POV Dara
Besoknya
Hari mulai pagi, Subuh akan segera berganti siang. Aku menggeliat, rupanya Aku tidur nyenyak semalam. Wajar saja, semalam tidur larut banget sehingga bangun tidur kesiangan. Jam di weker menunjukan 5.30 pagi. Aku segera bergegas ke kamar mandi karena sadar belum shalat Subuh, indra penciumanku mencium sesuatu yang sangat enak. Seperti Ayam Ungkeb.
Ah... benar saja, di atas kompor tengah teronggok wajan yang kayaknya baru saja dimatikan kompornya. Masih ada uapnya yang ngebul. Lantas aku melihat Mejikom, wow... rupanya nasi sudah matang. Aku terus mengamati dapur yang rasanya masih asing bagiku.
"Ceklek"! Tiba-tiba terdengar bunyi pintu dibuka.
Aku hampir saja tersentak karena kaget, kok ada cowok masuk, orangnya aku kenal pula. Ya ampun..., aku baru sadar rupanya dari sejak semalam aku sudah tinggal satu kamar dengan makhluk cowok yang satu itu, satu kasur lagi. Dia menenteng ember kosong, kayanya dia habis jemur baju. Rajin banget subuh-subuh sudah nyuci dan jemur, masak juga. Disini aku sedikit merasa takjub.
"Adek baru bangun? cepat sholat Subuh, nanti kesiangan!" Ujarnya mengingatkan. Tanpa menyahut, aku segera ke kamar mandi, bersih-bersih, gosok gigi dan berwudhu. Saat menengadahkan tangan hendak berdoa selesai berwudhu, aku bingung kemana baju kotorku yang tergantung di paku? Jangan-jangan dicuci Bang Azlan, pikirku dalam hati. Segera aku beranjak dari kamar mandi.
"Abang cucikan baju Dara?" tanyaku.
"Iya, tadi Abang sekalian nyuci!" sahutnya tanpa ku respon. Sejak kejadian pindahan tadi malam, rasanya aku malas banyak bicara dengan Bang Azlan, lebih baik aku irit bicara sebagai bentuk kesalku pada dia. Buru-buru aku gelar sajadah dan melaksanakan sholat Subuh.
Sebetulnya sih ada sedikit rasa ga enak dalam dada, tapi mau bagaimana lagi, orang aku enggak menyuruh siapapun untuk nyuci. Aku melenggang ke depan, pintu ku buka.
"Srettt," rupanya baju-baju itu sudah bergelantungan di jemuran. Kecuali daleman, selalu ku jemur di kamar mandi dengan jemuran rolling. Aku masuk lagi ke dalam. Ku lihat Bang Azlan sedang nonton TV siap dengan secangkir kopi dan secangkir teh.
"Adek sini, ngeteh dulu! Abang sudah buatkan teh manis buat Adek." Duhhh... manis banget sih perhatiannya, membuat aku luruh saja. Tapi, perhatian seperti ini tidak akan membuat aku luruh dan memaafkan kesalahannya. Tapi teh manisnya tidak aku tolak, ku sruput dengan nikmat, tidak terlalu manis sesuai dengan seleraku.
"Dek, kebetulan Abang tidak lembur hari ini, nanti Abang mau ke Mangga Dua mau cari barang buat dikirim ke Prabumulih, Adek ikut ya!" Ajak Bang Azlan.
"Enggak ah, males," jawabku cepat.
"Ya sudah nanti Adek baik-baik ya di rumah!" peringatnya.
Sebetulnya Bang Azlan merupakan sosok yang pekerja keras dan tidak mudah menyerah, disini aku salut. Selain bekerja sebagai Teknisi di pabrik, dia juga sering ngirim barang seperti baju ke kampungnya Prabumulih, kebetulan Mamaknya berjualan kelontong dan baju-baju yang dikirim Bang Azlan. Sebagai usaha sampingan katanya.
