Rabu, 2, Juni.
Pagi Hari, Setelah mendapatkan pemeriksaan dari dokter kini kondisi Ve sudah mulai membaik, tubuhnya tidak lagi lemah. Dan dia sudah bisa duduk.
Namun tetap saja, selang Infus di tangannya belum bisa di lepas.
"Gue sakit apa sih?" Tanya Ve.
Lusi juga tidak tahu, Ve sakit apa. Karna memang belum memberitahu tentang itu.
"Maaf ya. Gara-gara gue, lu berdua sampe tidur disini. Udah gitu nyampe ga sekolah." Ve merasa tidak enak karna melihat Indri dan Lusi yang berkorban banyak untuknya.
Lusi mengusap tangan sahabatnya itu.
"Lu tenang aja, ada kita disini" Ucapnya.
Mendengar itu, Ve tidak bisa menahan airmata nya. Dia menyodorkan tangannya untuk memeluk Lusi.
"Makasih banget. Lu sama Indri sahabat yang paling mengerti sama gue" Airmata nya jatuh cukup banyak hingga membasahi pundak Lusi.
Siang tiba, Dokter kembali ke ruangan untuk mengecek kembali kondisi Ve. Lusi dan Indri melihat proses pengecekan yang di jalani oleh temannya itu.
"Apa punggung nya masih sakit?" Tanya dokter sambil melepas maskernya.
Ve tidak menjawab pertanyaan dokter. Dia memperhatikan wajah dokter itu, benar-benar memperhatikan sampai dia lupa untuk berkedip.
"hallo?" Ucap dokter itu lagi, sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ve.
"Dokter, apa sebelumnya kita pernah bertemu?" Tanya Ve.
Indri dan Lusi yang mendengar pertanyaan dari Ve langsung ikut melihat wajah dokter tersebut.
Dokter yang merasa tidak enak memakai maskernya kembali, dan pergi dari ruangan itu.
"Lu kenal?" Tanya Lusi menatap Ve.
Ve terlihat berfikir, namun dia belum mengingatnya dokter itu siapa. Namun Ve yakin, dia memang pernah bertemu dengan dokter itu sebelumnya.
Setelah selesai dengan pemeriksaan, Ve meminta Indri dan Lusi untuk membawa nya berjalan-jalan di taman rumah sakit. Karna dia merasa bosan berada di kamar terus.
Tidak lupa, Indri juga memakaikan Jaket pada Ve, karna hari sudah sore. Dan Indri takut Ve akan merasa kedinginan.
"Rame banget disini" Gumam Ve.
Ia, di taman ini memang rame, terlihat seperti di taman dekat Kosan Ve. Dan itu membuatnya teringat dengan kosannya, dan ingin cepat pulang.
"Besok lu terahir di periksa, kalau hasilnya bagus. Besok bisa pulang" Jelas Indri.
"Ada yang gue pikirin saat ini" Ucap Ve.
"Biaya rumah sakitnya, pasti mahal. Dan gue yakin duit gue gabakal cukup buat bayar" Lanjutnya.
Indri dan Lusi tersenyum melihat temannya itu, "Lu tenang aja, gue sama Lusi patungan buat bantuin bayar. Pasti cukup ko!" Ucap Indri.
Waktu sudah malam, Indri dan Lusi membawa Ve kembali ke ruangan. Ternyata disana sudah ada dokter yang menunggu mereka.
"Dokter" Lusi kaget melihat Dokter yang sudah ada di dekat pintu.
"Masuklah, malam ini jika hasilnya bagus besok pagi pasien sudah boleh pulang." Jelasnya.
Kembali, dokter melakukan beberapa pemeriksaan. Termasuk menanyakan bagaimana punggung nya sekarang.
"Nanti sekitar jam 10 datang ke ruangan saya. Untuk mengambil hasil tes nya"
"Ko malem banget dok?" Protes Lusi.
"Saya masih ada beberapa pemeriksaan lagi, dan mungkin selesai sekitar pukul 10. Jangan lupa pasien di minum obatnya." Jelas dokter.
Setelah dokter keluar, Ve mengajak Indri dan Lusi untuk naik ke brangkar tempat dia berbaring.
"Ga muat kali." Ucap Indri sambil mencoba naik.
"Geser dikit!" Kata Lusi.
"Ini sempit anjir" Jawab Indri.
