3

Kedua manusia itu menganga tak percaya menatap bangunan menjulang tak terhingga di depan kedua mata mereka. Sangat menakjubkan, mungkin Cristian hanya berapa saat menatap seperti itu, lain dengan Genta yang tak menghentikan tatapannya. Ini baru pertama kalinya ia berada sedekat ini dengan bangunan bak istana.

Ia tak yakin ini sebuah rumah, dapat ia tebak bahkan terasnya saja sudah seluas rumahnya di kampung. Apakah  gedung di depan ini pantas disebut dengan rumah?

Ia menelan salivanya, ia benar-benar tak menyangka telah menyelamatkan gadis maut. Diluar dugaannya dapat berdiri di depan sini.

Genta menatap pada gadis manis yang ada di sampingnya. Perempuan itu tak kunjung melepaskan beruang yang baru dibelinya semalam. Genta baru menyadari jika wanita kecil ini adalah anak kemarin yang menabraknya.

Kecantikan Alice semakin bertambah kala tersenyum manis melihat orang tuanya berlari ke arah sang wanita. Genta benar-benar takjub melihat pemandangan ini. Amat indah ketimbang bangunan bak istana di depannya.

"Terima kasih telah mengantarkan anak saya," ujar Tiara kepada Cristian dan Genta. "Bagaimana kalau kita masuk dulu dan berbicara di dalam."

"Ah tidak perlu nyonya."

Tiara menarik napas dan menatap pelayan di samping. "Eliza tolong telponkan suami ku dan katakan padanya Alice sudah di rumah."

"Baik Nyonya."

"Kalau begitu apa keinginan kalian biar saya penuhi," tukas Tiara sembari tersenyum. Tangannya tak henti mengusap belakang sang anak.

Dunia Tiara seakan runtuh kala mengetahui sang anak menghilang dari kamarnya tadi malam. Kepanikan mendera satu rumah dan pencarian besar-besaran dikerahkan. Alice memang nakal, anak itu suka pergi menyelinap tiap malam.

Mendapat kabar jika Alice ada di luar pagar tentu mengembalikan senyum Tiara. Ia tak menangis lagi dan berlari menempuh luasnya istana. Tak menghiraukan peringatan sang pelayan takut-takut ia terjatuh.

Bagaimana mungkin sosok berharganya ditemukan dan ia tak berterima kasih pada sang penemu?

"Keinginan kami tidak ada Nyonya. Saya dan teman saya ikhlas membantu Nyonya. Bukan kah sudah sepantasnya sesama manusia saling menolong." Itu bukan perkataan Cristian. Pria itu tak kan mungkin mengeluarkan kata-kata bodoh itu. Sangat naif sekali Genta. Bukan kah ini adalah kesempatan emas dan ia menolaknya mentah-mentah? Memang aneh pria ini.

Cristian menarik napas dan menginjak sengaja kaki Genta.

"Akhhh.... Ada apa dengan mu Cristian? Kenapa kau menginjak kaki ku."

Cristian berbisik pada Genta. "Pria sialan kau bodoh atau bagaimana? Situasi ini uang bro. Dan kau mengabaikannya? Ku rasa saat pembagian otak kau tidak hadir."

Tiara tertawa sekilas menatap itu ia masih dapat mendengar kata-kata Cristian tadi. Namun, Genta lebih menarik perhatiannya, pria itu sepertinya cukup baik, dia ramah dan berbudi. Sangat jarang ada pria seperti demikian di zaman ini.

Ia menyadari jika Genta bukanlah orang yang berasal dari sini. Meskipun itu belum pasti dan hanya menduga, entah kenapa nalurinya meronta mengatakan seperti itu.

"Siapa nama mu?"

Cristian kontan langsung menatap lurus pada wanita paruh baya tersebut. Ia mengembangkan senyuman.

"Cristian Nyonya!."

"Oh itu kah nama kau? Cukup bagus tapi yang ku maksud adalah nama teman mu itu!" Tiara begitu anggun dan lembut menanggapinya.

Alice yang sedari tadi hanya berdiam saja pun angkat bicara. Ia tersenyum menampakkan deret giginya yang rapi. Wanita itu benar-benar bak Dewi kayangan. Wajahnya yang imut serta perawakan yang masih kecil membuatnya tampak menggemaskan.

Bahkan setiap orang yang menatapnya tak akan pernah bosan. Apalagi dengan sosoknya yang ceria.

