Alasan Azlan

"Tok, tok, tok!"

Dara terperanjat mendengar pintu kamarnya diketuk, untung saja nasi goreng sosis yang ia tuang ke dalam piring tidak tumpah saking kagetnya.

"Siapa sih pagi-pagi gedor pintu kamar orang?" gerutu Dara kesal. Saat dibuka, Dara terkejut ternyata Azlan yang datang. Tadinya Dara ingin menutup kembali pintu itu, namun tubuh Azlan sudah ditengah pintu.

"Ada apa sih Bang?" tanya Dara jutek.

"Abang mau bicara sama Adek," sahut Azlan cepat. Dara terpaksa membiarkan Azlan masuk. Azlan melihat-lihat sekeliling kamar Dara, polos tidak ada foto atau hiasan dinding yang tergantung di tembok, hanya ada beberapa baju bergelantungan.

Di kamar yang berukuran 3x3 meter itu hanya ada kasur busa lipat terbentang dan lemari plastik baju disisi kanannya. Sederhana banget. Namanya juga anak rantau yang hidup di kontrakan.

Hidung Azlan perlahan mendengus, dia seolah mencium bau nasi goreng yang menguar di udara.

"Kenapa Bang, kok lihatnya begitu banget?" tanya Dara datar dengan mimik muka jutek. Pastinya, sebab Dara masih kesal dengan kejadian kemarin di pagi hari dimana ada penggerebegan yang berujung nikah paksa. Sambil menenteng piring yang berisi nasi goreng, Dara duduk lalu tanpa basa basi menikmati sarapan nasi goreng sosisnya.

"Wah..., harum sekali...! Adek masak nasi goreng?" seru Azlan sambil mendengus. "Abang gak ditawarin?" tanya Azlan tanpa rasa malu.

" Ck...! gila nih cowok ngeselin banget, di kamar orang ga ada malunya," gerutu Dara dalam hati seraya mendelikan matanya kesana kemari tanda kesal.

"Kalau Abang mau, noh tuang sendiri di wajan!" ucap Dara cuek. Azlan kegirangan, jutek-jutek juga masih ada perhatiannya, ia makin yakin dengan cepat Dara akan bisa ditaklukannya dan mencintainya. Sambil senyum-senyum Azlan beranjak ke dapur yang cuma satu langkah dari ruangan itu, lalu menuangkan nasi goreng ke piring. Setelah itu dia ikut gabung bersama Dara menikmati nasi goreng sosis buatan Dara di pagi itu.

Rasanya seperti penganten baru yg bahagia, duduk bersama, sarapan pagi bersama. Pikiran Azlan melayang-layang bahagia di udara.

"Enak banget nasi goreng buatan Adek!" puji Azlan jujur saat menyudahi sarapannya. Darapun nampak selesai dengan sarapannya. Kemudian dia membawa piring bekasnya ke dapur tanpa menghiraukan piring bekas Azlan.

"Apa yang mau Abang bicarakan?" tanya Dara tanpa basa basi.

"Dek, kita kan sudah nikah... jadi...."

"Lupakan saja kejadian memalukan kemarin, anggap saja status kita masih sama seperti sebelum kejadian itu," potong Dara cepat.

"Lagipula belum banyak yang tahu kan?, jadi kita anggap tidak terjadi apa-apa," sambung Dara datar.

"Kita hidup masing-masing seperti sebelum kejadian kemarin, gak ada yang berubah!" tekan Dara.

"Gak bisa gitu Dek, lagipula sudah banyak yang tahu kok!"

"Pasti Abang yang kasih tau mereka kan?" tuding Dara. Azlan menggeleng.

"Berita ini menyebar dengan cepat Dek, mungkin saja Pak Haji dan warga disini yang nyebarin," jelas Azlan serius. Dara menatap lekat kedua mata Azlan sehingga bersitatap dengan manik mata Azlan. Entah kenapa saat menatap mata itu ada debaran aneh dalam dada Dara.

