Namaku Vani

Kamis siang, Indri dan Lusi mengantarkan Ve sampai ke Kosan, dan rencana nya memang hari ini mereka tidak akan pergi ke mana-mana. karna untuk sekolah pun, waktu sudah siang.

"Gue mau lanjut tidur deh.." Ucap Lusi dan langsung pergi ke kamar tidur Ve.

Kini tinggal Indri san Ve di ruang tamu. Ve tetlihat murung, dan Indri yang memperhatikan itu langsung bertanya padanya.

"Lu kenapa dah? apa masih sakit?" Tanya Indri.

"Gapapa, gue cuma kayanya gue kenal sama dokter itu." Jawab Ve.

Sementara di rumah sakit,

"Dokter, kenapa anda melunasi biaya perawatan atas nama Vani?" Tanya salah satu teman dokternya.

Fauzi tersenyum, "Saya kenal sama pasien."

"Sejak pertemuan pertama yang tidak di sengaja malam itu, entah kenapa. Rasanya ada sesuatu yang sudah lama hilang. Dan aku temukan ada pada gadis tersebut" Batin Fauzi.

Fauzi kembali berjalan ke lobi, menuju resepsionis.

"Apakah pasien atas nama Vani masih ada data dirinya?"

"Sebentar dok, saya cek dulu."

Tidak lama, suster yang berjaga disana memberikan Data diri atas nama Vani.

ketika mendapatkan itu, Fauzi tersenyum. Karna pada ahirnya dia mendapatkan apa yang ingin dia tahu.

Sore Hari, Ve beranjak dari tidur nya menuju keluar. Indri yang melihat itu langsung mengikuti nya keluar.

"Lu mau kemana?" Tanya Indri.

Ve tersenyum, "Laper, mau beli makan." Jawabnya.

Indri yang mendengar itu langsung menghampiri Ve dan menahan tangan nya, "Terahir kali lu bilang mau beli makan, lu pingsan" Kata Indri.

Ve mengangkat sebelah alisnya seolah meminta jawaban langsung atas apa yang Indri ucapkan barusan.

"Biar gue yang kedepan, lu masuk lagi kedalem" Indri menarik tangan Ve untuk masuk kembali kedalam Kosan.

Ve yang mendapat perlakuan seperti itu dsri sabatnya hanya tersenyum saja dan menggelengkan kepalanya.

Tidak lama, Indri kembali sambil membawa bungkusan kresek yang berisi tiga bungkus nasi.

Ve membangunkan Lusi, dan mengajaknya untuk makan bersama.

Lusi sempat beberapa kali menolak, karna dia masih mengantuk. Namun Ve di bantu oleh Indri untuk membangunkan Lusi secara paksa.

"Bangun astaga, kebo banget" Indri menarik tangan Lusi.

"Ahh gue masih ngantuk ndri"

"Itu makan dulu, nanti lanjut lagi tidurnya"

Ahirnya dengan terpaksa Lusi bangun, untuk makan terlebih dahulu.

4, Juni.

Indri, Lusi dan Ve bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Karna ini hari Jum'at mata pelajaran hari ini hanya ada 2. dan pukul 10 sekolah sudah bubar.

"Lama banget! lu ngapain di dalem?" Teriak Indri sambil menggedor pintu kamar mandi.

"Sabar anjir masih telanjang gue" Jawab Lusi dari dalam.

Indri yang memang sudah tidak tahan ingin buang air kecil terus-menerus menggedor pintu kamar mandi.

"Buka Lusi! gue gakuat"

Sementara Ve yang melihat pemandangan itu hanya tersenyum saja. Walaupun suasana di Kosan pagi ini jadi berisik karna perbuatan Indri dan Lusi yang berebut kamar mandi, tapi itu kesenangan tersendiri bagi Ve.

Sesampainya di sekolah, Seperti biasa. Ve menunggu Indri menyimpan motornya terlebih dahulu.

"Gue disana deh nunggu nya." Ucap Ve saat melihat di parkiran ada Vino dan teman-temannya.

Indri yang mengerti itu hanya mengangguk saja. "Yaudah, tapi tungguin ya" Ucapnya.

Saat selesai memarkirkan motornya tiba-tiba ponsel Indri berdering. Ada nomor yang tidak dia kenal menelpon nya.

"Hallo?" Ucap Indri menerima panggilan telpon tersebut.