Bang Azlan nampak sibuk di dapur, rupanya dia menggoreng ayam buat sarapan, bukan cuma buat dia tapi buat aku juga. Rupanya, Bang Azlan sudah menyedukkan nasi buatku di piring tanpa ku minta, dua piring dia tenteng dan dibawa ke ruang tengah, satu disodorkan buatku dan satu punya dia.
"Sarapan Dek!" ajaknya. Dengan sedikit rasa malu akhirnya aku makan juga, kami makan tanpa suara. Selesai sarapan, Bang Azlan telah siap akan pergi ke Mangga Dua. Dia pamit, hanya sekilas aku tatap.
"Brummm....!" motor Maticnya meninggalkan halaman kontrakan.
"Hati-hati Bang!" bisikku pelan. Sebetulnya ada rasa melas dalam hati, dia cowok baik tapi aku tidak ada rasa untuknya. Akan kulihat sampai dimana dia mendapatkan hati aku, menyerah atau terus berjuang dengan sikap aku yang terus dingin?
POV end
Udara terasa makin panas, padahal waktu masih menunjukan pukul 10.00 pagi, kipas angin yang terus berputar tidak terasa menyejukkan lagi buat Dara. Dara berdiri, lalu membuka lebar-lebar pintu kontrakannya, berharap angin segar menerpanya. Dara menghela nafas dalam, merasakan angin yang bertiup sepoi menerpa tubuhnya. Tiba-tiba, ada sebuah motor berhenti didepan kontrakan. Dara menatap tajam ke arah orang tersebut.
"Siapa ya?" gumannya. Ternyata Rian. Rian turun dari motornya lalu menghampiri Dara. Ada rasa bahagia dalam hati Dara melihat cowok itu.
"Kak Rian...! Ada apa Kak?" Heran Dara tapi senang.
"Azlan mana Dek?" Tanya Rian.
"Tadi bilangnya mau ke Mangga Dua Kak, beli barang!" Rian manggut-manggut. "Ada perlu sama Bang Azlan?"
"Enggak juga, sengaja aja kesini pengen ketemu Neng Dara!" Jawab Rian santai.
"Pasti mau gitaran kan?" yakin Dara sambil melirik gitar yang dijinjing Rian. " Kenapa tidak sekalian ajak Kak Vai."
"Rivai kebetulan ada lembur Neng, kebetulan mesinnya ada trouble, hari Senin besok ada barang urgent yang harus segera dijalankan di mesin yang dia pegang." Terang Rian, Dara manggut-manggut.
"Gimana Dek perasaannya sudah nikah, seru tidak?" tanya Rian tiba-tiba. "Azlan gimana baik, kan?" Seru Rian lagi. Padahal Dara sedang tidak mau bahas nikah paksa itu, tapi kayanya Rian sengaja ingin mengorek tentang hubungan Dara dan Azlan. Dara merasa moodnya yang lagi happy tadi malah buyar gara-gara pertanyaan Rian tentang pernikahan paksanya.
"Udah deh Kak tidak usah bahas pernikahan Dara!" sergah Dara. " Lebih baik Kak Rian mainkan gitarnya lalu nyanyikan lagu bahagia buat Dara!" timpal Dara lagi.
Rian menuruti kemauan Dara, kemudian dia petik gitar dengan syahdu. Lagu Dygta "kesepian" diperdengarkan dan disenandungkan dengan syahdu. Lagu melow yang bikin hati Dara tambah melow bukan bahagia. Tapi Dara merasa mungkinkah lagu ini ungkapan hati Rian untuk Dara?
Petikan gitar berhenti bersamaan lagu Dygta yang usai diperdengarkan. Rian menghela nafas sebelum dia memulai bicara. "Si Azlan emang begitu, dia akan terus kejar apa yang dia mau, sampai tidak memberi peluang buat orang lain". Ungkap Rian tiba-tiba.