"Apa alasan Abang dibalik kejadian kemarin, jawab dengan jujur?" Azlan merasa Dara sedang mengintrogasi dan menyelidikinya atas kejadian kemarin.

"Tenang dulu Dek, jangan tegang kaya gini. Ok, Abang akan jawab jujur kenapa Abang melakukan semua itu!" seru Azlan mencoba tenang.

"Alasan utamanya karena Abang cinta sama Adek!" jawab Azlan lugas.

"Cinta...? Cuih..., alasan yang memuakkan!" balas Dara sebal.

"Kan Abang sudah tahu alasan Dara selalu jutek sama Abang, itu karena Abang pernah nyatain perasaan ke Dara, dan Dara tidak suka Bang, Dara merasa nyaman kalau Abang itu cuma jadi teman," ungkap Dara panjang.

"Tapi... Abang pengen lebih dari sekedar teman Dek!" ungkap Azlan dalam.

"Dara tidak punya perasaan lebih dari teman Bang, Dara hanya nyaman menganggap Abang sebagai saudara!" jelas Dara. Azlan terdiam beberapa saat, ia menghela nafas dalam.

"Alasan lain yang lebih penting adalah Abang pengen melindungi kamu, Dek" ucap Azlan. Dara mengernyit tidak paham.

"Melindungi, maksudnya?" Dara terdiam sejenak mencerna ucapan Azlan tadi. "Melindungi dengan cara melecehkan seperti kemarin, menjatuhkan harga diri Dara dimata orang lain, gitu?" cecar Dara menggebu.

" Nggak Dek, dengar dulu penjelasan Abang?"

"Apalagi yang mau Abang jelasin?" tanya Dara mulai tersedu.

"Abang hanya ingin melindungi Adek dari pergaulan bebas."

"Hah... apa? gak salah Bang?" Dara makin heran dengan alasan Azlan. "Pergaulan bebas, maksud Abang pergaulan bebas Dara yang mana, Bang?" sungut Dara.

"Gini Dek, dari awal Abang melihat dan kenal Adek, Abang sudah suka sama Adek. Dari sikap, perangai dan tingkah laku, Adek beda dengan cewek lain yang hidup merantau dan tinggal di kos-kosan kaya gini. Adek kalem dan tidak pernah bawa temen cowok masuk ke dalam kosan, Adek kalau pulang kerja selalu mengurung diri di dalam, kecuali menjemur dan jika ada kepentingan lain Adek baru keluar. Negur kita-kita yang lagi ngumpulpun, ketika Adek pulang kerja atau pulang dari tempat lain saja. Abang salut sama Adek, dijaman yang makin mileneal ini masih ada cewek yang hidup jauh dengan orang tua tapi masih bisa menjaga pergaulannya. Dan yang lebih Abang suka dari Adek adalah Adek rajin sholat." beber Azlan panjang.

"Terus intinya apa Bang?" Dara masih bingung.

" Intinya Abang ingin melindungi Adek dari pergaulan bebas, Abang takut Adek terjerumus pergaulan bebas," jelas Azlan.

"Alasan yang konyol, tidak masuk akal. Tidak ingin Dara terjerumus pergaulan bebas tapi Abang melecehkan Dara seperti kemarin?" sinis Dara geram.

"Abang hanya melihat kenyataan Dek, banyak yang hidup merantau jauh dari orang tua, merasa tidak ada yang mengawasi, akhirnya mereka terjerumus pergaulan bebas," ucap Azlan.

"Jadi selama ini Abang mengamati orang-orang?" heran Dara. "Banyak Bang yang kayak gitu, tapi tidak semua, jangan menilai semua anak rantau bisa terjerumus pergaulan bebas hanya karena tidak ada pengawasan orang tua, tidak semua Bang. Contohnya Dara, bisa kok jaga diri tanpa pengawasan orang tua, asal kita kasih kepercayaan pada mereka. Jangan menilai dari luarnya saja. Tidak semua orang bisa disama ratakan dan dinilai negatif," terang Dara panjang lebar.

