SLR. Tak perduli

Mak Tii sudah membersihkan bayi itu, lalu memberikannya pada Dawiyah untuk memberikan asi padanya. ''Selamat Ya Nak, bayi nya perempuan cantik dan putih persisi seperti mu.'' ucap mak Tii. 

Sedangkan ibu Nining diam tak banyak bicara bahkan berwajah datar saja atas kelahiran cucu perempuan nya bahkan melirik pun tidak. 

Dawiyah ikut terdiam melihat ibunya yang biasa saja atas kelahiran anaknya, lalu melihat dan mengelus pipi bayi yang dulu pernah ingin dia gugurkan. ''Apa aku harus tega membuangnya? Jika pun dia bersamaku, pasti hidupnya akan menderita.'' Gumam Dawiyah lalu meletakkan bayi yang belum dia beri nama dengan kasar ke sisi tempat tidur.. 

Membuat mak Tii merasa heran. ''Kenapa Nak, beri dulu asi karna dia pasti lapar.'' 

''Nanti akan aku beri asi mak.'' Ketus Dawiyah. 

Entah mengapa saat ia melihat anaknya Dawiyah teringat dengan perlakukan kasar Deni padanya beberapa bulan yang lalu, yang membuat Dawiyah mengeraskan hatinya dan tidak mempunyai empati sedikit pun pada bayi yang baru saja lahir di dunia.. 

''Besok akan aku pastikan membuang bayi itu dan menjauh dari kehidupanku.'' Gumam Dawiyah sudah bertekad tidak akan mengurusnya, ia masih menyalahkan bayi yang tidak berdosa atas apa yang menimpa dirinya. 

Padahal jika di pikir menggunakan logika, yang salah adalah kedua orang tua bayi itu yang tidak memiliki iman hingga dengan entengnya menyalahkan bayi yang tidak berdosa atas menimpa nasibnya.. 

Beberapa hari kemudian• 

Di pagi hari yang cerah terlihat bapak Duloh sedang menimang ninamang cucu perempuan nya, dia pun tengah menunggu kedua anaknya yang akan datang berkunjung kemari namun belum kunjung datang.. 

Cup.. Cup.. Cup.. 

Bapak Duloh mencium cucunya dengan gemas, namun hal itu membuat ibu Nining sang istri merasa kesal. 

''Sayang terus aja pak cucu nya, sampai lupa kerja!'' ketus ibu Nining sambil menyodorkan teh manis di depan pak Duloh.. 

''Namanya juga cucu buu, ya jelas sayang lah masa nggak sayang.'' 

''Dari pada di sayang, mending buang atau kasih kek ke orang yang lebih butuh bayi itu di bandingkan kita yang hidupnya pas-pasan.'' tutur ibu Nining membuat pak Duloh melototkan matanya. 

''Ibu ini ngomong apa sih! nggak boleh kaya gitu, bagaimana pun dia ini cucuk kita buk.'' 

''Alah, ngomong sama bapak udah kaya ngomong sama tembok, nggak mau dengerin.'' Ibu Nining duduk di sebelah pak Duloh dengan kesal.. 

Sedangkan bapak Duloh hanya menggelengkan kepalanya atas sikap istrinya yang semena-mena terhadap manusia, pak Duloh tidak habis pikir bagaimana istrinya berbicara untuk membuang sebuah rezeki yang banyak orang belum memilikinya.. 

Ketika sepasang suami istri itu sedang bersitegang. Dawiyah datang dan mengambil anaknya dari gendong sang bapak.. 

''Sini pak bayinya.'' 

''Kamu mau kemana Wiyah?'' Tanya bapak Duloh merasa heran karna anaknya sudah rapih dan bersih.. 

''Wiyah mau tunjukkin bayi ini sama Ayahnya, Wiyah mau kerja pak biar Ayahnya saja yang mengurus bayi ini.'' Ujar Wiyah lalu bersalaman dengan ibu Nining dan bapaknya, lalu beranjak pergi dari rumah membawa semua peralatan sang bayi yang sampai saat ini belum memiliki nama.. 

Wiyah menaiki ojek pangkalan dan meminta untuk mengantarkan dirinya ke terminal, Abang ojek pun mengangguk lalu pergi membawa Dawiyah ke tempat yang di tuju.. 

• 

Tak berapa lama, motor yang membawa Dawiyah telah sampai di terminal bus. ''Udah berhenti di sini saja.'' Ucap Dawiyah sedikit berteriak.. 

