Terdengar cicit burung yang bersahutan, angin berhembus ringan, masuk ke dalam ruangan melalui jendela yang dibiarkan terbuka. Aroma musim semi menguar memenuhi udara.
Seorang pelayan muda membakar aroma terapi dan meninggalkannya di meja samping tempat tidur bersama segelas air yang telah dibuat oleh tabib.
"Perdana Menteri" gadis pelayan bernama Rena membungkukkan badan dengan hormat saat seorang Pria paruh baya masuk ke dalam ruangan.
"Apa dia sudah bangun ?" Tanya Perdana Menteri Olwrendho langsung. Tanpa menunggu jawaban, Dia langsung menuju ranjang tempat seorang gadis masih tertidur pulas diatasnya.
Yuki masih belum sadar dari pingsannya. Pendeta istana yang membantu proses penjemputan mengatakan Yuki tidak memiliki tenaga dalam seperti Pangeran Riana, tubuhnya tidak mampu menahan tekanan yang terjadi ketika harus melewati perputaran dimensi.
Dia hanya pingsan, tidak ada hal serius yang terjadi padanya, Pendeta istana menjamin keselamatannya. Perdana Menteri hanya perlu membiarkan Dia beristirahat dan membiarkannya bangun dengan sendirinya.
"Aku yang akan menjaganya, Katakan pada juru masak agar memilih menu makan malam untuk penambah tenaga"
"Baik tuan" Setelah membungkuk untuk memberi hormat, Rena berjalan keluar kamar, menutup pintu dengan perlahan.
Perdana Menteri menarik kursi dan membawanya ke samping tempat tidur. Angin meniup lembut tirai tempat tidur yang terbuat dari bahan sutera berkualitas tinggi. Dipandanginya gadis didepannya. Dia masih belum percaya jika sekarang Dia dapat menyentuh gadis itu.
Yuki sangat mirip ibunya sewaktu muda, hanya saja ibunya tidak semungil dirinya. Wajah dan parasnya cetakan wajah ibunya. Perdana Menteri tersenyum, setidaknya rambut dan warna gadis itu didapat dari dirinya.
Tiba-tiba bulu mata lentiknya bergerak. Spontan perdana menteri langsung mencondongkan tubuhnya menatap lebih dekat kearah Yuki.
Yakin anaknya akan segera siuman, Dia bergegas keluar untuk mencari tabib yang diutus istana untuk berjaga.
Setelah terombang-ambing cukup lama dalam kegelapan, Yuki merasakan kesadarannya perlahan mulai ada. Semua pancaindranya yang sempat dirasa lumpuh kembali. Dia dapat mencium wangi aromaterapi yang memenuhi udara disekittarnya, membuat syaraf-syarafnya jauh lebih rileks.
Suara cicit burung yang saling bersahut tidak jauh dari tempatnya. Dan ketika Dia membuka matanya, Hal yang pertama kali dilihatnya adalah atap tempat tidur terbuat dari kain sutera berwarna ungu lembut.
Kepalanya terasa berat. Dia melihat sekeliling, menyadari Dia berada di tempat asing.
Dia berada di sebuah kamar yang cukup mewah dan luas. Tetapi dari furniturenya, Dia yakin ini bukan kamar di sebuah hotel modern. Ada empat cendela besar yang menghadap ke timur yang langsung mengarah ke balkon. Angin bertiup dari cendela yang dibiarkan terbuka itu. Tirainya terbuat dari kain sutera yang melambai-lambai, Jelas sutera dengan kualitas tinggi, warnanya senada dengan semua furniture yang ada di kamar ini.
Di tengah ruangan, ada perapian dengan sebuah sofa empuk disampingnya, berdampingan dengan rak buku yang tersusun rapi. Ada meja dan dua buah kursi didepan perapian. Di meja kecil tepat disamping tempat tidurnya, seseorang telah membakar aroma terapi yang wanginya memenuhi udara didalam kamar.
Di sisi barat dua buah pintu tinggi yang tertutup berjajar di dindingnya. Di sisi utara, ada pintu yang lebih besar dengan dua daun pintu. Dia mendengar ada suara orang yang bercakap-cakap dibalik pintu itu. Namun, Suaranya tidak terlalu jelas, Dia tidak tahu apa yang diucapkan hanya tau beberapa kali namanya disebut.
Secara keseluruhan kamar ini bukan kamar yang akan dimiliki orang biasa, tapi juga bukan kamar yang akan ditemui di era modern.
Yuki baru saja akan bangun, Dia masih berusaha menahan pusing dikepalanya ketika pintu terbuka. Seorang Pria masuk, menghampiri Dia tanpa keraguan.