"Dan perlu Abang ingat, Dara tidak perlu pengawasan dari Abang. Atas kejadian kemarin Dara makin muak sama Abang. Lupakan kejadian kemarin!" tegas Dara. Azlan menghela nafas dalam-dalam. Sepertinya gadis pujaan didepannya tidak ingin memberi kesempatan Azlan untuk ngomong.

"Iya benar sekali Dek, tidak semua anak rantau tidak bisa jaga diri. Abang hanya takut saja," helanya.

"Nah, itu kan Abang tahu. Jadi kenapa Abang harus takut? Terus pakai acara penggerebegan segala, memalukan banget tahu tidak, Dara merasa sudah tidak ada harga dirinya. Dara malu tahu Bang. Gara-gara Abang melecehkan Dara!" Tunjuknya ke muka Azlan.

"Abang tidak bermaksud melecehkan Adek, Abang hanya cinta sama Adek, pengen memiliki Adek dan lindungi Adek. Tapi mungkin cara Abang yang salah. Abang gak berpikir panjang akan begini jadinya," bela Azlan.

"Dara paham, Abang itu P. A!" seru Dara sengit.

"Apa itu PA, Dek?" tanya Azlan.

"PA alias pendek akal. Pantas saja tindakannya asal," tukas Dara. Azlan tersentak lalu malah terlihat senyum-senyum. "Ih menyebalkan malah cengengesan, memuakkan," gerutu Dara dalam hati kesal.

"Sudahlah Abang keluar saja, dan ingat tidak ada yang berubah dari status kita, masih sama seperti sebelumnya, bukan siapa-siapa," tegas Dara seraya bermaksud mengusir Azlan.

"E, eh..., penganten dadakan kok bertengkar?" tiba-tiba Rivai nongol dari arah pintu sambil mendongakkan badannya ke arah dalam. Dara makin kesal dan ciut, sebab Rivai ternyata sudah tahu kejadian nikah dadakan kemarin. Pasti Rianpun akan tahu juga dan mungkin saja sudah tahu, hilang sudah kesempatan untuk mendapat perhatian Rian. Dan semua ini gara-gara Azlan.

"Penganten baru itu harusnya mesra-mesraan, jangan tegang-tegangan!" goda Rivai sambil menyeringai.

"Apa sih Kak, jangan asal ngomong, udah deh bawa sekalian Bang Azlan keluar, Dara mau ngurung diri di kamar," usir Dara kesal. Azlan dan Rivai akhirnya terpaksa keluar dari kontrakan Dara sambil membawa pikirannya masing-masing.

Sepeninggal mereka, Dara duduk termenung diatas kasur busa lipatnya, pikirannya kalut dan sangat sedih.

Gimana nih Kaka-kaka readers, ada yang mau menghibur Dara gak yang sedang kalut dan sedih. Kalut dan sedih gimana menjalani kehidupan kedepannya setelah kejadian nikah dadakannya?. Ayo dong dukung Novel saya yang pertama ini Readers, like, komen, n vote serta hadiahnya, supaya Novel saya makin berkembang dan saya makin semangat untuk Up.

Terpopuler

Comments

Inru

Inru

Sayang banget dong, kalau tumpah.