"Maksud Kak Rian...?" Dara tidak paham. "Berbagai cara bakal dia lakukan sampai mendapatkan apa yang dia mau, seperti halnya mendapatkan kamu Neng," beber Rian. Dara termenung, pikirannya entah kemana. "Kalau tidak dari dulu si Azlan menaruh hati sama kamu, mungkin aku yang akan dapatkan kamu Neng!" beber Rian tanpa ragu.
"Jadi, Kak Rian ada perasaan sama Dara?" simpul Dara.
"Ya gitu deh!" akunya.
"Kalau begitu kenapa Kak Rian tidak memperjuangkan Dara?" tanya Dara penuh harap. Belum sampai Rian menjawab, tiba-tiba motor Azlan tiba didepan kontrakan. Dara terhenyak, sangat menyayangkan sebelum Rian menjawab Azlan sudah datang.
Azlan menatap Rian datar. " Yan, ngapain lu disini?".
"Gua tadi nyari lu, tapi lu tidak ada. Dara bilang lu ke Mangga Dua cari barang, ya sudah mungpung tidak ada lu, gua nostalgiaan sama Dara!" Terang Rian gamblang.
"Gila lu nostalgiaan sama bini orang!" Azlan mendengus kesal.
"Sudahlah Gua balik dulu!" Rian beranjak sambil menstarter motornya.
"Eh kemana lu, gua datang lu ngacir?" Cebik Azlan kesal.
"Berhubung Satpamnya Dara sudah balik, jadi Gua balik juga!" Srepet Rian sambil berlalu. Gila si Rian. Guman Azlan dalam hati.
Tanpa menoleh ke arah Azlan, Dara masuk ke dalam. Dara merasa masih ada yang mengganjal dengan pertanyaan yang dia berikan pada Rian yang belum sempat Rian jawab.
"Dek, Rian dari kapan ada disini?" tanya Azlan. "Dari jam 10." Jawab Dara pendek.
"Jangan terlalu dekat dengan Rian?" Peringat Azlan.
"Emang kenapa? Abang tidak usah ikut campur urusan Dara!" cebik Dara garang.
"Bukan kenapa-kenapa, Adek kan istri Abang!" Tekan Azlan.
"Istri paksa maksudnya?" Azlan diam dia malas bertengkar dengan Dara, lebih baik dia mengalah dan sabar menghadapi Dara.
"Abang bawa oleh-oleh buat Adek", Azlan menyodorkan kantong kresek pada Dara dan satu plastik transparan berisi es campur. Dara tidak menyahut dia tidak peduli dengan apa yang Azlan berikan, padahal untuk es campur tenggorokan Dara sudah naik turun ingin segera melahapnya.
"Coba lihat Dek bajunya bagus, pasti cantik dipakai sama Adek. Warnanya krem kopelan sama Abang." Ucap Azlan sambil membeberkan baju punya Dara dan baju kemeja punya Azlan. Dara melihat sekilas baju yang diberikan Azlan untuknya. Kelihatannya bagus, baju setelan rok. Atasannya semi kemeja yang pas badan tapi tidak ketat. Lengannya bisa panjang atau sesuai kemauan.
"Cantik kan Dek sama cantiknya seperti paras Adek." Puji Azlan. Dara hanya menatap sekilas pada Azlan, lalu meraih plastik transparan berisi es campur. "Baju ini bisa kita pakai buat nikahan Rian bulan depan!". Ucap Azlan yang berhasil membuat Dara terkejut, sehingga Es Campur yang baru masuk ke mulut Dara tersembur.
Dara menjadi teka-teki tentang Rian, tadi baru saja Rian seolah menyatakan isi hatinya pada Dara Tapi kini, Dara mendengar Rian akan menikah bulan depan dari Azlan. Dara termenung. Entah apa yang dipikirkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
💖widia aja💖
hmmm...suami berjuang swmoga cepet merdeka bang azlan...💪🏼🤭
2022-09-25
2
Rini Antika
kenceng dikit napa ngomongnya..🤭
2022-09-14
1
Rini Antika
Suami yg rajin..🤭
2022-09-14
1