Selepas Azlan keluar memasang gas, Dara segera ke dalam. Rasa kantuk dan letihnya begitu menyerang, tanpa menoleh sarapan yang tadi dibeli di warung Mpo Sari, Dara merebahkan badannya di kasur busa yang cuma digeletak di lantai. Tak berapa lama, Dara lelap dalam kantuknya.
Beberapa saat kemudian, Dara terbangun dari lelapnya, karena merasa terganggu dengan suara yang cukup riuh. Dara menggeliatkan tubuhnya seraya perlahan membuka matanya. Suara riuh itu terasa sangat dekat, seperti di depan kontrakannya.
Perlahan Dara bangun, seketika wajahnya terkejut, belum lagi orang-orang yang berada di mulut pintu sambil berteriak tidak jelas. Ada pula Pak RT alias Pak Haji Maman yang punya kontrakan sudah berada di dalam kamar kontrakan. Dara makin bingung, kesadarannya belum terkumpul. Tiba-tiba Dara tersentak, karena di sampingnya sudah ada Azlan yang sama berbaring di kasur yang sama. Azlan mengangkat tubuhnya seraya pingak pinguk bingung, dia nampak kaget dan ketakutan.
"Hey, kalian ini sudah terciduk melakukan perbuatan mesum, ayo berdiri!" teriak salah satu warga setempat.
"Seret mereka, arak keluar!" Yang lain menimpali.
"Ada apa ini Pak, saya tidak paham?" tepis Dara bingung, wajahnya mulai diliputi was-was. "Ada apa ini Bang, kenapa Abang ada di dalam kamar Dara?" tanya Dara penuh curiga.
"Jangan pura-pura kalian, kalian sudah melakukan perbuatan mesum, kalian harus diusir dari kontrakan ini," seru yang lain.
"Deggg...!" Jantung Dara berdebar kencang. Kalau sampai dia diusir dan diarak alangkah malunya.
"Pak Haji, tolong saya Pak, saya tidak melakukan perbuatan mesum seperti yang dituduhkan, demi Allah," Dara memohon.
"Saya bersumpah tidak melakukan perbuatan mesum, sayapun tidak tahu kenapa Bang Azlan berada di kamar saya," sambung Dara sambil terisak.
"Alahhhh ... jangan menyangkal kalian! Sudah, jangan diberi ampun, usir dan arak mereka dari kontrakan ini!" seru yang lain bersahutan.
"Tenang, tenang, kita dengarkan dulu penjelasan dari Nak Azlan," seru Pak RT.
"Saya minta maaf Pak Haji, atas keteledoran saya," ucap Azlan yang sejak tadi baru bersuara. Dara mengernyit heran.
"Apa maksud Abang?"
"Saya mohon jangan usir dan arak kami dari sini," mohon Azlan memelas.
"Apa maksudmu Bang?" Dara makin heran, tangisnya kini terdengar.
"Pak Haji, tolong dengarkan saya, saya tidak pernah melakukan perbuatan mesum, tolong percaya saya Pak!" Dara memohon-mohon minta dikasihani.
"Jangan percaya omongannya Pak Haji, mereka harus diarak dan diusir dari tempat ini," kata warga lagi.
"Tenang, semua harap tenang dulu," timpal Pak Haji.
"Jangan usir kami Pak Haji, kami mohon," ucap Azlan penuh pengharapan.
"Kalau mereka tidak mau diarak dan diusir dari kontrakan ini, maka hari ini juga mereka harus dinikahkan," tegas salah satu warga. "Benar, daripada mereka membuat malu dan cemar tempat ini, cepat nikahkan saja!" susul yang lain.
"Apa?" Dara terhenyak tak percaya. " Tidak ..., saya tidak mau, saya tidak melakukan perbuatan mesum apalagi dengan cowok jelek di samping saya ini," tolak Dara penuh amarah. Azlan tersentak mendengar ucapan Dara.
"*Dek, Dek, lihat saja suatu saat Kau akan cinta* *mati sama cowok yang kau bilang jelek ini*," guman Azlan dalam hati berapi-api.
"Ayo kawinkan saja, mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan bejat mereka," desak warga lagi.
" Ayo kita panggil Ustadz Wawan, beliau yang akan menikahkan mereka," timpal warga lagi.
"Jangan ... berhenti Pak! Jangan panggilkan Ustadz Wawan, kami tidak akan menikah!" teriak Dara histeris. Dara menangis pilu, dia bingung harus berbuat apa. Dengan cepat ia menoleh ke arah Azlan. Dara seketika memperlihatkan kemarahannya pada Azlan. Dara yakin ini ada campur tangan Azlan. Dara bangkit dan mengangkat kemeja yang dikenakan Azlan. Cowok itu terperanjat, dia meringis seketika.