2022-08-20

1

Rini Antika

Rini Antika

Pasti s azlan mau nasi goreng..🤭 aku hadir..👋👋

2022-08-15

1

pena cantik putri

pena cantik putri

kata nya Azlan kan jelek yaudah Azlan beli skincare biar ganteng kayak opa opa korea

2022-07-21

2

lihat semua
Episodes
1 Pulang Kerja
2 Rencana Licik Azlan
3 Alasan Azlan
4 Pindah Kontrakan
5 Teka-teki Rian
6 Darurat Dara Sakit
7 Perhatian Azlan
8 Tekwan dan Pempek
9 Ditengok dan Sebuah Cincin Hati
10 Kumpul Kebo??????
11 Kue "Cinta" Putu Hangat
12 Sebuah Foto di Lemari Azlan
13 Kemarahan POV Azlan
14 Foto Siapa?
15 Kesal dan Marah
16 Penjelasan Azlan
17 Permohonan Azlan
18 Ancaman Meta
19 Ancaman Meta 2
20 Perdebatan Seru
21 Ternodai
22 Obrolan Romantis
23 Cowok Angkuh
24 Gamang
25 Dara Jutek Lagi
26 Dara Jangan Kau Bersedih
27 Pesan WA dari yang tersayang
28 Rindu tapi Marah
29 Perjalanan Menegangkan
30 Sambutan Keluarga Azlan
31 Rindu Azlan
32 Perumpamaan buat Azlan
33 Kalung Turun Temurun
34 Ketahuan
35 Peringatan Mamak
36 Back To Cikarang
37 Pagi Yang Romantis
38 Kalung Penanda
39 Keributan
40 Saingan Berat Azlan
41 Kepercayaan Azlan
42 Reno Makin Menyebalkan
43 Pernikahan Rian
44 Dibalik Marah ada Cinta
45 Belum Tentu Sah
46 Sohib rasa Ustadz
47 Tekad Azlan
48 Perjalanan Mudik
49 Perjalanan Mudik 2
50 Mencari Kontrakan
51 Bertemu Orang Tua Dara
52 Pengakuan Azlan
53 Tragedi Maut
54 Persiapan Nikah Resmi
55 Pernikahan Sah
56 Surat buat Wisnu
57 Masih Sedih
58 Pertengkaran dan Percintaan
59 Mimpi, wakwakwak...
60 Pasar Malam
61 Jersey Horor dan Makan Malam Romatis
62 Malam Romantis
63 Mengulang Kembali Romantisme Semalam
64 Fitnah buat Dara
65 Fitnah yang akan Terbongkar
66 Fitnah yang Terbongkar
67 Janji Meta
68 Dara Cemburu
69 Informan Dadakan
70 Terciduk
71 Yang Muda yang Bergelora
72 Bahagia Diatas Derita Meta
73 Pertengkaran dan Perang Dingin
74 Kembali Hangat
75 Sakit Hati Kedua Kali
76 Meta Resign, Reno Berulah
77 Azlan Kena Musibah
78 Azlan Masuk RS
79 Penyesalan Dara
80 Sikap Dingin Azlan
81 Kesepakatan
82 Rela Dipenjara
83 Ungkapan Rindu Dara
84 Maling...!!!
85 Antara Gengsi dan Egois
86 Selamat Malam
87 Sudah di Ujung Malah Gagal
88 Teknisi Baru
89 Senyuman Maut Itu
90 Siapa Riki?
91 Sofia Pulang, Azlan Senang
92 Tamu Tak Terduga
93 Wisnu dan Tragedi Seblak
94 Partner Solid
95 Keingintahuan Riki Terjawab Sudah
96 Mendadak Lembur
97 Cemburu Dara
98 Sama-sama Menyimpan Rasa Cemburu
99 Sama-sama Menahan Ego
100 Azlan Cemburu
101 Pertengkaran
102 Tangisan Pilu di hari Resepsi
103 Jejak yang Tertinggal
104 Sofia yang Gelisah
105 Isi Hati Jabar
106 Secarik Surat dari Reno
107 Tantangan Reno
108 Kesempatan Emas yang Membingungkan