"Kau sudah bangun"
Ketika Yuki melihat pria itu, Dia merasa tidak asing.
"Jangan takut" Yuki terkesiap. Dia menyadari suara yang didengarnya adalah suara yang muncul di mimpinya tempo hari. Suara seorang pria yang terus memanggil-manggil namanya.
Yuki memicingkan mata, memandang Pria didepannya untuk bisa melihat lebih jelas. Meski sudah beruban, Yuki bisa melihat warna rambutnya sama dengan rambut miliknya, kulit pria itu kecoklatan karena sering terbakar matahari. Cara dia bergerak dan kekikukannya langsung mengingatkan Yuki pada dirinya sendiri. Ada dirinya dalam pria itu, atau sebaliknya ada dirinya dalam diri pria itu.
"Minumlah, ini akan menghilangkan pusing sakit di tenggorokanmu" Perdana Menteri Olwrendho mengambil gelas terbuat dari perunggu yang diletakan oleh Rena di meja sebelumnya. Dia sudah berbincang dengan tabib istana diluar, seharusnya jika melihat kondisi Yuki tidak ada masalah. Tapi ada baiknya Dia segera meminum obat yang telah diracik tabib untuk mengurangi resiko sakit karena perjalanan melewati dimensi.
Yuki menatap penuh kewaspadaan. Dia melirik kedalam untuk melihat isi gelas yang disodorkan ke dekatnya. Dia memang butuh minum, tenggorokannya sangat sakit seperti terbakar. Tapi, Dia juga harus berhati-hati.
"Aku tidak akan menyakitimu Yuki" ujar Perdana Menteri lebih tegas ketika melihat keraguan di mata Yuki.
Yuki masih menunjukan sikap waspada. Tapi perlahan Dia mengangkat tangan, menerima gelas yang diulurkan ke arahnya.
Dia menengok ke dalam isi gelas dan diam-diam mencium baunya.
Tapi Dia hanya menemukan bahwa itu hanya air putih biasa.
Perdana Menteri Olwrendho memutuskan untuk menunggu. Akan lebih baik membiarkan Yuki meminumnya sendiri daripada harus memaksanya dan malah akan semakin membuatnya takut.
Akhirnya, setelah menimbang, Yuki merasa Pria didepannya tidak berniat jahat. Dia memutuskan untuk mempercayainya. Dia mendekatkan gelas itu ke bibir dan langsung meminumnya sampai habis.
Ada rasa manis menyebar di mulutnya. Tenggorokannya yang tadinya seperti penuh dengan bola duri menjadi lega. Rasa pusing dikepalanyapun perlahan menghilang.
"Bagaimana keadaanmu sekarang" Tanya Perdana Menteri Olwrendho lembut. Dia terus memperhatikan Yuki, rasanya Dia belum percaya jika pada akhirnya gadis itu ada di depannya.
Wajah Yuki kembali berseri. Dia tersenyum tulus memperlihatkan giginya yang berjajar rapi. "Terimakasih, Aku sudah jauh lebih sehat dari sebelumnya. Minuman apa ini ?"
Melihat ekpresi Yuki, Diam-diam Perdana Menteri menarik nafas lega. Dia membungkukan badan membantu Yuki duduk bersandar. Menumpukkan bantal ke belakang punggungnya.
"Itu adalah ramuan obat yang dibuat khusus oleh pendeta kerajaan"
Perdana Menteri Olwrendho membantu Yuki untuk bersandar. Dia menarik kursi lebih dekat. Keduanya terdiam beberapa saat dengan pikiran sendiri.
"Dimana Aku ?" Tanya Yuki setelah beberapa saat Dia diam. Dia memperhatikan ruangan yang asing ini masih tidak mengerti. Dia hanya ingat, sebelumnya, saat berdebat dengan Bibi Sheira, seorang pemuda berusia sekitar dua puluh lima tahun muncul tiba-tiba dibelakangnya dan kemudian menariknya kedalam pusaran mirip black hole hanya berwarna putih.
"Jangan khawatir, Kau ditempat yang aman" Perdana Menteri memajukan kursinya lebih dekat. "Ini adalah rumahmu"
Dia mengedarkan kamar kesekeliling dengan canggung. "Kamar ini dan semua yang didalamnya adalah milikmu. Jika ada yang tidak Kau sukai katakan saja, Aku akan mengubahnya untukmu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 353 Episodes
Comments
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
kopi kapal oleng na Jan lupa di minum kk, biar semangat terus yg up yah 🤗
2022-08-22
0