Menantu Idaman, Bukan Istri Idaman

Gemuruh keramaian kota Jakarta siang itu seakan ingin menyaingi gemuruh di hati Naya. Gadis berusia 23 tahun itu menghela nafas panjang beberapa kali.

Terlihat ia sedang berjuang mendamaikan hatinya. Pertemuan kembali dengan sosok lelaki yang selama hampir tiga tahun belakangan ini telah berusaha ia pupus dari ingatannya agar luka tak semakin menyiksa.

Namun hari ini takdir seakan sedang bermain dengannya. Sosok itu tepat hadir di depannya, mengoyak kembali luka lama yang hampir kering.

Flashback On

Seremban, 23 Oktober 2017

Majelis perkahwinan yang masih dilingkupi suasana duka diselenggarakan dengan sangat sederhana. Tan Sri Abdul Hamid dan Puan Sri Latifah hanya mengundang keluarga terdekat saja, sekedar memberitahu tentang pernikahan putra sulung mereka, Kei Hasan.

Sedangkan dari pihak Bunda Naya dihadiri oleh etek Zainab dan pak etek Syahrul serta pak ngah Zainal, adik tengah Ayahnya yang akan menjadi wali pernikahan Naya.

Sepanjang jalannya resepsi tersebut Naya dan Kei tidak banyak berinteraksi. Keduanya lebih memilih saling mendiamkan diri saat para tetamu selesai bersalaman dan mengucapkan selamat atas pernikahan mereka.

Naya, gadis berusia 18 tahun itu berkali menyusut air mata yang dengan lancang terus mengalir di wajah chubby-nya yang menggemaskan. Ia tak pernah menyangka akan duduk di pelaminan tanpa didampingi oleh sang Ayah dan Bunda tercinta.

Duduk bersanding dengan Kei, lelaki yang selama dua tahun ini seperti sengaja menjauhinya, membuat dadanya semakin sesak.

Terbayang wajah Ken, sang tunangan yang segala sifat dan perangai seperti bumi dan langit dengan lelaki di sampingnya kini yang bergelar ‘suami’.

Ken, sosok yang hangat dan penyayang. Ramah pada semua orang. Tua dan muda menyukainya. Anak–anak kecil suka berlama-lama dengan bergelayut manja padanya.

"Bang Ken…" Tanpa sadar Naya berguman lirih, namun masih bisa didengar dengan jelas oleh Kei.

Mata elangnya seperti ingin menembus jantung Naya. Sontak Naya menundukan pandangannya, tak sanggup beradu pandang dengan Kei.

Astaghfirullahalazim. Tak halal lagi baginya untuk mengenang orang lain, sementara ada Kei suaminya kini. Naya kembali mendesah lirih.

Sementara itu, Kei kembali terlihat sibuk dengan gadgetnya seperti sedang berbalas pesan dengan seseorang. Ia seperti sengaja mengacuhkan Naya, tak terlihat ada keinginan Kei untuk berbual ramah dengan Naya, gadis yang beberapa jam yang lalu telah sah menjadi istrinya.

Naya menghela nafas Panjang. Ia memegang kepalanya yang sedari tadi berdenyut nyeri. Perutnya terasa perih, matanya mulai berkunang dan perlahan semua menjadi gelap.

“Naya?!”

Etek Zainab yang duduk tidak jauh dari pelaminan langsung berlari menuju Naya yang terkulai di samping Kei. Kei yang masih sibuk dengan gadgetnya sontak menoleh. Reflek lengannya melingkar ke tubuh Naya.

“Nay? Hei, Nay? Are you okay?”

Kei menepuk perlahan pipi Naya sembari mengelus lembut lengan istrinya.

Tak terlihat lagi Kei yang acuh dan dingin yang selama beberapa jam ini ia tunjukan. Yang nampak sekarang adalah sosok lelaki yang begitu mencemaskan istrinya.

“Kei, what have you done? Kenapa Naya bisa begitu?”