"Sudah, jangan bersandiwara, kami tahu kalian cuma akal-akalan saja untuk mengelabui kami. Udah enak-enakan tapi pura-pura tidak melakukan apa-apa," tuding salah satu warga.
"Jelaskan Bang, apa maksud semua ini? Ini pasti ulah kamu Bang. Iya, kan?" tuding Dara marah.
"Sudah, jangan berdebat lagi ataupun berpura-pura, ini Pak Ustadz Wawan sudah datang, kalian akan segera dinikahkan," ujar seorang warga.
"Assalamualaikum!" salam Pak Ustadz Wawan lantang, lantas beliau masuk ke dalam rumah kontrakan disusul Pak Haji dan yang lainnya.
"Untuk meredam emosi warga dan tidak mengundang keriuhan yang lebih banyak, maka dari itu kalian harus kami nikahkan. Walaupun sangat disayangkan, pernikahan ini terjadi karena tindakan mesum kalian yang sangat meresahkan dan mencoreng tempat kami. Untuk itu segera persiapkan diri kalian, tidak perlu saling tuduh atau saling sangkal dan pura-pura lagi. Kalian masih muda dan sama-sama merantau ke kota ini dan jauh dari orang tua, harusnya kalian bisa menjaga diri dan bisa mengendalikan hawa nafsu," jelas Pak Ustadz Wawan menyayangkan perbuatan tersebut.
Tidak berapa lama setelah melewati perdebatan yg cukup alot dan menguras emosi, prosesi ijab qobulpun berlangsung dengan drama air mata.
"Sah ...!" Akhirnya beberapa menit kemudian terdengar teriakan "sah" dari para saksi dan yang berada di kamar kontrakan Dara, menandakan prosesi sakral ijab qabul telah dilaksanakan. Air mata Dara mengucur deras membasahi pipi, dia sangat terpukul dan terpaksa pasrah dengan apa yang dilaluinya barusan. Disampingnya Azlan, yang tiba-tiba dikatakan "sah" menjadi suaminya nampak kikuk sambil menyalami pak RT dan Pak Ustadz serta yang lainnya sebagai saksi.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri, sah secara agama, maka kalian bebas melakukan perbuatan tadi tanpa merasa takut dosa, kalian masih muda, sangat disayangkan apabila masa muda kalian hanya diisi dengan kemaksiatan. Segera setelah ini, legalkan pernikahan kalian secara agama dan negara ke KUA. Hubungi segera orang tua kalian. Jaga dan hormati pasangan masing-masing, walau kalian masih muda jangan mengedepankan ego, supaya tidak terjadi kesalahan-kesalahan lain dikemudian hari." Pak Ustadz memberikan wejangan panjang lebar sebelum angkat kaki dari rumah kontrakan Dara. Perlahan satu persatu orang pergi meninggalkan kontrakan Dara.
POV Azlan
Setelah selesai memasangkan tabung gas di kontrakan Dara, aku kembali bermain gitar. Namun Rivai sudah tidak ada di sana, mungkin dia sudah nyungseb menenggelamkan diri di peraduannya melepas lelah setelah pulang kerja malam. Suasana kontrakanpun terlihat sepi, karena kebanyakan penghuni kontrakan kerja masuk shift pagi.
Kupetik gitar, lalu kugonjreng lagu "Noah Band" yang lagi hits yaitu "Yang Terdalam". Aku terhanyut dengan alunan instrumen gitar yang kupetik, mungkin aku merasakan tersentuh dengan lirik lagu tersebut, seperti dalamnya cintaku pada Dara gadis pujaanku.
Setengah jam, aku merasa bosan main gitar tanpa teman. Iseng aku berjalan menghampiri pintu kamar kontrakan gadis pujaanku Dara, yang selama ini selalu jutek dan judes padaku, sikap dia menjadi jutek sejak aku mengungkapkan isi hatiku tiga bulan yang lalu. Namun sejak penolakannya, aku tidak berhenti berjuang atau menjauh darinya. Aku justru selalu menunjukan perhatianku.
Pintu kamar Dara tidak tertutup rapat, aku sedikit heran. Ku tempelkan telingaku di sisi pintu, namun tidak ada suara apapun kecuali suara dengkuran halus dan nafas yang teratur, menunjukan sang empunya kamar tertidur pulas.
