Masuk Rumah Sakit

Indri dan Lusi Mendengus kesal, karna Ve tidak kunjung bangun juga. Padahal sekolah sudah bubar sejak 1 jam yang lalu. Namun sepertinya sahabatnya itu masih betah berada di alam mimpinya.

"Bangun woy!" Indri berteriak, dan teriakan Indri berhasil membangunkan Ve dari tidurnya. Karna suara yang bergema sedemikian rupa di ruangan ini.

Ve yang terperanjak kaget mendengar teriakan Indri langsung bengong, "Dimana gue?" Tanya Ve dengan wajah penuh kebingungan.

Melihat Ve yang seperti itu, sontak saja membuat kedua temannya tertawa terbahak-bahak. Karna melihat pemandangan yang jarang terjadi.

"Kenapa?" Tanya Ve masih dengan raut kebingungannya.

"Lu mau nyampe kapan di sekokah sih?" Tanya Indri.

Ve langsung ingat, bahwa dia sedang berada di UKS. "Yaampun! Jam berapa ini?" Tanya nya panik.

Setelah menyadari semuanya Ve berjalan ke toilet sebentar. Karna dia ingin mencuci muka terlebih dahulu sebelum pulang.

"Bener-bener temen gue yang satu ini kelewatan" Gumam Indri saat mengetahui ban sepeda motornya kempes.

"Tanggung jawab lu.." Ucap Indri kepada Lusi.

Lusi yang tidak terima dirinya di salahkan tidak mau kalah, dan terus melakukan pembelaan.

"Ga sengaja itu anjir" Ucap Lusi.

Saat Ve berjalan turun ke parkiran, dia melihat kedua sahabatnya sedang berdebat. Dan memang, ini menjadi hal yang lumrah terjadi bagi Lusi dan Indri.

"Kenapa?" Tanya Ve sambil mengelap wajahnya dengan jaket.

Bukannya menjawab, pertanyaan dari Ve malah membuat situasi semakin memanas. Indri dengan Kesalahan Lusi. Dan Lusi dengan pembelaan nya yang di anggap itu tidak di sengaja.

Sore Hari, setelah perdebatan di parkiran sekolah tadi. Ahirnya Ve memutuskan untuk mendorong motor Indri mencari tambal ban terdekat. Untung saja, tempatnya tidak begitu jauh.

Setelah selesai, mereka bertiga memutuskan untuk mengobrol di Kosan Ve. Karna memang jika langsung pulang pun, mereka tidak ada kegiatan di rumah. Selain tidur.

Layaknya perempuan pada umumnya, berbagai pembicaraan jadi topik bahasan mereka. Sampai mereka tertawa-tawa sendiri dengan berbagai kelucuan yang timbul dari bahasan tersebut.

"Eh gue laper. Mau beli makan dulu bentar kedepan" Ucap Ve sambil beranjak dari duduk nya.

Saat baru berjalan beberapa langkah, Ve memegang punggungnya. Karna memang tiba-tiba saja dia merasakan kesakitan yang bersumber dari punggungnya itu.

"Mau Haid kali ya.." Gumam Ve sambil terus berjalan.

Perlahan, jalannya mulai pelan. Sangat pelan karna rasa sakit itu semakin menjadi. Tidak lama.

Brak.. Ve terjatuh.

Tidak butuh waktu lama, terjatuhnya Ve di pinggir jalan menarik perhatian banyak orang.

"bawa ke rumah sakit aja."

"panggil ambulan."

Orang-orang mulai berkerumun, dan mencoba untuk menyadarkan Ve. Namun saat ini, Ve memang sudah tidak sadarkan diri.

Malam Hari, Indri dan Lusi masih setia menunggu Ve yang sampai saat ini belum sadar. Tidak bisa di pungkiri, Indri dan Lusi memang merasa sangat hawatir padanya saat ini.

"Ndri Ve bangun" Ucap Lusi ketika dia menyadari ada pergerakan dari tangannya.

"Sukurlah" Ucap Indri dan Lusi ketika Ve membuka matanya.

Ve yang tersadar dirinya ada di tempat yang tidak dia ketahui langsung mencoba untuk bangun. Namun karna rasa sakit dari punggung nya belum hilang dia kembali terjatuh di atas tempat tidurnya.

"Lu gapapa kan Ve." Tanya Indri.