Puan Sri Latifah menatap Kei penuh intimidasi. Kei memutar bola matanya malas. I was wrong. I am wrong. I will be wrong.

Tanpa menjawab pertanyaan Mamanya, Kei langsung mengendong tubuh lunglai Naya menuju kamarnya.

Etek Zainab dan Puan Sri Latifah bergegas mengikuti langkah panjang Kei. Memasuki kamarnya yang didominasi oleh warna white and grey, Kei merebahkan perlahan tubuh mungil Naya di tempat tidurnya.

“Mhm… Mama dan Etek Za maaf, boleh tinggalkan kami. Kei yang akan menjaga Naya.”

Kei menekankan kalimat terakhirnya. Tegas tak terbantah.

“Kamu…?!”

Mama Kei menatap putra sulungnya penuh kemarahan, namun kalimatnya tertahan oleh helaan tangan Etek Za.

Wanita berumur empat puluhan itu menggelengkan kepalanya, kemudian menarik lembut lengan Puan Sri Latifah, meninggalkan ruangan tersebut.

Kei menghela nafas panjang namun senyum tipisnya mengiringi kepergian kedua wanita yang ia ketahui pasti amat sangat menyayangi Naya.

Perlahan Kei naik ke tempat tidur, melepaskan segala pernak-pernik dan hijab di kepala istrinya, kemudian mulai menempelkan aroma parfum keluaran DKNY terbaru di bawah hidung Naya.

Beberapa menit berlalu, belum ada reaksi dari gadis tersebut. Sejenak Kei berhenti, matanya menatap lekat wajah yang hanya berjarak beberapa inci saja darinya. Ia bisa mencium wangi alami nan lembut dari gadis tersebut.

Tanpa bisa dicegah hidungnya menempel nyaman di leher jenjang itu. Lobus frontal dan lobus parietal-nya seakan mendorong kuat Kei untuk semakin menyusupkan wajahnya di area tersebut sambil menikmati sensasi baru yang dirasakannya.

Namun gerakan Kei sontak terhenti saat ia merasakan Naya yang mulai menggeliatkan tubuhnya dengan mata yang perlahan membuka.

Kei langsung menjauhkan diri dengan mendudukan dirinya di sisi tempat tidur, mengutak-atik gadgetnya dan menyibukan diri dengan benda persegi empat tersebut.

Naya yang mencoba bangkit dari pembaringan, menatap lekat sekelilingnya. Ia merasa asing dengan kamar tersebut. Nuansa putih dan hitam yang mendominasi membuat Naya mengeryitkan dahinya. Ini di mana?

“Mhm…Elok lah dah bangun, buat semua orang susah je. What a spoiled girl!"

What?! Bola mata Naya membulat demi mendengar kalimat Kei. Sungguh ia tak pernah ingin merepotkan siapapun di sini. Naya menggigit tipis bibir bawahnya yang bergetar, dadanya sesak menahan gejolak yang kembali menerpanya. Pipinya perlahan kembali basah dengan isakan yang terdengar lirih.

“Jangan menangis lagi! Macam budak kecik je!”

Naya memejamkan matanya rapat. Menyusut air mata dengan punggung tangannya.

“Maaf,” ucapnya semakin lirih.

Flashback Off

“Naya, kenapa? Dari tadi diam saja? Bundo perhatikan Naya berubah sejak dari kantornya pak Kei tadi, ado apo?”

Bundo Nilam mengalihkan pandangannya sekilas kearah Naya, kemudian lurus kembali fokus dengan stirnya. Naya terkejut, tak menyangka pertanyaan itu. Jujur, ia belum siap dengan pertanyaan tersebut.