Bang ojek pun berhenti dan menerima ongkos yang di berikan Dawiyah. ''Makasih Teh.'' 

''Iyaa.'' 

Dawiyah berjalan dan masuk kedalam bus yang akan membawanya ke kota S, awalnya Dawiyah akan membuang bayinya ke sungai  di dekat rumah kedua orang tuanya Namun Dawiyah tidak tega akan hal itu. 

Yang mana Dawiyah berfikir keras untuk memberikan  bayinya pada sang kakak yang memang kebetulan menginginkan anak perempuan di bandingkan ia membuangnya.. 

Butuh waktu sekitar satu jam lebih dua puluh lima menit sampai di kota S, Dawiyah turun dari bus lalu berjalan dan masuk kedalam angkot berwarna pink karna angkot itu menuju rumah sang Kakak pertama nya.. 

• 

Tak butuh waktu lama Dawiyah pun telah sampai di desa tempat sang Kakak tinggal, Lalu Dawiyah mengetuk pintu rumah sederhana dan memanggil nama sang Kakak. 

Tok.. Tok.. Tok.. 

''Asalamualaikum.'' 

''Walaikum'salam.'' Jawab dari dalam sambil membuka pintu, untuk melihat siapa yang berkunjung.. 

''Dawiyah.'' Ucap Kakak ipar Dawiyah yang bernama Ainun.. 

''Apa kabar Kak?'' Tanya Dawiyah lalu memeluk Kakak iparnya.. 

''Baik, ayo masuk.'' Ainun membawa masuk adik iparnya yang sudah jauh jauh datang berkunjung ke rumahnya.. 

Mana Harun?'' Tanya Dawiyah yang sudah duduk di kursi, meletakkan semua barangnya dan bayinya.. 

''Jam segini masih kerja Wiyah, wah ini bayi mu?'' Tanya Ainun antusias mengelus pipi bayi yang masih berwarna merah itu. 

''Iya Kak jika Kakak mau ambillah, aku mau bekerja ke luar negri dan merubah hidupku!'' Ujar Dawiyah membuat Ainun kaget. 

''Ah kamu yang benar Dawiyah, bayi secantik dan selucu ini mau kamu kasih ke aku?'' 

Dawiyah menganggukkan kepalanya dengan mantap tanpa ada rasa bersalah sama sekali atau berat hati memberikan bayi nya, bahkan Dawiyah meminta Ainun untuk mengurus anaknya dan mewanti-wanti agar Ainun tidak memberi tahu asal usulnya dan siapa Ayahnya. 

''Trus kamu mau pergi kemana?'' Tanya Ainun. 

''Kaya nya aku pergi ke Malaysia aja deh Kak, siapa tau dengan pergi ke sana hidupku tidak lagi sengsara apa lagi mengingat perlakukan Deni padaku.'' 

''Sudahlah Wiyah, yang lalu biarlah berlalu tidak baik juga kamu ingat ingat.'' 

''Tapi hati ini begitu sakit Kak, dia tega membuang ku bahkan melakukan kekerasan padaku.'' 

''Yang sabar yaaa Wii.'' 

''Makasih Kak, tolong jaga dia dan jangan pernah memberi tahu jika aku ibunya.'' 

Ainun pun mengangguk lalu menggendong bayi itu. ''Siapa namanya?'' Tanya Ainun. 

''Belum di kasih nama, aku bingung mau ngasih nama apa.'' ucap Dawiyah.. 

''Bagaimana kalau aku kasih nama Rania Adriansah.'' ucap Ainun yang sama sekali tidak di perdulikan oleh Dawiyah.. 

''Terserah mau di kasih nama siapa, aku nggak perduli.'' ucap Dawiyah melangkah pergi ke kamar untuk istirahat.. 

Itulah jika hati sudah di liputi kebencian, akal sehat tidak di pakai hingga dengan tega membuang atau memberikan bayi yang sebenarnya membutuhkan kasih sayang dari ibu kandungnya.. 

Entah apa yang akan Rania jalani kedepannya ketika ia di berikan pada orang lain, apakah akan mendapatkan kebahagiaan atau malah sebaliknya yang akan menghancurkan masa depannya hingga hatinya hancur berkeping-keping.. 

We don't know what the future will be..

...••••••...

...LIKE.KOMEN.VOTE.BUNGA ...

Terpopuler

Comments

lili

lili

aku mewek bacanya 😭😭😭😭,kisahmu dimulai Rania......

