Gadis itu bernama Yuki Orrie Olwrendho. Gadis remaja lima belas tahun yang sebentar lagi akan mengakhiri pendidikan di SMP.
Jika tidak mengenal gadis itu, Orang akan beranggapan bahwa Dia masih berusia dua belas tahun. Posturnya pendek, dengan tinggi hanya 151 cm dan berat 38 kg. Dia memiliki wajah oval, kulit kuning langsat, rambut sepunggung bergelombang berwarna cokelat tanah. Bibir tipis yang diolesi lipgloss berwarna pink lembut, alis melengkung serta mata besar seperti bambi yang dibingkai bulu mata lentik disekelilingnya.
Dia memiliki kecantikan khas yang jarang dimiliki, orang akan selalu bisa mengingatnya jika bertemu kembali meski mereka sudah melupakan nama gadis itu.
"Yuki jam berapa ini ? apa Kau sudah siap ?" Teriak Bibi Sheira membuyarkan lamunan Yuki ketika gadis itu sedang mematut diri didepan cermin.
Bibi Sheira adalah sahabat baik Mamanya, Dari cerita Ibunya, Ayahnya sudah lama meninggal saat Yuki masih berada di kandungan. Sementara lbunya yang seorang aktris terkenal meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas enam bulan lalu. Semenjak itu Yuki dirawat oleh Bibi Sheira dan Phil suaminya.
"lya..iya Aku datang Bi.." Yuki bergegas menyambar tasnya. Berlari menuruni tangga.
Bibi Sheira menggerutu panjang, Dia meletakkan sepotong roti bakar yang diminta suaminya ke atas piring. "Benar-benar anak itu"
"Jika Kau terus marah-marah begitu Aku yakin ubanmu akan tumbuh bahkan sebelum Kamu menginjak usia empat puluh tahun" Phil menerima piring yang disodorkan istrinya. Mengambil garpu dan pisau yang diletakkannya sebelumnya. Dia tidak ada jadwal operasi pagi ini atau panggilan darurat yang mengharuskannya datang karena resiko pekerjaannya sebagai dokter bedah syarat, Jadi pagi ini Dia bisa sedikit bersantai sambil menikmati sarapannya.
Tapi Yuki akan terlambat jika Dia naik kereta sekarang. Hari ini hari senin. Phil memutuskan untuk mengantarkan anak angkatnya itu daripada membiarkan gadis itu berjejal di kereta pagi ini.
"Dia harus diajarkan disiplin" Bibi Sheira bekerja sebagai kepala perawat di rumah sakit yang sama dengan Phil, Sejak kecil Dia sudah dituntut untuk selalu disiplin, Sehingga kedisiplinan sudah tertanam dalam otaknya dan mendarah daging dalam hidupnya.
"pagi Phil" Sapa Yuki ketika datang.
"Pagi Sweet Heart"
Yuki langsung duduk, Menyambar roti diatas meja, memakannya dengan tiga kali gigitan besar.
"Kau bisa tersedak jika makan seperti itu sayang" Tegur Phil melihat cara makan Yuki.
Yuki memukul dadanya, Dia menyambar segelas susu dan langsung meneguknya. "Aku akan terlambat jika tidak bergegas"
"Siapa suruh Kau membaca novel sampai malam" Gerutu Bibi Sheira sembari meletakkan kotak bekal ke dalam tas Yuki. Meski Dia sering memarahi gadis itu, namun itu hanya di mulut saja. Dia sebenarnya sangat menyayangi dan bahkan bersedia melakukan apapun untuk gadis itu. Ibunya sudah menugaskannya untuk menjaganya, Dia harus menjaga amanat itu baik-baik.
Melihat Yuki selalu mengingatkannya dengan sahabatnya, Yuki sangat mirip dengan ibunya tapi gadis itu selalu menyangkal.
"Ibuku memiliki postur yang tinggi dan langsing,kulitnya juga putih berkilau..rambutnya tidak cokelat sepertiku..bagaimana bisa Aku dibandingkan dengan ibuku itu" Selorohnya setiap Kali Bibi Sheira mengatakan Dia sangat mirip dengan ibunya.
Tapi Bibi Sheira tahu, Baik sikap dan watak Yuki didominasi oleh gen ibunya. Dia tidak mungkin salah.
Kulit dan rambut Yuki diwariskan dari ayahnya Tapi semua hal dalam diri Yuki adalah milik Ibunya.
Phil baru saja masuk ke dalam mobil ketika Yuki justru meloncat keluar dari kursi penumpang disampingnya. "Astaga, Aku lupa tanamanku" Katanya panik.
