Brak!!
Shasa menghempaskan diri di atas ranjangnya setelah menutup pintu kamar dengan keras. Kekesalan yang sempat hilang kini datang kembali setelah bertemu dengan Luna. Gadis itu selalu selalu mengomentari apapun yang dilakukan Shasa.
"Si Culun itu kapan sih berhenti nyinyirin hidupku! apa gak takut bibirnya makin maju, ya!" gerutu Shasa seraya mengubah posisinya.
Senyum Shasa kembali merekah kala pandangannya tertuju ke dinding kamar, di mana ada foto Christian alias Jamie dornan berukuran 12Rs terpampang di sana. Jamie Dornan adalah aktor favorit Shasa. Setiap hari ia bermimpi mempunyai suami seperti Christian yang sempurna—wajah tampan, tubuh atletis serta kekayaan yang tiada habisnya hingga sepuluh keturunan sekali pun.
"Oh Christian! I am your's!" gumam Shasa seraya memeluk gulingnya. Ia sedang memperagakan adegan saat Anastasia bertemu dengan Christian di atas ranjang.
Tok ... tok ... tok ... tok ... tok ....
Khayalan indah tentang aktor kesayangannya pun mendadak hilang tatkala Shasa mendengar pintu kamarnya diketuk beberapa kali. Ia mendengus kesal karena tersadar dari dunia halu yang sangat indah itu.
"duh siapa, sih?" gerutu Shasa dengan suara yang lirih.
Bibir tipis itu mengerucut sempurna tatkala melihat Yulia berdiri di depan kamarnya. Shasa bersandar di bingkai pintu dengan tangan yang bersedekap, wajahnya tertekuk karena Yulia hadir di saat yang tidak tepat.
"Gimana, Sha? berhasil gak? diterima gak? atau jangan-jangan kamu ditolak, ya! astaga ...." cerocos Yulia seraya menaikkan satu alisnya ketika melihat Shasa hanya diam sambil menatapnya.
"Aku gagal dan terancam diblacklist!" jawab Shasa tanpa ekspresi. Ia kesal saat wajah pria botak itu hadir kembali dalam pikirannya.
Yulia mendorong tubuh Shasa agar masuk ke dalam kamar, tak lupa ia menutup pintu kamar adiknya itu. Yulia sangat penasaran apa kiranya yang sudah terjadi hingga adiknya di blacklist. Kedua bola matanya membulat sempurna setelah Shasa menceritakan semua yang terjadi saat interview tadi pagi.
"Hua ... hua ... hua ...." Shasa meraung-raung di hadapan Yulia karena sedih saat teringat isi surat perjanjian yang ditawarkan oleh si botak.
"Emmm ... emmm .... emmm!" Shasa menggelengkan kepala ketika Yulia membekap mulutnya dengan kuat. Tangis itu pun terhenti karena ulah Yulia.
"Diam! gak usah meraung seperti itu!" ujar Yulia seraya menatap Shasa, "Jangan sampai ayah dan mama mendengar semua ini!" Yulia memperingatkan Shasa dengan tatapan mata yang tajam.
"Kalau nanti ditanya Ayah dan Mama, jawab aja belum diputuskan hasilnya! jangan cerita kalau kamu ditawar CEO nya!" ujar Yulia setelah melepaskan tangannya dari mulut Shasa.
Shasa kembali mengerucutkan bibir ketika mendengar kata 'ditawar' yang diucapkan oleh kakaknya. Ia seperti barang yang diperjual belikan saja. Eh, tapi memang seperti itu kan maksud si Botak tadi—dia memberi uang yang diinginkan Shasa dan sebagai balasannya Shasa harus naik ke atas ranjang si Botak. Benar-benar kurang ajar! begitu pikir Shasa
"Buruan ganti baju gih! Bantuin Mama di warung sana biar bermanfaat hidupmu!" ujar Yulia seraya bangkit dari ranjang Shasa, "aku mau ghibah offline dulu sama si Ayu!" ucap Yulia sebelum berlalu dari kamar Shasa.
"Ghibah terus sampai jontor itu mulut!" umpat Shasa setelah Yulia pergi dari kamarnya.
Yulia sendiri sudah menikah sekitar tiga tahun yang lalu. Ia harus menjalani hubungan jarak jauh dengan sang suami yang bekerja di salah satu perusahaan yang memproduksi handphone di Taiwan. Yulia belum mempunyai anak karena suaminya pulang setiap lima tahun sekali. Sekitar dua tahun lagi ia baru bertemu dengan suaminya.