Lusi dan Indri mengusap airmata nya.

Ve yang menyadari bahwa kedua temannya ini menangis hanya bida tersenyum saja. Karna kondisi nya yang masih sangat lemah membuatnya untuk bicara saja kesusahan.

"Bentar, gue panggil dokter dulu" Lusi berjalan dengan cepat keluar dari ruangan, untuk mencari dokter. Dan mengabarkan bahwa Ve sudah Siuman.

Tidak lama, Lusi kembali dengan dokter di belakangnya..

Setelah di periksa ahirnya Ve di pasang selang Infus. Karna kondisi nya yang sangat lemah saat ini. Dia membutuhkan banyak Vitamin dan Nutrisi untuk tubuhnya.

"Si, gue pulang dulu bentar deh. Mau bawa baju ganti." Ucap Indri. Lusi mengangguk, dan sepakat bergatian pulang sebentar.

Selain untuk membawa baju ganti, mereka juga harus memberi kabar pada orangtua mereka masing-masing.

Lusi memperhatikan selang Infus yang tertancap pada tangannya Ve. Tiba-tiba saja dia kembali menangis.

"Pasti rasanya sakit ya Ve?" Tanya Lusi.

Beberapa kali Lusi mengusap airmata nya namun tidak kunjung hilang juga. Sampai Lusi menangis sesegukan melihat keadaan sahabatnya sekarang ini.

Lusi yang menundukan kepalanya di samping tangan Ve merasakan ada pergerakan dari Ve. Tangan Ve naik turun mengusap kepala Lusi, seakan menyuruh Lusi untuk berhenti menangis.

"Gabisa Ve! gue gabisa ga nangis liat keadaan lu yang kaya gini" Ucap Lusi dengan sesegukan.

Setelah cukup lama, ahirnya Indri datang. Selain berganti pakaian dia juga membawa beberapa makanan di tasnya.

"Eh lu bawa selimut ya, kelupaan gue barusan" Ucap Indri.

Sekarang giliran Lusi yang pulang dulu.

Indri menatap sahabatnya itu, "Semangat ya!" Ucap Indri sambil tersenyum.

Indri mengeluarkan beberapa makanan kesukaan Ve dari dalam tasnya, dan memperlihatkannya pada Ve. Itu semua dia lakukan sebagai sebuah Support untuk temannya itu.

"Nanti kalau lu udah sembuh, gue janji. Gue beliin makanan kesukaan lu sebanyak-banyaknya!" Ucap Indri dengan suara yang sedikit bergetar.

Ve yang melihat Indri seperti itu, mengangkat tangannya. Dan menunjukan jari kelingking nya pada Indri, seolah menerima perjanjian dari apa yang Indri sebutkan barusan.

"Lu kuat. Gue tau itu." Ucap Indri lagi, dan kali ini dia yang menangis. Sama persis seperti Lusi. Di sebelah tangan Ve, sambil menundukan kepalanya.

Malam semakin larut. Lusi datang sambil memeluk selimut di tangannya, dan sama seperti Indri. Dia juga membawa tas di punggungnya.

"Lu bawa apaan?" Tanya Indri saat Lusi membuka tasnya.

Terlihatlah satu-persatu. Bahwa yang Lusi bawa itu adalah Tupperware lengkap dengan Nasi dan Lauk nya.

"Ibu gue nyuruh gue bawa ini. Katanya buat makan malam kita bertiga." Jelas Lusi.

Ahirnya mereka berdua makan, namun dengan Pelan-pelan. Karna takut membangunkan Ve yang sudah tertidur.

Selesai makan Lusi dan Indri membuat kesepakatan malam ini untuk bergantian jaga. Jadi hanya tidur satu orang saja.

"Nanti subuh gue bangunin lu. Sekarang gapapa gue yang nemenin Ve" Ujar Indri.

Ahirnya Lusi merebahkan badannya di sofa yang tersedia di ruangan itu. Sementara Indri dia duduk di kursi sebelah Ve.

Waktu berlalu, kini hari sudah memasuki waktu subuh. Indri yang sudah mengantuk mencoba mengoyang-goyang tubuh Lusi.

"Si, bangun.." Tidak lama Lusi terbangun dan mengedipkan matanya beberapa kali.

"Iya, gue paham" Tanpa Indri berbicara lagi, Lusi sudah tau Indri membangunkannya untuk apa..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!