Ve tertawa melihat Indri dan Lusi berdebat. Iya, Brangkar ini memang kecil. Namun Ve sengaja mengajak Indri dan Lusi untuk naik, berbagi kesempitan.
Pukul 10 Malam.
Seperti apa yang sudah di bicarakan tadi, hasil tes Ve sudah bisa di ambil. Ve mengajak Indri dan Lusi untuk menemani nya ke ruangan dokter tadi. Karna Ve juga tidak tahu ruangannya berada di sebelah mana.
Saat membuka pintu, Indri Lusi dan Ve kaget. Karna keadaan rumah sakit yang sudah sepi. Mereka saling bergandengan tangan.
"Horror banget" Gumam Lusi sambil melihat sekeliling.
"Aduh anjir!" Lusi sedikit berteriak, dan itu membuat Indri dan Ve langsung merapakan badannya pada Lusi sambil menutup mata.
"apa-apaan, sesek dada gue" Omel Lusi ketika Ve dan Indri memeluknya dengan erat.
"Lu liat apa barusan?" Tanya Indri.
"Kapan?" Tanya Lusi kebingungan.
"Terus lu kenapa teriak?" Tanya Ve.
"Oh itu, gue ga sengaja nginjek kaki gue sendiri. Sakit, makannya teriak"
Mendengar jawaban dari Lusi, Indri dan Ve melepaskan pelukannya dan berbalik mengomeli Lusi.
"Yang mana sih ruangannya" Gumam Ve.
Indri dan Lusi kembali melihat-lihat nama ruangan di sekitarnya, namun ruangan dokter yang merawat Ve belum ketemu juga.
Tiba-tiba terdengar suara berdecak dari belakang mereka. Dan itu membuat mereka saling memeluk karna kaget.
"Si, kan di belakang kita tadi gaada orang" Ucap Indri sambil memeluk Lusi dan Ve.
"Aduh anjir pundak gue ada yang nyolek" Teriak Ve. Mereka semua terduduk sambil menutup wajahnya dengan tangan.
"Udah ayo balik aja ke ruangan lu Ve" ajak Lusi.
"Kalian nyari saya?" Suara itu, membuat Lusi Indri dan Ve terdiam.
"Tadi saya di lantai 3. Maaf ya udah bikin kalian nunggu"
Mereka bertiga membuka mata, dan memberanikan diri melihat kebelakang. Dan ternyata dokter yang sedang mereka cari sedang berdiri di belakang mereka.
Setelah mengambil hasil pemeriksaan Ve mereka bertiga kembali ke ruangan Ve.
Dan karna hasil pemeriksaan menyatakan Ve sudah sembuh, maka dia di bolehkan untuk pulang besok pagi.
"Sukurlah, besok lu udah bisa pulang"
"Iya, tapi. Biaya nya gimana?" Ucao Ve kembali bersedih, mengingat biaya rumah sakit ini.
"Apa gue telpon orangtua gue aja ya?"
"Tapi gue takut mereka hawatir" Lanjutnya menyimpan kembali ponsel yang sempat dia pegang.
3, Juni.
Pagi hari, semua barang bawaan yang sempat Indri dan Lusi bawa sudah di bereskan. Dan kini mereka bertiga berjalan menuju lobi.
Saat di lobi, mereka bertemu dengan dokter itu lagi.
"Sudah mau pulang ya?"
"Oh iya, untuk pembayaran biaya rumah sakitnya tidak usah di pikirkan. Karna sudah ada yang melunasi. Dan ini buktinya"
Dokter memberikan surat bukti pelunasan biaya rumah sakit. Indri Lusi dan Ve yang mengetahui itu langsung menutup mulut dan merasa tidak percaya.
"Siapa yang lunasin?" Tanya Indri sambil Menatap Lusi dan Ve bergantian.
Saat mereka bertiga akan berjalan menuju ruang resepsionis, dokter menahan mereka. Dan bilang bahwa nama orang yang terlah melunasi biaya Ve ingin di rahasiakan.
"Jadi walaupun kamu bertanya, tidak akan mendapatkan jawaban. Karna itu privasi" Jelas dokter itu.
"Udah lah, kita tinggal bersukur aja, iya ga Ve?" Tanya Lusi.
Ve mengangguk membenarkan perkataan Lusi. Iya tinggal mengucap sukur aja, ada orang baik yang telah melunasi biaya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments