Pindah Kontrakan

Satu Minggu Kemudian

Sore itu ketika Dara baru pulang kerja, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatangan Pak Haji.

"Assalamualaikum!" salam Pak Haji. "Waalaikum salam," jawab Dara. "Eh, Pak Haji!" seru Dara terperangah. Dara menghampiri Pak Haji ke depan.

"Ada apa ya Pak Haji?" tanya Dara penasaran.

"Ini Neng, tolong kasih suamimu konci rumah kontrakan baru." Seru Pak Haji sambil menyodorkan sebuah kunci. Dara mengerutkan keningnya heran.

"Kunci kontrakan yang mana ya Pak Haji?" tanya Dara.

"Ini, suamimu kan udah setuju mau pindah kontrakan ke kontrakan yang sono," tunjuk Pak Haji ke sebelah timur, yang mana di sana memang terdapat rumah kontrakan yang ukurannya lebih luas daripada ini, masih milik Pak Haji. Jarak dari kontrakan yang ini sekitar 50 meter. Jadi ke tempat kerja masih aman dan dekat.

" Di sana kan lebih luas, jadi cocoklah buat pasangan muda kaya Neng Dara dan Nak Azlan." Sambung Pak Haji lagi.

"Oh...!" seru Dara masih mencerna omongan Pak Haji.

"Sebetulnya sih bisa saja suamimu atau Neng Dara yang pindah ke kamar ini atau ke kamar Nak Azlan, tapi kayanya terlalu sempit buat berdua, apalagi Nak Azlan banyak juga barangnya." Terang Pak Haji. "Dan lagi gak enak juga Neng, masa udah nikah masih misah kamar!" celetuk Pak Haji lagi.

"Iya, iya, Pak Haji, nanti Dara bicarakan dulu sama Bang Azlan!" respon Dara nampak bingung.

"Kalau begitu saya pamit dulu,

Assalamualaikum!" Pamit Pak Haji sambil mengucapkan salam.

" Waalaikumsalam." Balas Dara.

Sepeninggalnya Pak Haji, Dara menghela nafas dalam. Kata-kata Pak Haji tadi ada yang mengusik ketenangan hatinya. Kata-kata "suamimu" dan "udah nikah" sangat membuat hatinya galau, ingin ditepis semua itu, namun pada kenyataannya di mata orang lain seperti Pak Haji, Dara dan Azlan memang sejatinya sudah menikah. Dara merogoh HPnya dalam tas, membuka WA dan mengetik lalu mengirimkan pesan WA pada Azlan.

"Bang..., pulang kerja langsung ke kontrakan Dara!" pesan WA terkirim disertai emot marah. Dara menghempas HPnya kesal. Tiba-tiba air matanya luruh, ia begitu sedih dengan apa yang disampaikan Pak Haji tadi mengenai niat Azlan pindah kontrakan.

Waktu menunjukan jam tujuh lebih lima belas menit malam, Adzan Isya telah selesai berkumandang. Dara bersiap melaksanakan sholat Isya. Setelah selesai, beberapa saat kemudian terdengar suara deru motor berhenti didepan kontrakan Dara. Gak salah lagi pasti Azlan yang baru pulang kerja.

"Assalamualaikum!", salam Azlan. Dara segera membuka pintu kontrakan dengan wajah yang masam tanpa membalas salam. Azlan masuk sambil menyodorkan kantong kresek ke tangan Dara. Dara menepis kantong kresek itu, dia tidak menghiraukan Azlan. Azlan sadar dengan sikap Dara.

"Adek pasti belum makan, ini Abang belikan nasi Ayam sama es Boba kesukaan Adek!" sodor Azlan menutupi kekakuan antara dia dan Dara. Sok perhatian. Gerutu Dara dalam hati. Tapi Dara sedikit terharu sebab Azlan tahu minuman kesukaan Dara saat ini, es Boba. Tapi Dara masih mendiamkan Azlan.

"Adek udah shalat Isya?" tanya Azlan sambil melirik ke arah sajadah yang masih membentang. "Kelihatannya gimana?" Dara malah balik bertanya. Dia gak ada ramah-ramahnya pada Azlan. Sengaja biar cowok yang nyebelin bagi Dara ini, sadar karena udah seenaknya ambil keputusan tanpa runding.

"Ini kunci dari Pak Haji," sodor Dara ketus sambil mengepalkan kunci ke tangan Azlan. Azlan terhenyak, Dara begitu ketus dan nampak sangat garang berbicara padanya.

"Gak ada ramah-ramahnya pada suami, tapi Abang akan terus berjuang untuk mendapatkan cinta dan hatimu Dek. Lihat saja nanti, Adek bakal cinta mati sama Abang. Sekarang Abang hanya perlu banyak stok sabar dan pemaaf samamu Dek", guman Azlan dalam hati bersungguh-sungguh.

"Kenapa sih Abang gak runding dulu sama Dara, maen ambil keputusan sendiri aja. Memangnya Dara bakal setuju pindah kontrakan sama Abang?" todong Dara menggebu.

"Gini Dek, dengar dulu penjelasan Abang!" sergah Azlan mencoba menenangkan.

" Kemarin Pak Haji datang menemui Abang, beliau menanyakan, kenapa kita belum tinggal bersama? lantas Beliau menyarankan supaya kita cepet-cepet tinggal bersama, gak enak katanya dilihat warga. Lalu Pak Haji menawarkan kontrakan dia yang ukurannya lebih luas dari ini untuk kita tinggal bersama, kebetulan ada kamar yang kosong. Kontrakannya gak jauh dari sini, cuma kurang lebih 50 meter dari sini." Terang Azlan sambil tangannya menunjuk ke arah dimana letak kontrakan yang ditawarkan Pak Haji.

"Terus Abang setuju?" sela Dara merengut.

" Abang memang ada rencana nyari kontrakan baru buat kita Dek, dan kebetulan Pak Haji menawarkan kontrakannya yang kosong yang ternyata lebih luas dari ini. Lagipula Pak Haji bilang kamar kontrakan yang bekas kita ini udah ada yang nyari dan ada yang mesan!" Terang Azlan.

"Kita?, Abang kali yang pindah. Dara mah ogah!" ralat Dara sambil bergidik.

" Mau gimana lagi Dek, ini udah terjadi. Mau gak mau kita harus pindah dan tinggal bersama!", ucap Azlan dengan nada pasrah.

"Pokoknya Dara gak mau!" keukeuh Dara.

"Ya harus mau Dek, sebab Pak Haji udah menyuruh kita untuk mengosongkan kamar ini paling lambat Senin." Ujar Azlan ngeyel.

"Ini maunya Abang, Abang seneng kan?" tuduh Dara.

"Pokoknya Dara tetap gak mau!" tegas Dara sembari menendang keranjang sampah yang berada di kamar itu sehingga membentur pintu. Suara benturan keranjang sampah yang beradu dengan pintu itu terdengar sampai luar.

"Woy, woy, woy..... Kenapa nih?" Rivai dan Rian berlarian menghampiri kamar Dara. Dara tersentak mendapati Rivai dan Rian menghampiri kamarnya. Dara merasa malu dilihat mereka, terutama Rian. Dara menunduk menyembunyikan emosinya. Rivai dan Rian menatap satu persatu antara Azlan dan Dara.

"Penganten baru jangan berantem, malu noh sama keranjang sampah yang nyangkut di paku." Seloroh Rivai sembari menunjuk ke atas. Rupanya keranjang sampah yang ditendang Dara nyangkut di paku. Dara dan Azlan tidak menyadarinya. Rivai dan Rian malah cekikikan. Azlan sekilas memandang Rivai dan Rian, ada rasa geli mengetahui keranjang sampah yang nyangkut itu.

"Kalian berdua gak usah cekikikan, nanti malam bantu gua angkut-angkut di kamar ini dan kamar kontrakan gua, gua mau pindah kontrakan!", Perintah Azlan sok galak dan berwibawa menunjuk pada Rivai dan Rian. Dara yang mendengar Azlan berbicara seperti itu, matanya mendelik dan berlalu ke dapur.

"Elu beneran fix pindah kontrakan Lan?" Tanya Rian meyakinkan.

"Ya benarlah....!" Sahut Azlan yakin.

"Jadi jauh dong gua sama Dara....," celetuk Rian tiba-tiba.

"Maksud lu....?" Azlan merasa heran.

"Maksud gua, gua bakal jarang lihat muka Dara dari dekat!", seloroh Rian lagi sambil tersenyum. "Awas lu ya macam-macam!" Ancam Azlan sambil menyodorkan tinju.

"Becanda Lan.....," sahut Rian sambil terkekeh. Dara yang mendengar jelas perkataan Rian dari dalam, menyimpulkan bahwa Rian sebenarnya ada rasa sama Dara. Namun saat mendengar Rian berkata "becanda Lan", hati Dara ciut lagi, rasa percaya dirinya lenyap. Ternyata Rian cuma bercanda.

" Gua tunggu jam sembilan malam, mungpung lagi sepi!" kata Azlan mengingatkan.

"Halah..., giliran pindahan nunggu yang sepi, ehhhh..... saat enak-enak malah rame, digerebek deh!" ejek Rivai nyindir.

"Udahlah lu berdua jangan banyak cerita, jam sembilan gua tunggu!" pungkas Azlan sembari mengusir Rivai dan Rian.

"Yang sabar ya Neng...!" teriak Rivai sebelum kena timpuk Azlan dan berlari ke arah kontrakannya.

"Abang seenaknya aja berbuat, udah ngelecehin Dara, sekarang seenaknya juga ngajak pindah. Dara muak lihat muka Abang!" Tekan Dara marah. Azlan tak menghiraukan kemarahan Dara, dia hanya berpikir bagaimana caranya menenangkan Dara yang lagi emosi.

Akhirnya acara angkut-angkut pindahan barang yang direncanakan Azlanpun berjalan lancar, dengan disaksikan Pak Haji. Azlan rupanya sengaja menghadirkan Pak Haji, mungkin supaya Dara tidak berkutik. Dara menatap nyalang pada orang-orang yang kebetulan membantu angkut-angkut itu, karena setahu Dara orang-orang itu adalah orang yang hadir saat penggerebegan itu. Tidak butuh waktu satu jam, acara angkut-angkut barangpun selesai, baik di kamar Dara, maupun di kamar Azlan, Karena banyak yang membantu. Azlan menghampiri Dara sambil berkata.

"Dek, Abang minta maaf!, bukan maksud Abang berbuat seenaknya!"

"Sekarang kita pindah ya!" Ajak Azlan lembut seraya meraih tangan Dara. Dara menepis tangan Azlan cepat. "Kalau Adek gak mau Abang pegang, Adek ikutin Abang ya, kita bicara lagi di kontrakan!" Pungkas Azlan seraya beranjak pelan meninggalkan bekas kamar kontrakan Dara.

Azlan berjalan beriringan dengan Dara dibelakangnya, akhirnya Azlan dan Dara tiba di kontrakan baru. Disana udah ada Rivai dan Rian serta beberapa orang yang membantu.

"Beres bro sesuai permintaan Lu, tinggal merapihin sedikit, lain-lainnya tinggal Lu benahin lagi deh jika ada yang kurang srek!" ujar Rivai melaporkan.

"Ok, Bro makasih banyak udah membantu!" Azlan berterimakasih.

"Ok..!" seru mereka.

Dara segera masuk ke dalam kontrakan barunya yang akan ia tinggali bersama Azlan, walau dengan perasaan jengah harus satu kamar dengan Azlan, Dara dengan terpaksa mengikuti kemauan Azlan.

Azlan mengikuti Dara ke dalam. Dengan cepat dia menyalakan kompor dan merebus air untuk menyeduh kopi buat teman-temannya dan beberapa warga yang membantu. Air panas telah mendidih, Azlan dengan sigap menyajikan kopi panas 6 cangkir termasuk untuk dirinya disertai satu toples cemilan.

Jam menunjukan setengah sebelas malam, Azlan dan teman-temannya mengakhiri ngobrol dan ngopi-ngopinya. Mereka pamit karena malam makin larut. Azlan segera masuk ke dalam kontrakannya yang kini ia tempati bersama Dara. Azlan menghela nafas dalam mempersiapkan diri menghadapi Dara sang pujaan hati.

Azlan ingat, sejak dia pulang kerja tadi Dara maupun dirinya belum makan. Karena sibuk berdebat dan pindahan. Azlan menatap sekilas ke arah Dara, rupanya gadis itu tengah sibuk dengan HPnya sambil tengkurap.

"Dek, makan dulu yuk!" ajak Azlan. "Abang buatkan mie saja ya, nasi yang Abang beli tadi udah dingin!" Tawar Azlan. Dara tidak menyahut, dia masih sibuk dengan HPnya. Azlan beranjak ke dapur bermaksud membuatkan mie buat Dara.

Dara menggeliat merubah posisi badannya. Perlahan Dara merasakan perutnya lapar, namun dia malas karena masih kesal pada Azlan. Dara gak menyangka hari ini bisa satu kamar dengan Azlan. Dara menatap ke sekeliling ruangan yang baru saja dia tempati. Ruangannya lebih luas dari kontrakan sebelumnya. Dari ruang tengah ke dapur ada jeda beberapa meter. Kasur yang terbentang kini agak privasi, lemari Dara dan Azlan dijadikan pembatas antara kasur dan ruang tengah. Sebetulnya sih ruang tengah dibagi menjadi dua, disekat oleh lemari mereka.

"Ayo Dek makan dulu!" ajak Azlan sambil menyodorkan semangkok mie telur dan nasi ayam yang dia beli tadi, tidak lupa es Boba kesukaan Dara dia sodorkan juga. Dara tidak menyahut. Tanpa basa basi Dara langsung menyambar semangkok mie telur yang dihidangkan Azlan tadi, tanpa malu Dara melahap mie itu dengan nikmat. Akhirnya Azlan memilih nasi ayam yang tidak dipilih Dara, diapun makan dengan lahap karena benar-benar lapar. Selesai makan dan menyeruput es Boba kesukaannya, Dara langsung beranjak ke kamar mandi sambil membawa mangkok bekas dia makan tanpa menghiraukan piring bekas Azlan. Dara segera membersihkan diri dan sikat gigi.

Dara segera berbenah diatas kasur, sekilas dia menatap lekat Azlan yang sedang membereskan bekas makannya, baju teknisi warna Abu-abu tua itu masih melekat di badan Azlan. Ihh pasti bau campur keringat sejak pagi. Cebis Dara dalam hati.

Entah kenapa jika melihat Azlan mengenakan baju Teknisi dan bersikap serius dan kalem begitu, hati Dara berdesir tersentuh seperti ada rasa aneh. Dara merasa aura kegantengan cowok sawo matang itu makin keluar. Disitu Dara mengagumi Azlan. Tapi kalau Azlan sudah cengengesan, Dara sebal dibuatnya. Azlan yang merasa diperhatikan, dengan cepat menatap ke arah Dara. Dara langsung melengos ke arah lain, merasa ketahuan telah memperhatikan Azlan.

"Cie... rupanya perhatian juga!" guman Azlan merasa senang.

Waktu menunjukan hampir jam 11 malam, Azlan bergegas menuju kamar mandi sambil membawa piring bekas makannya. Segera ia membersihkan diri dan berwudhu karena Azlan belum shalat Isya. Setelah itu Azlan berbaju dan segera melaksanakan shalat Isya.

"Trek", bunyi saklar lampu yang dimatikan Azlan. Cahaya remang-remang kini didapati dari lampu dapur yang menyeruak ke dalam.

Merasakan ada pergerakan disebelahnya, Dara bangkit dan duduk.

" Adek belum tidur?" Azlan heran.

"Eits..... Abang jangan tidur disini!" cegah Dara. "Terus Abang tidur dimana?"

"Karena Dara masih punya hati, kita tidur satu kasur tapi ada batas dan syaratnya!" ucap Dara. "Syaratnya apa?" tanya Azlan.

"Guling ini sebagai batasnya, Dara tidur disini dengan kepala disini, dan Abang tidur disini dengan kepala disana." Dara memberi aturan. Jadi mereka tetap satu kasur tapi dengan posisi kepala saling berlawanan. Dara disebelah selatan, Azlan disebelah Utara. Azlan gak keberatan dengan aturan itu, justru ia tersenyum smirk.

"Tidak ada peluk-peluk atau mesum-mesum, dan ingat jangan curi-curi kesempatan, saat Dara terlelap sekalipun. Jika Abang langgar, maka Dara tak segan usir Abang." Tegas Dara mengancam.

"Siap sayang!", celoteh Azlan tanpa malu.

"Sayang, sayang, Mbahmu!" cibir Dara sambil menimpuk Azlan dengan bantal. "Awas ya jangan macam-macam!" peringat Dara lagi.

Akhirnya setelah drama sebelum tidur berlalu, Dara lamat-lamat terbuai dalam lena. Tubuh dan matanya mulai terbuai oleh kantuk yang tak tertahan.

"Selamat tidur sayang!" bisik Azlan sambil mencium dan membelai Dara penuh sayang. Azlan telah melanggar peringatan Dara, setelah itu Azlanpun ikut terlelap.

Terpopuler

Comments

Eka Dhafa

Eka Dhafa

ih serem amat ma org sebrang mending pindah kontrakan yg jauh 😆😆😆

2024-03-12

2

Rini Antika

Rini Antika

gak tau malu..😜

2022-09-13

0

Rini Antika

Rini Antika

jgn gitu Dara, walau bagaimanapun Azlan sudah jd Suami kamu

2022-09-13

0

lihat semua
Episodes
1 Pulang Kerja
2 Rencana Licik Azlan
3 Alasan Azlan
4 Pindah Kontrakan
5 Teka-teki Rian
6 Darurat Dara Sakit
7 Perhatian Azlan
8 Tekwan dan Pempek
9 Ditengok dan Sebuah Cincin Hati
10 Kumpul Kebo??????
11 Kue "Cinta" Putu Hangat
12 Sebuah Foto di Lemari Azlan
13 Kemarahan POV Azlan
14 Foto Siapa?
15 Kesal dan Marah
16 Penjelasan Azlan
17 Permohonan Azlan
18 Ancaman Meta
19 Ancaman Meta 2
20 Perdebatan Seru
21 Ternodai
22 Obrolan Romantis
23 Cowok Angkuh
24 Gamang
25 Dara Jutek Lagi
26 Dara Jangan Kau Bersedih
27 Pesan WA dari yang tersayang
28 Rindu tapi Marah
29 Perjalanan Menegangkan
30 Sambutan Keluarga Azlan
31 Rindu Azlan
32 Perumpamaan buat Azlan
33 Kalung Turun Temurun
34 Ketahuan
35 Peringatan Mamak
36 Back To Cikarang
37 Pagi Yang Romantis
38 Kalung Penanda
39 Keributan
40 Saingan Berat Azlan
41 Kepercayaan Azlan
42 Reno Makin Menyebalkan
43 Pernikahan Rian
44 Dibalik Marah ada Cinta
45 Belum Tentu Sah
46 Sohib rasa Ustadz
47 Tekad Azlan
48 Perjalanan Mudik
49 Perjalanan Mudik 2
50 Mencari Kontrakan
51 Bertemu Orang Tua Dara
52 Pengakuan Azlan
53 Tragedi Maut
54 Persiapan Nikah Resmi
55 Pernikahan Sah
56 Surat buat Wisnu
57 Masih Sedih
58 Pertengkaran dan Percintaan
59 Mimpi, wakwakwak...
60 Pasar Malam
61 Jersey Horor dan Makan Malam Romatis
62 Malam Romantis
63 Mengulang Kembali Romantisme Semalam
64 Fitnah buat Dara
65 Fitnah yang akan Terbongkar
66 Fitnah yang Terbongkar
67 Janji Meta
68 Dara Cemburu
69 Informan Dadakan
70 Terciduk
71 Yang Muda yang Bergelora
72 Bahagia Diatas Derita Meta
73 Pertengkaran dan Perang Dingin
74 Kembali Hangat
75 Sakit Hati Kedua Kali
76 Meta Resign, Reno Berulah
77 Azlan Kena Musibah
78 Azlan Masuk RS
79 Penyesalan Dara
80 Sikap Dingin Azlan
81 Kesepakatan
82 Rela Dipenjara
83 Ungkapan Rindu Dara
84 Maling...!!!
85 Antara Gengsi dan Egois
86 Selamat Malam
87 Sudah di Ujung Malah Gagal
88 Teknisi Baru
89 Senyuman Maut Itu
90 Siapa Riki?
91 Sofia Pulang, Azlan Senang
92 Tamu Tak Terduga
93 Wisnu dan Tragedi Seblak
94 Partner Solid
95 Keingintahuan Riki Terjawab Sudah
96 Mendadak Lembur
97 Cemburu Dara
98 Sama-sama Menyimpan Rasa Cemburu
99 Sama-sama Menahan Ego
100 Azlan Cemburu
101 Pertengkaran
102 Tangisan Pilu di hari Resepsi
103 Jejak yang Tertinggal
104 Sofia yang Gelisah
105 Isi Hati Jabar
106 Secarik Surat dari Reno
107 Tantangan Reno
108 Kesempatan Emas yang Membingungkan
109 Kepergian Azlan
110 Rencana Dara
111 Perawan Gagal Kawin
112 Sofia yang Dilupakan
113 Sikap Datar Sofia
114 Harapan Sofia
115 Undangan Pernikahan Nela
116 Pernikahan Nela
117 Bertemu Reno
118 Salah Paham
119 Saran Nela
120 Agresif dan Ganas
121 Menagih Kembali Ajakan Kencan
122 Pindah Rumah
123 Syukuran Rumah Baru
124 Agresif ya... Dia Sekarang???
125 Pijatan Maut Azlan
126 Dua Berita Membahagiakan buat Azlan
127 Bertengkar
128 Nasihat Mamak
129 Mati Lampu Membawa Berkah
130 Rujak Buatan Sofia
131 Rivai Datang Suasana Riang
132 Harapan. Sofia yang Karam
133 Dara Keguguran
134 Kesedihan Azlan
135 Waktu yang Tepat Untuk Dara
136 Menagih Janji Dara
137 Pijatan Maut Azlan
138 Galaunya Hati Jabar
139 Es Krim Korneto
140 Dara Hamil
141 Resign
142 Benar-Benar Berhenti Bekerja
143 Ketemu Jabar, Kekhawatiran Azlan
144 Permintaan Aneh Dara
145 Ngidam yang Tidak Kesampaian
146 Siapa Jeny?
147 Anggap Seorang Kakak
148 Pasar Kaget
149 Azlani Andara
150 Perdebatan Ayah dan Mama
151 Kedatangan Sofia
152 Pertemuan Kembali Sofia dan Wisnu
153 Pertemuan yang Membahagiakan
154 Pernyataan Wisnu
155 Sofia Diperkenalkan
156 Tidak Romantis tapi Perhatian
157 Suasana Hangat Saat Hujan
158 Harapan Sofia
159 Pertanyaan Todongan dari Dara
160 Sofia Akan Dilamar?
161 Pernikahan Sofia-Wisnu
162 Resepsi Pernikahan Wisnu-Sofia
163 Malam Pertama Susah Payah Penuh Gairah
164 Pengumuman
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Pulang Kerja
2
Rencana Licik Azlan
3
Alasan Azlan
4
Pindah Kontrakan
5
Teka-teki Rian
6
Darurat Dara Sakit
7
Perhatian Azlan
8
Tekwan dan Pempek
9
Ditengok dan Sebuah Cincin Hati
10
Kumpul Kebo??????
11
Kue "Cinta" Putu Hangat
12
Sebuah Foto di Lemari Azlan
13
Kemarahan POV Azlan
14
Foto Siapa?
15
Kesal dan Marah
16
Penjelasan Azlan
17
Permohonan Azlan
18
Ancaman Meta
19
Ancaman Meta 2
20
Perdebatan Seru
21
Ternodai
22
Obrolan Romantis
23
Cowok Angkuh
24
Gamang
25
Dara Jutek Lagi
26
Dara Jangan Kau Bersedih
27
Pesan WA dari yang tersayang
28
Rindu tapi Marah
29
Perjalanan Menegangkan
30
Sambutan Keluarga Azlan
31
Rindu Azlan
32
Perumpamaan buat Azlan
33
Kalung Turun Temurun
34
Ketahuan
35
Peringatan Mamak
36
Back To Cikarang
37
Pagi Yang Romantis
38
Kalung Penanda
39
Keributan
40
Saingan Berat Azlan
41
Kepercayaan Azlan
42
Reno Makin Menyebalkan
43
Pernikahan Rian
44
Dibalik Marah ada Cinta
45
Belum Tentu Sah
46
Sohib rasa Ustadz
47
Tekad Azlan
48
Perjalanan Mudik
49
Perjalanan Mudik 2
50