"Nngg… ndak ado apo-apo, Bundo. (Ngga ada apa-apa. Bundo). Naya hanya agak sedikit pusing saja, mungkin karena ruangan ber-AC tadi. Oh ya, Bundo langsung ke kantor yayasan, kah? Kalau iya, Nay turun disini saja. Biar Nay naik taksi ke kampus, ada kelas ba’da Dzuhur ini," Naya berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kamu ada kelas? Ngak apa-apa, Bundo bisa antar, kok. Sekalian Bundo mau menjemput Najwa, tadi katanya kelasnya selesai pukul 12.00 siang ini, sedangkan Najma masih ada kelas sampai Ashar nanti. Jadi, ya…sekalian aja, kan?”

"Bener, nih Bundo? Nay tidak merepotkan Bundo?”

"Yo, indak, lah. Bundo acok juo anta japuik, sikembar, tuh."

(Bundo sering juga antar jemput, sikembar).

“O, iya. Baru ingat, Nay masuk dikelasnya Najma siang ini,” terang Naya tanpa diminta.

“Benarkah? Eh, ngomong-ngomong tentang Najma, dia suka sekali loh sama kamu. Meskipun baru bertemu semester ini, katanya kamu sudah menjadi dosen favorit dia dan teman-temannya."

“Masa, sih Bundo?”

“Iya, bener. Dirumah kan dia sering sekali cerita tentang kuliah dan kampusnya. Nah, kamu itu sering jadi bahan ceritanya. Katanya kamu itu masih muda banget, tapi smart, friendly, humble lagi."

“Ah, Najma berlebihan aja tuh, Bundo. Eit, tapi yang cerdas itu Najma lo, Bundo. Setiap pertemuan selalu diikuti dengan baik, nilai tugas-tugasnya juga bagus. Kritis, lagi. Pokoknya anak Bundo banget, deh." Naya balas memuji.

“Kamu ini, pandai sekali menyenangkan hati orang tua. Calon menantu idaman. Sungguh beruntung mertua yang punya menantu sepertimu kelak. Andai saja Bundo punya anak lelaki, pasti Bundo akan berusaha menjadikanmu menantu Bundo."

“Ei, Bundo ko ado-ado sajo. (Ei, Bundo ini ada-ada saja). Jadi menantu idaman belum tentu bisa menjadi istri idaman, ternyata Bundo," lirih Naya.

Terdengar nada getir yang berusaha disembunyikannya.

“Kamu ngomong apa? Bundo kurang dengar?”

Bundo Nilam sedikit melambatkan laju mobil ketika memasuki halaman parkir kampus.

“Ah, nggak. Nggak ngomong apa-apa. Sudah sampai Bundo, jazakillahu khayr sudah menemani Nay ke kantornya pak Kei, trus masih ngasih tumpangan untuk kesini. Terima kasih banyak ya, Bundo. Semoga Allah membalas semua kebaikan Bundo." Naya tersenyum sembari menutup pintu mobil.

“Eits, nggak cukup dengan sekedar ucapan terimakasih ya, bu dosen. Kamu harus kerumah Bundo, Ahad depan. Katanya sudah rindu dengan rendang yang asli dimasak urang awak."

Bundo Nilam tersenyum sumringah.

Senyum Bundo Nilam yang menghiasi hari-harinya selama beberapa minggu inilah yang sering mengingatkan Naya dengan etek Zainab. Ah, bagaimana kabarnya adik bungsu Bunda itu. Lama sekali tak berjumpa. Terakhir kali bertemu etek Za dua tahun lalu, saat Naya mendapatkan gelar master degree-nya dari Sorbonne. Etek hadir dengan pak Etek dan Noura, anak etek Za yang saat itu baru tamat SMP.

Aih, rindunya ingin segera bisa berkunjung ke Batusangkar, ranah kelahiran ayah dan bunda yang belum pernah didatangi Naya.

“Ei, bamanuang lo baliak? Anak gadih ko lai, lah acok bana bamanuang, mah." (Ei, bermenung lagi? Aduh anak gadis ini, sudah sering sekali bermenung)

Suara Bundo Nilam membuyarkan lamunan Naya.