109 Kepergian Azlan
110 Rencana Dara
111 Perawan Gagal Kawin
112 Sofia yang Dilupakan
113 Sikap Datar Sofia
114 Harapan Sofia
115 Undangan Pernikahan Nela
116 Pernikahan Nela
117 Bertemu Reno
118 Salah Paham
119 Saran Nela
120 Agresif dan Ganas
121 Menagih Kembali Ajakan Kencan
122 Pindah Rumah
123 Syukuran Rumah Baru
124 Agresif ya... Dia Sekarang???
125 Pijatan Maut Azlan
126 Dua Berita Membahagiakan buat Azlan
127 Bertengkar
128 Nasihat Mamak
129 Mati Lampu Membawa Berkah
130 Rujak Buatan Sofia
131 Rivai Datang Suasana Riang
132 Harapan. Sofia yang Karam
133 Dara Keguguran
134 Kesedihan Azlan
135 Waktu yang Tepat Untuk Dara
136 Menagih Janji Dara
137 Pijatan Maut Azlan
138 Galaunya Hati Jabar
139 Es Krim Korneto
140 Dara Hamil
141 Resign
142 Benar-Benar Berhenti Bekerja
143 Ketemu Jabar, Kekhawatiran Azlan
144 Permintaan Aneh Dara
145 Ngidam yang Tidak Kesampaian
146 Siapa Jeny?
147 Anggap Seorang Kakak
148 Pasar Kaget
149 Azlani Andara
150 Perdebatan Ayah dan Mama
151 Kedatangan Sofia
152 Pertemuan Kembali Sofia dan Wisnu
153 Pertemuan yang Membahagiakan
154 Pernyataan Wisnu
155 Sofia Diperkenalkan
156 Tidak Romantis tapi Perhatian
157 Suasana Hangat Saat Hujan
158 Harapan Sofia
159 Pertanyaan Todongan dari Dara
160 Sofia Akan Dilamar?
161 Pernikahan Sofia-Wisnu
162 Resepsi Pernikahan Wisnu-Sofia
163 Malam Pertama Susah Payah Penuh Gairah
164 Pengumuman
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Pulang Kerja
2
Rencana Licik Azlan
3
Alasan Azlan
4
Pindah Kontrakan
5
Teka-teki Rian
6
Darurat Dara Sakit
7
Perhatian Azlan
8
Tekwan dan Pempek
9
Ditengok dan Sebuah Cincin Hati
10
Kumpul Kebo??????
11
Kue "Cinta" Putu Hangat
12
Sebuah Foto di Lemari Azlan
13
Kemarahan POV Azlan
14
Foto Siapa?
15
Kesal dan Marah
16
Penjelasan Azlan
17
Permohonan Azlan
18
Ancaman Meta
19
Ancaman Meta 2
20
Perdebatan Seru
21
Ternodai
22
Obrolan Romantis
23
Cowok Angkuh
24
Gamang
25
Dara Jutek Lagi
26
Dara Jangan Kau Bersedih
27
Pesan WA dari yang tersayang
28
Rindu tapi Marah
29
Perjalanan Menegangkan
30
Sambutan Keluarga Azlan
31
Rindu Azlan
32
Perumpamaan buat Azlan
33
Kalung Turun Temurun
34
Ketahuan
35
Peringatan Mamak
36
Back To Cikarang
37
Pagi Yang Romantis
38
Kalung Penanda
39
Keributan
40
Saingan Berat Azlan
41
Kepercayaan Azlan
42
Reno Makin Menyebalkan
43
Pernikahan Rian
44
Dibalik Marah ada Cinta
45
Belum Tentu Sah
46
Sohib rasa Ustadz
47
Tekad Azlan
48
Perjalanan Mudik
49
Perjalanan Mudik 2
50
Mencari Kontrakan
51
Bertemu Orang Tua Dara
52
Pengakuan Azlan
53
Tragedi Maut
54
Persiapan Nikah Resmi
55
Pernikahan Sah
56
Surat buat Wisnu
57
Masih Sedih
58
