruh baya itu memijat kepalanya atas pemandangan di depannya. "Anak itu keras kepala." William Arakhe melenggang pergi dari sana.

Seonggok tubuh kecil yang berjalan dengan penuh kehatian mencegat jalannya. Ia tersenyum simpul melihat anak pria nya yang baru bisa berjalan. Grisson Arakhe adalah buah kebablasan nya bersama sang istri di masa senja.

Ia mengangkat anak itu dan menciumnya.

"Ku harap kau tak semenyebalkan Kaka mu Grisson."

Grisson tertawa. "Hihihi pa pa papa..." Ujarnya sambil menepuk-nepuk dada ayahnya kesenangan.

_________

"Wah indahnya," gumam Alice. Ia terkikik bahagia melihat pameran boneka yang menakjubkan di malam hari.

Langkahnya gontai mengelilingi tempat itu dan melihat satu persatu boneka yang dipamerkan. Ia melihat boneka yang cukup unik  dan mendekatinya.

"Benar-benar indah." Ia melihatnya dengan seksama. Tiba-tiba jiwanya meronta-ronta menginginkan boneka itu.

Ia melihat harganya. $2000. Tidaklah mahal pikirnya. Dan kebetulan sekali boneka tersebut dijual.

"Kaka bisa pesan ini?"

Petugas di sana meneliti Alice dengan seksama. Dari penampilannya kurang meyakinkan.

"Nona ke sini dengan siapa?"

"Sendiri," ujar Alice polos.

"Maaf Non boneka ini cukup mahal, Nona mending beli yang di depan sana saja ya."

Alice menggeleng kuat. Ia tak mau boneka yang ada di sana, ia mau boneka ini yang telah memikat hati bahkan pikirannya.

"Alice mau yang ini," pekik Alice dengan mata yang berkaca-kaca.

Satpam yang menyadari ada kericuhan pun hendak menarik Alice keluar. Dengan sekuat tenaga pula Alice menahan tubuhnya.

"Apaan sih.... Lepasin Alice.." teriak wanita itu. "Alice akan bayar dua kali lipat."

Anak perempuan itu mengeluarkan black card nya. Semua mata langsung melotot. Sang kasir mengambil ATM tersebut dan memindai nya ke mesin khusus. Sang kasir terbelalak melihat jumlah uang di sana. Ia pun menggesek ke mesin ATM.

"Ini ATM nya Non," ujar sang kasir setelah nya.

Para pelayan di tempat itu menyerahkan boneka besar tersebut pada Alice.

Dengan perasaan berbunga ia mengambilnya dan langsung berlari keluar toko.

"Bocah bukan sembarang bocah." ujar orang di sana.

"Tapi yakin dia masih bocah? keliatannya dia baru saja beranjak dewasa. Cantik juga."

Alice berjalan di tengah keramaian kota sembari bersenandung ria. Ia belum ingin pulang, ia hendak menikmati malam sambil bersenang-senang.

Melihat pemandangan kota yang begitu indah membuat Alice mengukir senyum. Boneka beruang yang baru saja dibelinya setia berada dalam dekapannya.

"Ahh sekarang Alice namain kamu Caca." Aneh sekali padahal boneka itu berjenis kelamin pria.

"Sekarang kamu tinggal di rumah Alice, di sana juga ada, Tata, Aci, Nino.." ujarnya berdialog pada benda bisu itu. Alice bahagia dan mengusap kepala sang beruang.

Alice melotot baru menyadari ia tersesat di keramaian hingga menuju jalan kesunyian. Ia tidak tau ada dimana sekarang.

Batinnya gugup, tangannya merinding menatap kesunyian. Senyumnya yang mengembang seketika memudar. Matanya memanas.

"Hiks hiks hiks Alice mau pulang."

Ia terus menangis sesugukan sambil berjongkok dan mendekap bonekanya.

Cukup lama ia dalam posisi itu dan tentunya sembari menangis hingga sebuah tangan menepuk pundaknya.

"TOLONG JANGAN GANGGU ALICE!!" tangisnya pecah ketakutan.

"Hey jangan menangis," ujar orang tersebut begitu lembut dan mampu menghentikan tangis perempuan kecil itu.

Alice mendongak dan samar-samar melihat wajah seorang pria. Ia ketakutan dan berjalan mundur.

"Caca kita harus selamat," bisiknya pada boneka beruang jumbo itu.

"Aku orang baik. Aku akan menolong mu, hari sudah gelap sebaiknya kau ke rumah ku, aku tinggal dekat sini," lirih sang pria dengan wajah cemas. Ia tak tahu cara menenangkan seseorang.

"Paman bakal nolongin Alice sama Caca?"

Pria itu mengangguk sebelum sebuah kejanggalan memenuhi otaknya.

"Alice siapa? Dan Caca siapa?" tanyanya bingung, apa masih ada orang lain lagi di sini?

"Alice nama ku dan Caca nama beruang punya Alice," tunjuknya pada sang beruang.

Pria itu mengangguk paham.

"Kamu ikut paman dulu ya, baru besok paman antar ke rumah mu."

Entahlah ia juga bingung harus melakukan apa, ia sendiri juga tak tau hendak mengantarkan Alice ke mana?

Beberapa jam kemudian. Dua orang pria menatap pada ranjang yang dihuni seorang anak gadis bersama beruangnya.

Mata Cristian melotot mengetahui beruang dan pakaian Gadis itu bukan sembarang barang. Itu mahal.

"Di mana kau menemukan mesin ATM berjalan ini Genta?"

"Di jalan," polos Genta.

"Selain cantik dia juga sepertinya bukan sembarang orang."

"Maksud mu?"

"Kau tau Genta seluruh yang ada di tubuhnya itu ada sekitar dua juta dolar."

"Hah?? Tidak mungkin." Genta menganga tidak percaya, itu nilai yang sangat fantastis.

______

Tbc

Terpopuler

Comments

Sutris

Sutris

mulai baca
semoga keren ceritanya

2023-10-05

0

Kusmiati

Kusmiati

lanjut

2022-04-18

2

Ira Wati

Ira Wati

next

2022-04-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!