Suamiku CEO Cilok
"Selamat pagi ... perkenalkan nama saya Maisha Setyorini, saya biasa dipanggil Shasa. Umur dua puluh tiga tahun. Saya lulusan terbaik dari Universitas Mangga muda. Hobi saya menghalu di sebuah platform online dan cita-cita saya adalah menjadi istri CEO seperti anda!"
"Stooop!!" teriak ketiga orang yang sedang duduk sambil menatap gadis yang sedang latihan memperkenalkan diri sebelum berangkat interview.
Ya, gadis cantik berkulit putih yang memiliki rambut hitam lurus. Hidung mancung, bibir tipis berwarna merah muda menjadi pelengkap kecantikan gadis bernama Maisha atau biasa dipanggil dengan Shasa itu. Pagi ini ia sedang berlatih memperkenalkan diri dihadapan anggota keluarganya yang tak lain adalah mama, ayah dan kakaknya sebelum berangkat interview.
"Mana ada memperkenalkan diri seperti itu!" protes Yulia yang tak lain adalah kakak perempuan Shasa.
"Ihh bikin malu Mama saja!" sahut bu Komariyah atau biasa dipanggil bu Kokom.
"Shasa ... kalau kamu seperti itu, Ayah pastikan kamu akan ditertawakan semua orang!" pak Cipto iku mengomentari putri bungsunya.
Shasa mendengus kesal melihat komentar ketiga keluarganya itu. Bibirnya mengerucut hingga terlihat seperti pantat ayam, "terus Shasa harus bagaimana? ini kan pertama kalinya Shasa interview kerja!" keluh Shasa seraya menghempaskan diri di samping kakaknya.
"duh!!" Yulia menepuk jidatnya ketika melihat Shasa, "waktu kuliah kamu ngapain aja sih, Sha? masa memperkenalkan diri aja minta diajarin!" Yulia berdecak kesal melihat tingkah adiknya.
Yulia segera berdiri dan memberi contoh yang benar, bagaimana cara memperkenalkan diri saat interview. Sikap anggun yang dicontohkan Yulia membuat Shasa mengernyitkan keningnya.
"Harus se kalem itu ya, Kak?" tanya Shasa setelah Yulia selesai memberi contoh kepada Shasa.
"Ya iya lah! kamu kan melamar kerja bagian sekretaris, jadi harus bersikap anggun dan ramah. Jangan sampai murung dihadapan atasan!" ujar Yulia seraya menatap Shasa.
Sekali lagi Shasa mencoba memperkenalkan diri seperti yang dicontohkan oleh Yulia. Ia terlihat kikuk dan aneh karena bersikap anggun. Shasa menghentikan ucapannya saat ketiga anggota keluarganya malah tertawa.
"Ihh! kenapa sih? apanya yang lucu?" protes Shasa dengan bibir yang mengerucut kembali.
"Sha! biasa aja! anggunnya gak usah lebay gitu ih!" cibir Yulia di sela-sela gelak tawanya.
Bu Kokom menatap penunjuk waktu yang ada tertempel di dinding ruang tamu, beliau beranjak dari tempatnya saat ini dan menghampiri Shasa yang sedang bersandar di dinding.
"Lebih baik kamu berangkat sekarang, Sha! daripada terlambat dan kamu gagal diterima di perusahaan itu!" ucap bu Kokom seraya merogoh saku dasternya.
Shasa membelalakkan mata kala melihat bu Kokom mengeluarkan dua lembar rupiah berwarna biru. Mata indah Shasa berbinar saat melihat pemandangan yang tak biasa apalagi saat bu Kokom menyerahkan dua lembar berwarna biru itu kepadanya
"kamu berangkat naik bus saja ya, Ayahmu tidak bisa mengantar karena di bengkel banyak pekerjaan!" ucap bu Kokom setelah Shasa menerima uang pemberiannya, "Ingat, Sha!" lanjut bu Kokom yang membuat senyum merekah Shasa pudar seketika, perasaannya mulai tidak tenang.
"Jangan dihabiskan! jangan dibuat beli parfum apalagi kuota internet!" ujar Bu kokom seraya menatap Shasa.
Shasa menghela napasnya kasar setelah mendengar peringatan dari mama nya itu. Baru saja ia bahagia karena melihat uang saku pemberian dari mama nya tapi kebahagiaan itu langsung pudar karena ultimatum dari bu Kokom.
"Ya sudah Shasa berangkat dulu!" ucap Shasa dengan wajah yang tertekuk.
Shasa menjabat tangan ketiga anggota keluarganya itu sebelum berangkat. Ia berjalan lunglai keluar dari rumah—melewati warung kopi tempat Bu kokom bekerja setiap hari. Kini, Shasa berdiri di bahu jalan untuk mencari ojek yang biasa mangkal di dekat bengkel pak Cipto.