“Ah, nggak. Bundo tadi bicara rendang, kan? Nay jadi ingat yang suka masakin Nay rendang, etek Za, adik almarhum Bunda yang tinggal di Batusangkar."

“Eit, jangan bilang mau pulang kampung dulu ya. Salamaik-an dulu alek wak nan di siko, ah…beko buliah pulang." (Selamatkan/ selesaikan dulu acara kita yang di sini, nah setelah itu boleh pulang)

“Iya, Bundo. Naya janji melaksanakan amanah ini dengan baik. Insya Allah kegiatan kita bulan depan berjalan lancar. Lagian ini baru pertengahan semester, ngga mungkin Naya meninggalkan perkuliahan, kan?”

Naya tersenyum meyakinkan Bundo Nilam.

“Iya, Bundo percaya. Bundo hanyo bagarah sajo. (Bundo hanya bercanda). Tapi Ahad besok jaan bagarah (jangan bercanda), Bundo tunggu."

“Insyaa Allah, Bundo. Tapi Bundo juga jangan lupa rendang dan pangek ikan bilih, yo...”

“Sips, Bundo siapkan yang spesial buat bu dosen cantik ini."

“Duh, terimakasih Bundo sayang," Naya mencium takzim tangan Bundo Nilam.

Sambil mengucap salam gadis itu melangkah meninggalkan Bundo Nilam yang menatapnya penuh kasih seorang Ibu, hingga bayangannya hilang di balik rerimbunan pohon tabebuya disekitar kampus.

To be continued

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

masih mwnyimak

2023-11-17

0

Sriza Juniarti

Sriza Juniarti

mamtap...urang minang wajib baco ko
s3mangat...berkarya author..👍👍💕🥰

2023-11-12

1

Dhiva

Dhiva

ini bahasa Minang ya kk author, aku paham dikit² tpi cuma dikit, jadi d mohon buat d translate ya kk,soal nya cerita nya seru 🙏