2024-08-01

0

Elwi Chloe

Elwi Chloe

Dawiyah kamu itu ibu yang jahat

2022-04-13

0

Miracle Tree

Miracle Tree

Mau gimana lagi, tapi ya memang begini.

ahhh syudahlah, aku pun tak mengerti kenapa ada ibu macam itu🤧

2022-03-31

1

lihat semua
Episodes
1 SLR. Awal cerita
2 SLR. Sifat asli Deni
3 SLR. Pulang ke rumah kedua orang tua
4 SLR. Tak perduli
5 SLR. Anak punggut
6 SLR. Memintanya
7 SLR. Sakit hati yang terdalam
8 SLR. Tenggelam tanpa dasar
9 SLR. Oh Tuhan
10 SRL. Kabur membawa Rania
11 SLR. Dua kehidupan yang berbeda
12 SRL. Tuhan mempunyai rencana lain
13 SLR. Mencoba untuk mengubah takdir
14 SLR. Memancing Amarah.
15 SLR. Niat mengubah takdir
16 SRL. Hal yang tabu
17 SRL. Tak perduli dan keberangkatan
18 SLR. Berada di Negara lain.
19 SRL. Hari pertama bekerja.
20 SLR. Di luar dugaan
21 SLR. Kejam nya sebuah Fitnah
22 SLR. Puncak kemarahan yang di pendam
23 SLR. Kejadian yang tidak terduga.
24 SLR. Dimanakah peran orang tua, di saat anaknya sedang terpuruk
25 SLR. Bersalah
26 SLR. Musim berlalu
27 SLR. Menutup masa lalu dan membuka lembaran baru
28 SLR. Trauma yang masih ada.
29 SLR. Getaran yang tidak biasa
30 SLR. Tidak merasakan kepuasan
31 SLR. Membayar Jasa Asuh
32 SLR. Niat Balas Dendam
33 SLR. Melihat Rania.
34 SLR. Pertemuan
35 SLR. Bertemu Mantan
36 SLR. Malaysia
37 SLR. Tuan Amar ingin menyusul
38 SLR. Segala Rasa.
39 SLR. Tuhan memiliki rencana lain.
40 SLR. Apakah ini karma
41 SLR. Modus Tuan Amar.
42 SLR. Apartement baru.
43 SLR. Bertemu dengan nya lagi.
44 SLR. Kemana dia pergi?
45 SRL. Pria menyebalkan.
46 SLR. Ternyata
47 SLR. Pertemuan.
Episodes

Updated 47 Episodes

1
SLR. Awal cerita
2
SLR. Sifat asli Deni
3
SLR. Pulang ke rumah kedua orang tua
4
SLR. Tak perduli
5
SLR. Anak punggut
6
SLR. Memintanya
7
SLR. Sakit hati yang terdalam
8
SLR. Tenggelam tanpa dasar
9
SLR. Oh Tuhan
10
SRL. Kabur membawa Rania
11
SLR. Dua kehidupan yang berbeda
12
SRL. Tuhan mempunyai rencana lain
13
SLR. Mencoba untuk mengubah takdir
14
SLR. Memancing Amarah.
15
SLR. Niat mengubah takdir
16
SRL. Hal yang tabu
17
SRL. Tak perduli dan keberangkatan
18
SLR. Berada di Negara lain.
19
SRL. Hari pertama bekerja.
20
SLR. Di luar dugaan
21
SLR. Kejam nya sebuah Fitnah
22
SLR. Puncak kemarahan yang di pendam
23
SLR. Kejadian yang tidak terduga.
24
SLR. Dimanakah peran orang tua, di saat anaknya sedang terpuruk
25
SLR. Bersalah
26
SLR. Musim berlalu
27
SLR. Menutup masa lalu dan membuka lembaran baru
28
SLR. Trauma yang masih ada.
29
SLR. Getaran yang tidak biasa
30
SLR. Tidak merasakan kepuasan
31
SLR. Membayar Jasa Asuh
32
SLR. Niat Balas Dendam
33
SLR. Melihat Rania.
34
SLR. Pertemuan
35
SLR. Bertemu Mantan
36
SLR. Malaysia
37
SLR. Tuan Amar ingin menyusul
38
SLR. Segala Rasa.
39
SLR. Tuhan memiliki rencana lain.
40
SLR. Apakah ini karma
41
SLR. Modus Tuan Amar.
42
SLR. Apartement baru.
43
SLR. Bertemu dengan nya lagi.
44
SLR. Kemana dia pergi?
45
SRL. Pria menyebalkan.
46
SLR. Ternyata
47
SLR. Pertemuan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!