Dalam sekejap Yuki menghambur melewati Bibi Sheira, berlari menuju lantai dua.
"Untung bukan hidungmu yang tertinggal" sunggut Bibi Sheira di belakangnya. Bibi Sheira lebih memilih menemani Phil ketimbang mengikuti Yuki.
Yuki berlari sehingga menimbulkan suara berdebam dilantai. Kamarnya terletak di ujung lorong bersebelahan dengan cendela yang menjulang tinggi sampai nyaris menyentuh atap.
Pohon cabai yang akan digunakannya sebagai laporan tugas sekolah. Berdiri tegak diatas sebuah pot tanah liat. Yuki meraihnya setengah tergesa-gesa, Memasukkannya ke dalam tas kain terbuat dari kain katun tebal.
Dia tidak bisa membayangkan jika sampai lupa membawanya. Pasti Pak guru akan menyuruh siswanya yang tidak mengerjakan tugas berdiri di sepanjang koridor sekolah sampai istirahat makan siang usai.
Sangat memalukan jika itu sampai terjadi.
Guru biologinya yang juga merupakan wali kelasnya adalah sosok yang humoris tapi Dia juga disegani karena disiplinnya. Anehnya, Tidak ada satupun murid yang membencinya.
Namun, Ketika Yuki berbalik Dia langsung berdiri mematung. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyelimutinya. Dia mengenal perasaan ini. Auranya seperti berada di padang rumput semalam.
Pandangannya tertuju pada sebuah pintu, tepat di samping kamarnya. Yuki tidak pernah mengetahui apa isi didalam kamar itu atau mengapa Ibu dan Bibi Sheira melarang keras Dia untuk memasuki ruangan itu. Ibunya bahkan pernah menyuruhnya bersumpah bahwa Dia tidak akan mencoba membuka atau memasuki kamar itu tanpa izin darinya.
Pada dasarnya, Yuki tidak terlalu peduli, tidak sebenarnya Dia peduli, Dia penasaran dengan isi kamar itu. Kenapa Ibu dan Bibinya begitu keras melarangnya memasuki kamar itu. Mereka selalu ketakutan dan cemas, seolah ada hantu didalamnya.
Tapi Dia tidak ingin membuat masalah dengan ibu atau Bibi. Beban Mereka sudah terlalu banyak, Bertahan hidup di tengah kerasnya persaingan kerja bagi dua orang yatim piatu seperti Ibu dan Bibi, Tanpa saudara maupun harta, Mereka sudah terlalu banyak masalah tanpa menemukan pelindung. Yuki tidak ingin menambah masalah untuk Mereka, jadi Dia mengubur rasa penasaran itu dalam-dalam.
Tapi Dia bersyukur pada akhirnya Bibi Sheira menemukan Phil dan bersedia menerima lamarannya. Phil cukup banyak berjuang untuk mendapatkan hati Bibi Sheira.
Yuki menghela nafas mencoba menenangkan pikirannya. Perasaan aneh seolah mendorongnya untuk membuka pintu itu. Perasaan yang sangat kuat.
"Apa yang Kau lakukan, Kenapa benggong di sana, Phil sudah menunggumu dari tadi"
Dia tersentak.
Kepala Bibi Sheira muncul di ujung tangga teratas, Dia menyimpitkan mata menatap Yuki yang masih benggong.
"Aku pergi dulu Bi" Yuki tersadar dari lamunannya. Isi kepalanya yang sesaat kosong kembali berfungsi. Dia bergegas lari menuju mobil Phil yang sudah menunggu.
Bibi Sheira memandang sosok Yuki sebelum akhirnya Dia menoleh ke kamar Yuki.
Jantungnya seolah berhenti seketika.
"Bi...Kami berangkat yaa...Da..." Yuki berteriak nyaring dari kursi penumpang disamping supir bersamaan dengan Phil yang menekan klakson sebelum akhirnya Dia menginjak gas, Mobil berjalan meninggalkan plataran rumah.
Bibi Sheira masih memandang ke tempat yang sama. Di sana cahaya putih kebiruan yang menyerupai es...berpendar ringan dari bawah pintu yang selama ini dirahasiakan isinya dari Yuki. Dia masih mematung saat kemudian terdengar suara klik dari gagang pintunya.
Seseorang berada dibaliknya dan sedang berusaha membuka pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 353 Episodes
Comments
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
jejak ku 🏃🏿♂️🏃🏿♂️🏃🏿♂️
2022-08-22
0