Pertengkaran dan Percintaan
59
Mimpi, wakwakwak...
60
Pasar Malam
61
Jersey Horor dan Makan Malam Romatis
62
Malam Romantis
63
Mengulang Kembali Romantisme Semalam
64
Fitnah buat Dara
65
Fitnah yang akan Terbongkar
66
Fitnah yang Terbongkar
67
Janji Meta
68
Dara Cemburu
69
Informan Dadakan
70
Terciduk
71
Yang Muda yang Bergelora
72
Bahagia Diatas Derita Meta
73
Pertengkaran dan Perang Dingin
74
Kembali Hangat
75
Sakit Hati Kedua Kali
76
Meta Resign, Reno Berulah
77
Azlan Kena Musibah
78
Azlan Masuk RS
79
Penyesalan Dara
80
Sikap Dingin Azlan
81
Kesepakatan
82
Rela Dipenjara
83
Ungkapan Rindu Dara
84
Maling...!!!
85
Antara Gengsi dan Egois
86
Selamat Malam
87
Sudah di Ujung Malah Gagal
88
Teknisi Baru
89
Senyuman Maut Itu
90
Siapa Riki?
91
Sofia Pulang, Azlan Senang
92
Tamu Tak Terduga
93
Wisnu dan Tragedi Seblak
94
Partner Solid
95
Keingintahuan Riki Terjawab Sudah
96
Mendadak Lembur
97
Cemburu Dara
98
Sama-sama Menyimpan Rasa Cemburu
99
Sama-sama Menahan Ego
100
Azlan Cemburu
101
Pertengkaran
102
Tangisan Pilu di hari Resepsi
103
Jejak yang Tertinggal
104
Sofia yang Gelisah
105
Isi Hati Jabar
106
Secarik Surat dari Reno
107
Tantangan Reno
108
Kesempatan Emas yang Membingungkan
109
Kepergian Azlan
110
Rencana Dara
111
Perawan Gagal Kawin
112
Sofia yang Dilupakan
113
Sikap Datar Sofia
114
Harapan Sofia
115
Undangan Pernikahan Nela
116
Pernikahan Nela
117
Bertemu Reno
118
Salah Paham
119
Saran Nela
120
Agresif dan Ganas
121
Menagih Kembali Ajakan Kencan
122
Pindah Rumah
123
Syukuran Rumah Baru
124
Agresif ya... Dia Sekarang???
125
Pijatan Maut Azlan
126
Dua Berita Membahagiakan buat Azlan
127
Bertengkar
128
Nasihat Mamak
129
Mati Lampu Membawa Berkah
130
Rujak Buatan Sofia
131
Rivai Datang Suasana Riang
132
Harapan. Sofia yang Karam
133
Dara Keguguran
134
Kesedihan Azlan
135
Waktu yang Tepat Untuk Dara
136
Menagih Janji Dara
137
Pijatan Maut Azlan
138
Galaunya Hati Jabar
139
Es Krim Korneto
140
Dara Hamil
141
Resign
142
Benar-Benar Berhenti Bekerja
143
Ketemu Jabar, Kekhawatiran Azlan
144
Permintaan Aneh Dara
145
Ngidam yang Tidak Kesampaian
146
Siapa Jeny?
147
Anggap Seorang Kakak
148
Pasar Kaget
149
Azlani Andara
150
Perdebatan Ayah dan Mama
151
Kedatangan Sofia
152
Pertemuan Kembali Sofia dan Wisnu
153
Pertemuan yang Membahagiakan
154
Pernyataan Wisnu
155
Sofia Diperkenalkan
156
Tidak Romantis tapi Perhatian
157
Suasana Hangat Saat Hujan
158
Harapan Sofia
159
Pertanyaan Todongan dari Dara
160
Sofia Akan Dilamar?
161
Pernikahan Sofia-Wisnu
162
Resepsi Pernikahan Wisnu-Sofia
163
Malam Pertama Susah Payah Penuh Gairah
164
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!