Saking pulasnya Dara sampai tidak sempat menutup pintunya. Ku dongakkan kepalaku ke dalam sambil melihat ke sana. Dara sedang terlelap tanpa terganggu suara apapun, mungkin karena pulang kerja malam rasa kantuk pasti tidak tertahankan, buktinya nasi sarapan yang dia beli di warung Mpo Sari belum sempat dia makan.
Tiba-tiba aku ada ide licik terlintas, tanpa babibu aku melancarkan sebuah rencana. Aku mengatur siasat supaya terlaksana saat itu juga, kebetulan sekali teman nongkrongku di pos Siskamling tengah berkumpul, mereka yang notebene warga setempat kampung ini telah lama akrab denganku dari sejak pertama aku merantau ke sini lima tahun yang lalu.
Saat itu aku masih remaja, masih 19 tahun. Aku pertama kali menginjakkan kaki di kampung ini di kawasan Industri Cikarang. Aku melamar kerja disalah satu anak perusahaan Korea. Dan alhasil lamaranku diterima, awalnya aku diterima sebagai Operator mesin, namun lama kelamaan posisiku meningkat menjadi Teknisi mesin sejak aku pernah ditarik langsung ke perusahaan pusat di Korea selama satu tahun, dua tahun yang lalu.
Warga setempat perlahan-lahan aku dekati dan aku akrabi, aku sering nongkrong di Poskamling bareng mereka. Kadang-kadang saat gajian aku belikan kopi serenceng dan kita ngopi bersama sehingga suasana makin akrab. Bukan maksud aku nyogok, namun tujuan utamaku seumpama aku akrab dengan warga setempat, apabila aku ada apa-apa mereka bisa membantu, contohnya rencanaku yang satu ini.
Awalnya mereka menolak, karena menilai aku jahat. Namun setelah aku jelaskan maksud dan tujuanku dengan sejelas-jelasnya, akhirnya mereka menyanggupi. Ada lima orang warga yang ku ajak kerjasama dalam siasatku, mereka ku bayar sebagai uang rokok.
Rencana sudah tersusun dengan rapi, skenario sudah ada di kepala masing-masing, dengan tugas masing-masing, siapa yang akan memanggil Pak RT alias yang punya kontrakan, dan siapa yang memanggil Pak Ustadz untuk menikahkan, tinggal nunggu aba-aba dan eksekusi. Sehingga skenario penggerebegan itupun berjalan sesuai rencana.
"Mulus...." gumanku.
POV End
Perlahan Dara berdiri, dia menatap Azlan nyalang penuh kemarahan. Air mata masih deras di pipi disertai ingus. "Keluar Abang dari sini, Dara muak lihat Abang!" usir Dara sambil mendorong tubuh Azlan. Tubuh cowok berpostur kurang lebih 168 cm itu tidak goyah, Azlan berusaha menahan tubuhnya dari dorongan gadis yang dicintainya itu.
"Dek... Abang cinta sama Adek, sekarang kita sudah suami istri. Jadi, Abang harap Adek menerima pernikahan ini," ucap Azlan tanpa ragu.
"Dara gak sudi punya suami kaya Abang, Dara jijik lihat Abang," usir Dara lagi. "Cara Abang yang kotor ini sangat memuakkan, pergi..., pergi dari sini," usir Dara lagi sembari mendorong kuat tubuh Azlan. Azlan tertahan di pintu, sebelum dia benar-benar keluar dari kamar Dara, dia berkata. "Adek belum sarapan, kan? Jangan lupa sarapannya ya Dek," ujar Azlan sok perhatian.
Dara menghempas tubuh Azlan kuat, setelah benar-benar Azlan keluar, dengan cepat Dara mengunci pintu kamar kontrakan.
Kini Dara menangis pilu, tubuhnya merosot di balik pintu. Rasa kantuk dan lapar yang tadi sempat dirasakan saat pulang kerja, kini tidak ada lagi tergantikan dengan kesedihan. Dia bingung, kecewa, dan malu dengan kejadian tadi. Kini dirinya merasa hina karena cara Azlan yang seolah melecehkan harga dirinya di depan orang-orang. Ini semua gara-gara Bang Azlan. Entah bagaimana kedepannya Dara harus menjalani hidup. Dara meratap sambil. mengepalkan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Nefertari Atika
wkwkk Azlan omongannya ambigu. 😅 jadi di bikin salah paham
2023-05-12
1
Yusria Mumba
kasiang dara,
2022-12-06
0
💖widia aja💖
mampir dah dah mulai baca aku tertarik hadiah bunga untukmu thor....semangat💪
hai2 apa kabar warga cikarang bekasi 😍✌
2022-09-25
2