Kelas sangat ribut siang ini. Karena ada rapat mendadak, Guru hanya memberikan tugas untuk dikumpulkan sebelum pulang. Alhasil, Setelah beberapa murid pintar menyelesaikan tugas Mereka, murid lain pun akan bahu membahu bekerja sama menyalin jawaban Mereka. Setelah semua kerjasama selesai, keributan didalam kelas tidak terhindarkan.
Yuki menutup kotak makan siang, Dia memakan bekalnya sebelum istirahat. Perutnya keroncongan dari pagi, Dia hanya makan satu lapis roti bakar dengan selai cokelat dan segelas susu.
Badannya masih terasa pegal semuanya. Dia berencana cepat pulang dan tidak ingin mampir kemanapun hari ini. Dia butuh istirahat. Sekaligus menemui Bibi Sheira, Wanita itu sangat aneh saat Mereka pergi meninggalkannya tadi. Wajahnya seperti melihat hantu. Yuki sempat membahasnya dengan Phil di sepanjang jalan,menanyakan apa Mereka perlu kembali mengecek Bibi.
Phil menjawab tidak perlu. Dia akan menelepon Bibi Sheira begitu mengantar Yuki.
Sampai saat ini tidak ada kabar dari Mereka berdua, Jadi Yuki berasumsi Bibi Sheira baik-baik saja.
Yuki membuka handphone miliknya.
"Bibi Kau sedang apa ?"
Dia baru saja mengirimkan pesan ketika seorang gadis menepuknya dari belakang, penuh semangat.
"Yuki apa Kau sibuk hari ini" Tanya Haswa yang merupakan teman sebangkunya.
"Aku belum tahu, Ada apa ?"
Handphone di tangannya bergetar mengirimkan notif pesan dari Bibi Sheira. Yuki menunduk untuk membaca pesan.
"Aku dirumah, Kau tidak belajar ?"
"Kelas kosong, Apa Kau baik-baik saja ?" Yuki kembali membalas pesan Bibi Sheira.
"Hari ini klub basket akan mengadakan perayaan kemenangan mereka, mengundang Kita untuk ikut acara karaoke bersama. Apa Kau mau pergi ?" Haswa menatap Yuki penuh harap.
Yang ditatap hanya menghela nafas pelan.
Klub basket. Dia sudah tahu bahwa pasti Raymon Gernadus, Mantan pacarnya ketika duduk di kelas dua SMP yang menyuruhnya.
Tidak ada yang salah dengan cowok itu. Cowok populer di sekolah. Memiliki perilaku yang baik, pintar dan dari keluarga terhormat.
Tapi tampaknya semua itu tidak cukup meluluhkan hati ibunya. Dia langsung menolak ketika Yuki memperkenalkan padanya. Menurut Ibunya Mereka masih terlalu kecil. Ibunya melarang keras Yuki berhubungan dengan lawan jenis dalam arti khusus.
Hubungan Mereka hanya bertahan sekitar delapan belas bulan. Perselingkuhan kecil dari Raymond mengakhiri semua.
Yuki tidak sepenuhnya menyalahkan Raymond. Ibunya terlalu keras padanya. Dia sadar bahwa saat ini Mereka masih sebagai anak remaja yang labil. Jadi, Ketika Raymond dikabarkan berpacaran dengan gadis lain, Dia cukup lapang menerimanya.
Sayangnya, Raymond masih belum menyerah. Dia terus dengan gencar mendekati Yuki. Berusaha memperbaiki hubungan. Yuki sudah menolak baik secara halus maupun tegas. Raymond seolah tidak peduli, Bahkan ketika yang di khawatirkan Yuki terjadi.
Pacarnya pernah datang kepadanya, merudungnya dan menuduhnya berusaha merusak hubungan Mereka hanya karena Yuki dan Raymond satu kelompok belajar yang nyatanya semua bukan karena keinginan Yuki, kelompok itu ditentukan oleh wali kelasnya sendiri.
Sialnya Raymond tetap tidak peduli dan terus mengejar Yuki. Terakhir terdengar kabar Raymond memutuskan gadis itu dengan kejam.
Notif handphone kembali muncul dari layar handphone. Yuki membacanya sejenak dan menunjukan ke Haswa. Dia tersenyum berpura-pura tidak berdaya. "Maaf Aku tidak bisa. Bibi Sheria menyuruhku segera pulang sekarang. Sepertinya ada masalah serius di rumah"
Yuki bangkit dan membereskan peralatannya. Bibi sudah menelepon wali kelas, Meminta izin agar Yuki bisa pulang dengan cepat. Dia mendesak Yuki agar mau pulang sesegera mungkin.
"Ah Baiklah..." Haswa membaca pesan yang ditunjukan Yuki, wajahnya jelas kecewa.
Yuki selesai membereskan buku, Ketika keluar, Dia nyaris bertabrakan dengan Raymond yang langsung membuat heboh seisi kelas.