2022-09-17

0

lihat semua
Episodes
1 Rindu Itu Masih Biru
2 Menantu Idaman, Bukan Istri Idaman
3 Merpati Patah Sayap
4 Okay, Let's Play the Game!
5 Mau Jadi Kucing, ya?
6 Siapa Yang Sedang Bermain Peran?
7 Lovebirds in Action
8 Aku Tidak Terlalu Butuh
9 Seremban, Bersamamu Kenangan Tersimpan
10 Nasib Si Bujang Lapuk
11 Aarrrgghhh, Bang Kei?
12 Akak, Suri Hati Abang Kei?
13 Abang Kei Selalu Jaga Nay?
14 Kemarahan Kei
15 Masjid Jamek Bandar Seremban; Dejavu
16 I Will Never Let Her Go!
17 Apa Yang Telah Aku Lakukan?
18 Saujana Beach, Port Dickson (Part 1)
19 Saujana Beach, Port Dickson (Part 2)
20 Di Persimpangan Dilema
21 Mana Naya?!
22 Perang Dingin Juga Butuh Energi Panas
23 Mengenali Rasa Yang Membelenggu
24 Uppss, Hampir Saja.
25 Drama dan Insting Sang Puan
26 Adu Skenario?
27 Perkenalkan, Saya Mertua Naya!
28 Lelucon Apalagi Ini?
29 Mulai Menyingkap Topeng Sendiri
30 Nadia Jefferson; Mengenali Lebih Dekat
31 Menyaingi Pengantin Baru?
32 Jangan Ganggu Naya
33 Waktu dan Kesempatanmu Terbatas, Bro!
34 Leaving or Staying, Nay?
35 Baby Gegasi Modusin Lagi
36 Mimpi Buruk yang Berulang
37 Kembali Pulang
38 Bukan Wonderland, tapi Neverland
39 Salad Buah si Baby Gergasi
40 Penculikan Pangeran Terbuang? Wkw...Wkw...
41 LV-CP's Project (Part 1)
42 Villa Pusako; Perjalanan Napak Tilas.
43 LV-CP's Project (Part 2)
44 Hilang Tanpa Jejak
45 Saat Manis Sebelum Penculikan
46 Detik-Detik Penculikan (Part 1)
47 Detik-Detik Penculikan (Part 2)
48 Seteru Tak Banyak Membantu
49 Have We Made a Deal? Okay, Deal!
50 Keberadaan Kanaya Khairunnisa
51 Aku Datang Untuk Menepati Janji (Part 1)
52 It's Just a Play! Drama?!
53 Aku Datang Untuk Menepati Janji (Part 2)
54 I Promise You, Everything Will Be Okay
55 Kei, The Black Eagle of Malaya
56 No! You Can't Do This To Me!
57 Give Him More Chance, Please?
58 Urai Semula Ikatan Ini!
59 I Will Wait for You Like the Sand Waits for the Sea.
60 Membawamu Menjauh (Part 1)
61 Membawamu Menjauh (Part 2)
62 Aih, Cinta ...
63 Menjauhlah Dariku!
64 Siapalah Aku Di Hatimu
65 Pengumuman
66 Misi Menjinakan Angsa Kecil (Part 1)
67 Misi Menjinakan Angsa Kecil (Part 2)
68 Tabuhan Genderang Perang?
69 Pertarungan Telah Dimulai
70 Percaya Pada Cinta
71 Will You Spend the Rest of Your Life With Me?
72 Syaratmu Ringan di Kata, Berat di Rasa, Tuan Putri ...
73 Mama, Would You Do Me A Favor? (Part 1)
74 Mama, Would You Do Me a Favor? (Part 2)
75 Apa Aku Terlalu Bodoh?
76 Mau Hidupnya Happy, Ngga?
77 My Longing for You is Great!
78 Be a True Man!
79 Yang Sedang Berusaha Mengulur Waktu
80 Saatnya Sidang Dimulai
81 Meluahkan Segala Rasa
82 Menyulam yang Tercabik (Part 1)
83 Menyulam yang Tercabik (Part 2)
84 Mencicil Satu Persatu (Part 1)
85 Mencicil Satu Persatu (Part 2)
86 Is It a High Time?
87 Selalu Ada Hati yang Penuh Maaf (Part 1)
88 Selalu Ada Hati yang Penuh Maaf (Part 2)
89 Detik-Detik Menuju Go Public
90 AA? Azki Abraham! (Part 1)
91 AA? Azki Abraham! (Part 2)
92 Are You Looking for Me?
93 Lelaki Dari Masa Lalu (Part 1)
94 Lelaki Dari Masalalu (Part 2)
95 Abang Kei Tidak Sejahat Itu, Mama?
96 Just Let Her Go!
97 She is Mine! And Always Will Be!
98 Menebus Hutang Budi
99 Maaf, Telah Lancang Mencintaimu
100 Love Always Finds Its Way (Part 1)
101 Pengumuman
102 Love Always Finds Its Way (Part 2)