"ish! kenapa ojeknya gak ada sih! padahal mereka biasa standby di waktu seperti ini!" gerutu Shasa ketika tak menemukan satu orangpun di pangkalan yang ada di bawah pohon asem.
Beberapa menit kemudian Shasa mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara klakson mobil dari arah timur. Ia menaikan satu alisnya ketika sebuah mobil sedan berhenti tepat di depannya.
"selamat pagi, Neng geulis ...." sapa seorang pria yang duduk dibalik kemudi setelah menurunkan kaca mobilnya.
"Heh! gak usah senyum seperti itu! bikin silau aja!" cibir Shasa saat melihat pria di hadapannya tersenyum lebar hingga deretan gigi yang tak seberapa putih itu terlihat.
Burhan, itulah nama pria yang saat ini turun dari mobilnya. Dia adalah anak tunggal pak lurah di daerah tempat tinggal Shasa. Sudah lama Burhan tergila-gila dengan Shasa karena kecantikan dan keindahan tubuh Shasa yang sempurna—good looking, itulah penggambaran sosok Shasa yang mampu membuat Burhan tergila-gila padanya.
"Neng geulis mau kemana atuh? masih pagi kok udah rapi dan cantik!" tanya Burhan setelah mengamati penampilan Shasa saat ini.
"bukan urusanmu!" ujar Shasa dengan raut wajah yang tertekuk.
Shasa semakin terlihat kesal setelah melihat Burhan di waktu yang tidak tepat. Kekesalan karena uang saku dari bu Kokom sepertinya semakin menggebu setelah kehadiran Burhan.
"Aduh ... aduh ... aduh! neng geulis jangan ketus-ketus atuh! makin keliatan cantik loh!" goda Burhan yang membuat wajah Shasa bersemu merah, bukan karena tersipu tapi karena menahan emosi.
"Aa lagi mencoba mobil baru nih! neng geulis mau gak Aa antar?" tanya Burhan seraya menaik turunkan satu alisnya.
Shasa terlihat memikirkan tawaran dari Burhan. Ia hanya diam seraya menatap mobil sedan hitam dan Burhan beberapa kali. Hampir sepuluh menit Shasa berpikir hingga seulas senyum manis terbit dari bibirnya.
"Sebaiknya aku terima tawaran si Bubur ini, kan lumayan nanti ongkos bus bisa buat beli kuota!" gumam Shasa dalam hatinya.
Wajah yang sempat muram kini kembali bersinar. Shasa terpaksa mengembangkan senyum terbaiknya untuk agar Burhan mau menuruti keinginannya.
"emang kamu mau nganterin aku ke perusahaan Lacto Crop? aku mau interview kesana!" ucap Shasa seraya menatap Burhan dengan pesonanya.
Burhan tertegun ketika melihat sikap Shasa yang berbeda dari biasanya. Bibirnya sedikit terbuka karena terpana pesona Shasa yang tiada duanya. Baru kali ini Shasa bersikap manis kepadanya setelah beberapa tahun mengejar gadis ini.
"ini orang malah bengong! mau gak?" Shasa mulai kesal karena Burhan hanya diam saja.
"eh iya! pasti mau lah Neng geulis! apapun akan Aa Burhan lakukan demi Neng geulis Shasa, inces pujaan hati Aa!" ujar Burhan sebelum berjalan ke sisi lain mobilnya untuk membukakan pintu untuk Shasa.
Mobil yang dikendarai Burhan akhirnya melaju membela jalan yang mulai padat. Shasa tak sedikitpun menoleh ke arah Burhan. Senyumnya terus mengembang ketika membayangkan nanti malam akan nonton film Hollywood yang sudah berkali-kali ia putar. Bayangan wajah aktor tampan dan sexy yang berperan dalam film itu membuat Shasa senyum manis itu tak kunjung pudar dari wajahnya.
"Sepertinya Neng geulis mau menerima lamaranku setelah ini! senyumnya sangat manis tanpa pemanis buatan! Shasa ... Aa Burhan semakin mencintaimu!" gumam Burhan dalam hati ketika memandang Shasa saat berhenti di perempatan lampu merah.
🌹Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka 😍♥️🌹
Selamat datang untuk para reader kesayangan othor😍 semoga kalian suka ya dengan karya othor kali ini😎**Jangan lupa tekan favorit agar tidak ketinggalan update othor ya😍**
...🌷🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Aprilia dwi
baru permulaan ni ikutan ya mbk
2024-07-07
1
syafridawati
wah baru keren!
2022-04-25
3
Rini Sri
seru ceritanya
2022-04-25
3