Yuki hanya menganggukkan kepala menyapa Raymond tanpa suara. Mengabaikan sorak-sorak dibelakangnya.
Hubungan kami sudah berakhir bisik gadis itu pada dirinya sendiri.
Bibi Sheira masih menangis. Dia meringkuk disamping suaminya yang saat ini memeluknya. Tubuhnya bergetar.
"Hentikan tangisanmu, Kau akan menakuti Yuki ketika Dia pulang nanti" Tegur Phil lembut.
Bibi Sheira mengangguk, Dia mengusap air mata di wajahnya dengan tissue yang disodorkan oleh Phil.
Benar, Dia tidak boleh menangis. Bukannya hari ini adalah hari yang ditunggu. Sudah lima belas tahun lebih mereka menanti saat ini. Jadi ketika hari itu akhirnya datang, tidak ada yang perlu ditangiskan.
Orang itu juga membebaskannya dan membiarkannya tinggal disini.
Yuki pun akan aman disana.
Berbagai pikiran mengelayutinya, tak sengaja air matanya kembali tumpah.
Terdengar pintu gerbang di dorong. Phil menjulurkan kepalanya untuk melihat ke arah jendela yang langsung menghadap gerbang. Yuki masuk kedalam. Dia kembali menutup gerbang. Wajahnya tampak heran saat melihat mobil Phil terparkir.
Tak lama pintu ruang tamu terbuka.
Yuki tertegun saat melihat Bibi Sheira mencoba menghapus air mata. Wajahnya sembab menandakan Dia sudah cukup lama menangis.
"Bibi ada apa ?" Tanyanya langsung dengan panik menghampiri kedua orang tua angkatnya.
Bibi Sheira tidak mampu membendung perasaannya, Dia berlari memeluk Yuki sembari menangis. Yuki menatap Phil tidak mengerti. Dia memutuskan menunggu Bibi Sheira tenang karena Phil tidak mengatakan apapun padanya.
Sepuluh menit kemudian Bibi Sheira mulai tenang. Dia menghapus air matanya, menggandeng tangan Yuki lembut.
"Ada yang ingin Bibi tunjukan padamu, Ayo ikut" Yuki ditariknya untuk mengikutinya. Phil mengekor di belakang Mereka. Dia menghindari tatapan mata gadis didepannya, yang berkali-kali mencuri pandang ke arahnya menuntut penjelasan.
Yuki agak terkejut ketika Mereka berhenti di depan pintu kamar yang selama ini tertutup. Dorongan kuat untuk masuk kedalam kembali memenuhinya. Dia menatap Bibi Sheira tidak mengerti.
Bibi Sheira mengulurkan tangan membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Seketika angin dingin menghembus kearah mereka bertiga. Hawanya sangat berbeda. Seolah ruangan ini berasal dari tempat lain dan bukan bagian rumah ini. Tanpa keraguan Bibi Sheira masuk, tangannya masih menggengam tangan Yuki.
Yuki memandang sekeliling dengan campuran ekpresi binggung, kaget, takut namun juga kagum.
Dinding dan lantai ruangan ini seluruhnya dilapisi oleh cermin. Atapnya juga terbuat dari cermin. Di tengah ruangan hanya ada patung seorang Pria tua berjanggut, Mengenakan jubah panjang, Duduk bersila, satu tangannya memegang cawan dan tangan yang lain terangkat seolah memberi restu. Kedua mata pria itu tertutup kain hitam.
Tidak ada apapun disini selain patung itu. Anehnya, Meski dalam ruangan ini dipenuhi cermin, tidak ada satupun bayangan mereka memantul didalamnya.
Sementara Yuki memutari ruangan, kedua orang yang lain berdiri diam dengan jarak yang cukup dekat. Phil meletakan tangan di bahu Istrinya, seolah takut istrinya tiba-tiba akan menghilang meninggalkannya.
"Tempat apa ini Bibi ?" Yuki selesai memutari ruangan. Dia berbalik memunggungi patung pria tua di belakangnya.
Ketika mendongak keatas, Dia terkejut menemukan sulur cahaya berwarna biru es mulai menjalar. Merangkai membentuk simbol besar persis di mimpinya semalam.
"Apa ini semua ? Kenapa.." Yuki tidak meneruskan kata-katanya. Dia terlalu bingung untuk berbicara. Otaknya sedang mencerna semua keanehan yang terjadi hari ini. Semua yang terjadi sungguh aneh dan tidak masuk akal.
Mimpi itu dan ruangan ini.
Seolah satu bagian yang saling bertautan. Namun, Yuki tidak menemukan hubungan dari keduanya saat ini.
Bibi Sheira berdiri tegak, Sikapnya tiba-tiba menjadi tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 353 Episodes
Comments
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
hadir kk🏃🏿♂️🏃🏿♂️🏃🏿♂️
2022-08-22
0