Hening, yang melakukan panggilan pada Indri tidak berbicara sama sekali. Indri yang menganggap itu hanya telpon iseng langsung menutup panggilan nya.

"Kenapa?" Tanya Lusi.

"Gapapa, qda telpon iseng doang" Jawab Indri.

Indri dan Lusi berjalan menghampiri Ve yang sudah menunggu mereka berdua.

Jam pelajaran pertama selesai, Seperti biasa. Mereka bertiga pergi ke kantin untuk makan.

Namun pagi ini rasanya ada yang berbeda di kantin.

Sangat rame, dan banyak sekali teriakan siswi-siswi dari dalam sana. Beberapa murid terlihat berlarian masuk ke dalam kantin.

"Apaan sih ko rame banget" Gumam Lusi.

Ve Indri dan Lusi, mempercepat langkahnya untuk sampai kedalam kantin. Saat sampai di dalam, ternyata disana sedang ada perkelahian.

"Pantesan rame" Ucap Indri.

Disana ada beberapa murid laki-laki yang sedang saling melayangkan pukulan. Dan tentu saja, salah satu dari mereka ada Vino.

Ve yang melihat itu terlihat biasa saja, dan tidak perduli akan hal itu. Dia berjalan menerobos kerumunan Siswa yang sedang melihat perkelahian itu menuju warung.

"Bu, mie goreng ya" Ucap Ve.

Lusi dan Indri menatap Ve, dan itu membuat nya keheranan. "Kenapa?" Tanya Ve.

"Lagi rusuh, bisa-bisanya lu pesen makan." Ucap Indri.

"Gue di pesenin ga?" Timpal Lusi dengan wajah polos.

Tidak berapa lama, guru dan security berdatangan ke kantin, untuk melerai perkelahian itu.

Vino terlihat berontak karna dirinya di pegang oleh beberapa guru.

"Lepasin! gue abisin tu anak" Teriak Vino.

Seperginya guru, kantin kembali kepada keadaan sebelumnya. Aman dan tenang.

Siang hari, Ve berjalan di sekitar taman. Seperti biasa dia minta di turunkan di taman saja. Karna dia ingin membeli minuman dingin dulu.

Hari ini mereka bertiga tidak jajan ke warung tempat biasa mereka berkumpul saat pulang sekolah. Karna Indri dan Lusi yang memang kecapean dan ingin beristirahat.

Saat sedang berjalan, Ve di kagetkan dengan kedatangan seseorang yang menghalangi jalannya.

"Permisi.." Ucap Ve sambil kembali melangkah, namun langkahnya kembali di halangi.

Ve berjalan ke arah yang berbeda, di halangi lagi. Seperti itu sampai ketiga kali Ve berdecak kesal.

"Apaan sih!" Ucap Ve kesal.

Beberapa saat kemudian, Pria yang menghalangi langkahnya membuka maskernya. dan terlihatlah, ternyata itu dokter yang telah merawatnya kemarin.

Melihat itu tidak membuat rasa kesalnya hilang. Ve tetap menatapnya dengan tatapan kesal.

"Apaan sih" Ucap Ve lagi, dia tidak menghiraukan dokter tersebut, dan kembali berjalan.

"Tunggu.." Teriak Fauzi.

"Saya, ingin berkenalan dengan kamu" lanjutnya.

Ve mnghentikan langkahnya dan memandang dokter tersebut.

"Vani. Biasa di panggil Ve" Jawab Ve sambil kembali berjalan meninggalkan Fauzi.

Malam Hari, Fauzi yang masih bertugas di rumah sakit tersenyum-senyum sendiri. Sambil mengingat bagaimana kejadian tadi, saat Ve memberitahu namanya.

"Vani, perempuan yang menarik" Gumam Fauzi.

Dia kembali mengambil ponsel nya dan menelpon nomor yang dia dapat dari resepsionis.

"Hallo?" Ucap seseorang dari sebrang.

"Maaf, ini siapa ya?" Tanya Fauzi.

"Lah! situ yang nelpon ko situ yang nanya saya siapa?"

Fauzi terdiam, "Ini bukan gadis itu" Batinnya.

Fauzi memberanikan diri untuk bertanya, dan menjelaskan bahwa dia mendapat nomor ini dari data pendaftaran di rumah sakit.

"Oh ini Indri. temennya Ve" Jawab Indri dari sebrang sana.

Fauzi menghebuskan Nafasnya dalam, "Pantas saja suaranya berbeda, ternyata yang di depan itu nomor temannya"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!