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Rindu Itu Masih Biru
2
Menantu Idaman, Bukan Istri Idaman
3
Merpati Patah Sayap
4
Okay, Let's Play the Game!
5
Mau Jadi Kucing, ya?
6
Siapa Yang Sedang Bermain Peran?
7
Lovebirds in Action
8
Aku Tidak Terlalu Butuh
9
Seremban, Bersamamu Kenangan Tersimpan
10
Nasib Si Bujang Lapuk
11
Aarrrgghhh, Bang Kei?
12
Akak, Suri Hati Abang Kei?
13
Abang Kei Selalu Jaga Nay?
14
Kemarahan Kei
15
Masjid Jamek Bandar Seremban; Dejavu
16
I Will Never Let Her Go!
17
Apa Yang Telah Aku Lakukan?
18
Saujana Beach, Port Dickson (Part 1)
19
Saujana Beach, Port Dickson (Part 2)
20
Di Persimpangan Dilema
21
Mana Naya?!
22
Perang Dingin Juga Butuh Energi Panas
23
Mengenali Rasa Yang Membelenggu
24
Uppss, Hampir Saja.
25
Drama dan Insting Sang Puan
26
Adu Skenario?
27
Perkenalkan, Saya Mertua Naya!
28
Lelucon Apalagi Ini?
29
Mulai Menyingkap Topeng Sendiri
30
Nadia Jefferson; Mengenali Lebih Dekat
31
Menyaingi Pengantin Baru?
32
Jangan Ganggu Naya
33
Waktu dan Kesempatanmu Terbatas, Bro!
34
Leaving or Staying, Nay?
35
Baby Gegasi Modusin Lagi
36
Mimpi Buruk yang Berulang
37
Kembali Pulang
38
Bukan Wonderland, tapi Neverland
39
Salad Buah si Baby Gergasi
40
Penculikan Pangeran Terbuang? Wkw...Wkw...
41
LV-CP's Project (Part 1)
42
Villa Pusako; Perjalanan Napak Tilas.
43
LV-CP's Project (Part 2)
44
Hilang Tanpa Jejak
45
Saat Manis Sebelum Penculikan
46
Detik-Detik Penculikan (Part 1)
47
Detik-Detik Penculikan (Part 2)
48
Seteru Tak Banyak Membantu
49
Have We Made a Deal? Okay, Deal!
50
Keberadaan Kanaya Khairunnisa
51
Aku Datang Untuk Menepati Janji (Part 1)
52
It's Just a Play! Drama?!
53
Aku Datang Untuk Menepati Janji (Part 2)
54
I Promise You, Everything Will Be Okay
55
Kei, The Black Eagle of Malaya
56
No! You Can't Do This To Me!
57
Give Him More Chance, Please?
58
Urai Semula Ikatan Ini!
59
I Will Wait for You Like the Sand Waits for the Sea.
60
Membawamu Menjauh (Part 1)
61
Membawamu Menjauh (Part 2)
62
Aih, Cinta ...
63
Menjauhlah Dariku!
64
Siapalah Aku Di Hatimu
65
Pengumuman
66
Misi Menjinakan Angsa Kecil (Part 1)
67
Misi Menjinakan Angsa Kecil (Part 2)
68
Tabuhan Genderang Perang?
69
Pertarungan Telah Dimulai
70
Percaya Pada Cinta
71
Will You Spend the Rest of Your Life With Me?
72
Syaratmu Ringan di Kata, Berat di Rasa, Tuan Putri ...
73
Mama, Would You Do Me A Favor? (Part 1)
74
Mama, Would You Do Me a Favor? (Part 2)
75
Apa Aku Terlalu Bodoh?
76
Mau Hidupnya Happy, Ngga?
77
My Longing for You is Great!
78
Be a True Man!
79
Yang Sedang Berusaha Mengulur Waktu
80
Saatnya Sidang Dimulai
81
Meluahkan Segala Rasa
82
Menyulam yang Tercabik (Part 1)
83
Menyulam yang Tercabik (Part 2)
84
Mencicil Satu Persatu (Part 1)
85
Mencicil Satu Persatu (Part 2)
86
Is It a High Time?
87
Selalu Ada Hati yang Penuh Maaf (Part 1)
88
Selalu Ada Hati yang Penuh Maaf (Part 2)
89
Detik-Detik Menuju Go Public
90
AA? Azki Abraham! (Part 1)
91
AA? Azki Abraham! (Part 2)
92
Are You Looking for Me?
93
Lelaki Dari Masa Lalu (Part 1)
94
Lelaki Dari Masalalu (Part 2)
95
Abang Kei Tidak Sejahat Itu, Mama?
96
Just Let Her Go!
97
She is Mine! And Always Will Be!
98
Menebus Hutang Budi
99
Maaf, Telah Lancang Mencintaimu
100
Love Always Finds Its Way (Part 1)
101
Pengumuman
102
Love Always Finds Its Way (Part 2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!