Mencari Kontrakan
51
Bertemu Orang Tua Dara
52
Pengakuan Azlan
53
Tragedi Maut
54
Persiapan Nikah Resmi
55
Pernikahan Sah
56
Surat buat Wisnu
57
Masih Sedih
58
Pertengkaran dan Percintaan
59
Mimpi, wakwakwak...
60
Pasar Malam
61
Jersey Horor dan Makan Malam Romatis
62
Malam Romantis
63
Mengulang Kembali Romantisme Semalam
64
Fitnah buat Dara
65
Fitnah yang akan Terbongkar
66
Fitnah yang Terbongkar
67
Janji Meta
68
Dara Cemburu
69
Informan Dadakan
70
Terciduk
71
Yang Muda yang Bergelora
72
Bahagia Diatas Derita Meta
73
Pertengkaran dan Perang Dingin
74
Kembali Hangat
75
Sakit Hati Kedua Kali
76
Meta Resign, Reno Berulah
77
Azlan Kena Musibah
78
Azlan Masuk RS
79
Penyesalan Dara
80
Sikap Dingin Azlan
81
Kesepakatan
82
Rela Dipenjara
83
Ungkapan Rindu Dara
84
Maling...!!!
85
Antara Gengsi dan Egois
86
Selamat Malam
87
Sudah di Ujung Malah Gagal
88
Teknisi Baru
89
Senyuman Maut Itu
90
Siapa Riki?
91
Sofia Pulang, Azlan Senang
92
Tamu Tak Terduga
93
Wisnu dan Tragedi Seblak
94
Partner Solid
95
Keingintahuan Riki Terjawab Sudah
96
Mendadak Lembur
97
Cemburu Dara
98
Sama-sama Menyimpan Rasa Cemburu
99
Sama-sama Menahan Ego
100
Azlan Cemburu
101
Pertengkaran
102
Tangisan Pilu di hari Resepsi
103
Jejak yang Tertinggal
104
Sofia yang Gelisah
105
Isi Hati Jabar
106
Secarik Surat dari Reno
107
Tantangan Reno
108
Kesempatan Emas yang Membingungkan
109
Kepergian Azlan
110
Rencana Dara
111
Perawan Gagal Kawin
112
Sofia yang Dilupakan
113
Sikap Datar Sofia
114
Harapan Sofia
115
Undangan Pernikahan Nela
116
Pernikahan Nela
117
Bertemu Reno
118
Salah Paham
119
Saran Nela
120
Agresif dan Ganas
121
Menagih Kembali Ajakan Kencan
122
Pindah Rumah
123
Syukuran Rumah Baru
124
Agresif ya... Dia Sekarang???
125
Pijatan Maut Azlan
126
Dua Berita Membahagiakan buat Azlan
127
Bertengkar
128
Nasihat Mamak
129
Mati Lampu Membawa Berkah
130
Rujak Buatan Sofia
131
Rivai Datang Suasana Riang
132
Harapan. Sofia yang Karam
133
Dara Keguguran
134
Kesedihan Azlan
135
Waktu yang Tepat Untuk Dara
136
Menagih Janji Dara
137
Pijatan Maut Azlan
138
Galaunya Hati Jabar
139
Es Krim Korneto
140
Dara Hamil
141
Resign
142
Benar-Benar Berhenti Bekerja
143
Ketemu Jabar, Kekhawatiran Azlan
144
Permintaan Aneh Dara
145
Ngidam yang Tidak Kesampaian
146
Siapa Jeny?
147
Anggap Seorang Kakak
148
Pasar Kaget
149
Azlani Andara
150
Perdebatan Ayah dan Mama
151
Kedatangan Sofia
152
Pertemuan Kembali Sofia dan Wisnu
153
Pertemuan yang Membahagiakan
154
Pernyataan Wisnu
155
Sofia Diperkenalkan
156
Tidak Romantis tapi Perhatian
157
Suasana Hangat Saat Hujan
158
Harapan Sofia
159
Pertanyaan Todongan dari Dara
160
Sofia Akan Dilamar?
161
Pernikahan Sofia-Wisnu
162
Resepsi Pernikahan Wisnu-Sofia
163
Malam Pertama Susah Payah Penuh Gairah
164
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!