"Coba ulangi sekali lagi!" Yulia kembali ke kamar Shasa, ia berkacak pinggang seraya menatap Shasa dengan mata yang membulat sempurna, "Jangan kurang ajar, ya! kamu harus ingat siapa yang membiayai kuliah mu dulu!" ujar Yulia seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah Shasa.
Shasa terkekeh setelah melihat kakaknya emosi. Ia segera turun dari ranjang untuk menghampiri Yulia, "uluh ... uluh ... kakakku yang cantik jelita tiada tara ... jangan ngambek gitu dong! nanti cepat berkerut loh! kecantikan Kakak pasti memudar jika marah seperti saat ini!" Shasa bersikap semanis mungkin di hadapan Yulia. Ia mengusap lengan kakaknya sambil tersenyum cantik.
Yulia memutar bola matanya jengah melihat sikap manis yang ditunjukkan adik kesayangannya itu. Helaian napas berat terdengar di sana kala Yulia tidak bisa marah jika Shasa terus bersikap manis seperti saat ini.
"Kakak buruan berangkat ke majelis ghibah offline gih! setelah ini aku yang bantu mama di warung!" ucap Shasa dengan pandangan yang tak lepas darinya Yulia.
Shasa bernapas lega setelah Yulia benar-benar keluar dari rumah. Ia mengusap dadanya karena ketahuan mengumpati kakaknya sendiri. Biar bagaimana pun Yulia memang sangat berjasa dalam hidup Shasa. Biaya kuliah Shasa selama empat tahun banyak dibantu oleh Yulia, kakaknya itu harus banting tulang demi perekonomian keluarga.
Shasa mengganti pakaian terlebih dahulu sebelum membantu bu Kokom di warung. Tak lupa ia meraih tas hitam berisi laptop ke warung. Ia harus mengetik naskah saat tidak ada pembeli yang datang.
"Mana uang kembaliannya, Sha?" bu Kokom mengulurkan telapak tangannya di hadapan Shasa ketika gadis itu baru saja masuk ke dalam warung.
"Ya ampun, Ma! anak pulang gak ditanya kabar malah ditagih duit!" gerutu Shasa seraya merogoh saku jamsuit nya untuk mengambil selembar rupiah berwarna biru.
"Nah, gitu dong! hemat!" ujar bu Kokom sebelum berlalu dari hadapan Shasa.
Shasa duduk di bangku bambu yang ada di dekat bu Kokom saat ini. Ia mengeluarkan laptopnya untuk melanjutkan naskah novel yang belum selesai. Jari jemari itu mulai menari-nari di atas keyboard laptop saat kehaluan Shasa dimulai.
Senyum Shasa terus mengembang tatkala ia sedang menulis adegan romantis sepasang suami istri yang baru saja menikah. Ia menghentak-hentakkan kakinya di lantai karena membayangkan jika suatu saat nanti mendapat perlakuan romantis seperti yang ia tulis saat ini.
"Aaa ... kenapa aku baper sendiri, sih! jadi pengen nikah aja ih!" gumam Shasa dengan pandangan yang tak lepas dari layar laptopnya.
Bu Kokom menghentikan kegiatannya saat ini ketika mendengar ucapan Shasa. Beliau meletakkan wortel dan pisau yang ada di genggamannya, kini ibu dua anak itu sedang mengawasi tingkah laku putrinya yang terlihat aneh itu. Proses pembuatan bakwan sayur harus tertunda karena bu Kokom sibuk mengawasi Shasa.
"aku semakin khawatir melihat Shasa! Kenapa dia sering senyum-senyum sendiri di depan laptopnya apalagi saat malam ... haruskah aku membawa dia ke psikiater?" batin bu Kokom sambil menopang dagunya dengan tangan kanan.
🌹Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka ♥️😍 Yaelah si Shasa di kira gila sama mamanya🤣🌹
...🌷🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Yeni Eka
Belum tau bu kokom sebentar lagi Shasha bakal pemes
2022-03-25
4
👑Meylani Putri Putti
🌟🌟🌟🌟🌟luar biasa
2022-03-24
4
👑Meylani Putri Putti
mangat kk. udah tak masuk fav
2022-03-24
3