"Paman itu namanya paman Genta ma."

Genta dan Cristian melotot tak percaya terutama Genta. Dia rasa mereka tak ada memberitahukan nama mereka masing-masing, di mana Alice mengetahuinya?

Genta tersenyum kikuk kala namanya disebut oleh gadis manis. Entah kenapa jantungnya berdegup tak karuan. Jantungnya Mungkin lelah berdegup lemah.

Tiara mendengar nama cukup unik di telinganya tersenyum simpul. Ia mengelus kepala sang anak. Syukurlah perinya telah berada di dekapannya kembali.

"Nama mu cukup bagus Genta. Oh ya apakah kalian sama sekali tidak menginginkan sesuatu?"

"Tidak!! Iya!!" Cristian dan Genta.

Tiara bingung namun ia langsung mengubah ekspresi-nya seperti biasa.

"Ku rasa kau Cristian membutuhkan. Katakanlah!"

"Nyonya adakah pekerjaan di sini bagi seorang yang tidak berpendidikan?"

Tiara mengernyitkan bingung. Buat apa pria tersebut menanyakan itu? Tentu ada, namun kurang layak dan gajinya kurang memuaskan, jika menginginkan bukan kah mereka bisa meminta yang lebih dari itu?

Entah apa yang akan Genta katakan kala mulutnya menganga ingin berucap sesuatu yang tertahan di kerongkongan. Ia menatap Cristian tak percaya. Apa barusan pria itu ucapkan? Ia sungguh tak ingin memanfaatkan sesuatu demi kepentingan dirinya. Ia rela dan tulus membantu.

Pria itu menggaruk kepalanya dan menatap pada Alice yang juga menatapnya. Anak perempuan itu tersenyum manis sangat manis padanya. Hati Genta tak karuan. Ingat Genta dia masih bocil, bukan kah umur hanya angka? Tapi meski hanya angka tak pantas pula baginya jatuh cinta pada perempuan baru puber itu, kan? Genta merasa bejat memang dirinya ini.

"Tentu ada. Kenapa memang kau menannyakan itu? Kau ingin menjadi pelayan kah Cristian?"

"Bukan Paman Cristian yang mau ma tapi Paman Genta, Paman baru saja ke kota kemarin dan mencari pekerjaan Ma." Sekarang bukan Genta saja yang dibuat terkejut tapi Cristian juga.

Benar-benar jenius ini anak bahkan mereka sendiri tak pernah mengatakan itu ke Alice tapi anehnya ia mengetahui.

Genta tersenyum pada Alice. Dan berdiri di depan anak itu.

"Alice dari mana kau mengetahuinya?"

"Maafkan aku Paman aku tak sengaja mendengar percakapan kalian malam tadi."

Tiara tersenyum mendengar penjelasan sang anak. Ia menatap Alice dan mengusap wajahnya.

"Alice tidak baik menguping pembicaraan orang. Bukannya sudah mama katakan kemarin? Kau melupakannya?"

Genta yang melihat Alice tersudut kan sigap langsung menyanggah. "Ah tidak apa nyonya. Jangan marah kepada Alice." Ia tentu tak mau melihat Alice mendapatkan amarah sang ibu, dasarnya memang Alice tak bersalah sama sekali.

"Hm, baik sekali kamu nak. Genta kamu bisa bekerja mulai besok di rumah ini."

"Maksud nyonya?"

"Bukan kah pekerjaan yang sedang kau butuhkan?"

Genta mengangguk namun ia tak paham sama sekali. Cristian tersenyum dan menepuk pundak Genta.

"Selamat bro."

"Cristian apa yang harus ku lakukan?" tukas Genta gugup.

"Tentu senang bodoh," kesal Cristian seraya menggeplak kepala pria itu.

"Maafkan hanya ada posisi pelayan untuk mu Genta, dan maaf pula gajinya tak memadai hanya $5000."

"Hah?!!!! ITU TIDAK BISA DISEBUT HANYA NYONYA!!!"

__________

Terpopuler

Comments

Sari Acho

Sari Acho

spirit 💪💪💪 thor..lanjut

2022-05-16

2

Sari Acho

Sari Acho

sy suka sy suka keren thor menghibur hati yg lgi jenuh☺👍👍👍

2022-05-16

2

Ira Wati

Ira Wati

lumayan bagus ceritanya 😊

2022-04-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!