Hari ini tepat seminggu yang lalu, Shakira bertemu dengan Benjamin di jembatan itu. Hari dimana Shakira merasa sudah tidak ada gunanya lagi dia hidup didunia ini.
Kini Shakira berdiri di jembatan itu lagi. Matanya memandang jauh ke bawah, dimana riak sungai tersebut terlihat berkilauan. Berusaha mencoba mengenang kembali satu persatu kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini. Kehilangan kedua orang tua dengan tiba-tiba membuat dirinya sangat terpukul, karena hanya merekalah yang dimilikinya dan membuat Shakira menjadi seorang yatim piatu. Sedangkan Reyhan, kekasih yang diharapkan dapat menemaninya selama masa berduka, ternyata bermain belakang dengan Juliana, sahabat karibnya di bangku kuliah. Pukulan telak diterimanya. Membuatnya merasa tersakiti dan terkhianati.
Belum mengering rasa berduka dan sakit hati, Shakira pun teringat kembali pada saat dia harus rela kehilangan pekerjaannya. Juliana tak hanya merebut kekasihnya, tak tanggung-tanggung juga merebut pekerjaannya dengan memakai pengaruh orang dalam perusahaan tersebut untuk menduduki posisi yang diincar Shakira. Padahal, Juliana orang yang paling mengerti bahwa menjadi seorang Ahli Digital Marketing Komunikasi diperusahaan plat merah adalah impian Shakira selama ini.
Matahari mulai turun, senja mulai terlihat. Shakira melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah kontrakan yang dia sewa setelah dirinya ditolong oleh Benjamin malam itu. Dia tidak ingin merepotkan Benjamin lebih banyak lagi. Tanpa Shakira sadari, ada sepasang mata yang memandangnya dari kejauhan.
Keesokan hari, tepat pukul 9.00 pagi, Shakira telah berada diruangan kerjanya. Dengan gaya rambut diikat keatas, make up sederhana dan anting-anting bulat yang menghiasi wajah serta telinga mungilnya semakin membuat Shakira bersinar dipagi hari.
Benjamin dengan body yang tegap dan gagah dengan jas berwarna biru gelap, rambut disisir licin kebelakang semakin menunjukkan aura kehebatan seorang Tuan Muda Benjamin. Dia berjalan keluar dari lift menuju keruangannya layaknya model berjalan di catwalk, melewati koridor departemen komunikasi. Karyawan wanita terus berbisik melihat Bos besar yang sangat tampan dan pendiam itu. Tentu saja tidak lupa didampingi Maria sang asisten pribadinya.
Tak sengaja pandangan mata Benjamin melihat Shakira, yang sedang duduk menatap komputer dengan pensil ditelinganya..
"Setiap kali aku melihatnya, ada yang terasa lain dengan wanita satu ini.." batin Benjamin sambil menggelengkan kepala dan terus melangkah ke ruangannya sendiri.
Maria yang selalu setia disamping tuannyamengkerutkan kening, menangkap gelagat yang tidak seperti biasa.
Didalam ruangan Benjamin. "Tuan, hari ini kita ada pertemuan makan siang dengan anak perusahaan InD sekaligus mereka ingin mengenal Digital MarComm kita yang baru", ucap Maria sambil membacakan agenda hari ini.
"Siapkan semuanya dan jangan lupa informasikan kepada Shakira supaya dia mempersiapkan dirinya", perintah Benjamin.
Tanpa menoleh ke arah Maria, Benjamin kemudian berkutat dengan tumpukan data yang musti dia cek.
Maria mengganggukkan kepala dan berlalu dari ruangan Benjamin.
"Kapan ya tuanku bisa tersenyum sedikit saja", ucap Maria yang ternyata didengar oleh Shakira yang memang hendak mencari Maria ingin menanyakan data yang sedang dicarinya.
"Sepertinya akan susah nih Mar, anganmu terlalu tinggi", kata Shakira tiba-tiba dengan tertawa sambil menepuk pundak Maria.
"Aduh maaf nona, tolong lupakan saja yang anda dengar baru saja".
Mendengar perkataan Maria membuat Shakira berpikir bahwa benar adanya berita yang beredar tentang si Tuan muda ini yang terkenal dingin dan menyeramkan dikalangan pebisnis.
"Oiya Nona Shakira, ada pesan dari Tuan Benjamin untuk anda. Siang ini kosongkan jadwal karena anda diminta untuk ikut pertemuan dengan perwakilan dari anak perusahan InD di restaurant F", info Maria.
"Ah baiklah, apakah saya bisa meminjam kendaraan perusahaan, Maria? Kamu tahukan kalau saya gak punya kendaraan?!" tanya Shakira.
"Maaf nona, anda akan berangkat bersama Tuan Benjamin. Karena saya harus mewakili Tuan bertemu dengan perusahaan A dikantor".
"Maksudmu saya satu mobil dengan si Bos?? Oh tidak..." ucap Shakira sambil menepuk dahinya. Bisa mati gaya nih..pikirnya.
Shakira bersiap-siap karena 15 menit lagi mereka harus berangkat ke restoran F dan pastinya bersiap-siap untuk menata hatinya "Hah!!!! Apa yang kupikirin sih, tapi mau gimana lagi abis tampan banget", sambil tersenyum sendirian.
Ketika Shakira menunggu didepan pintu lobby perusahaan, sebuah mobil berwarna silver gelap berhenti tepat didepannya. Terbengonglah dia karena mobil yang berhenti tepat didepannya bukan mobil kaleng-kaleng. Kaca disamping pengemudi menurun perlahan dan lelaki tampan dengan kacamata hitamnya bertengger di hidung mancung, yang sering dibayangkannya ..."Hei ayo cepatlah sedikit, kita hampir terlambat!!"
"Ba ba...baik pak", jawab Shakira terbata-bata.
Tidak pernah terbayangkan oleh Shakira dia akan menaiki Tesla Model X Long Range. Mobil yang digadang-gadang hanya kalangan sultan yang bisa mengkoleksi. Dibanderol harga sekitar 3M. Type mobil listrik, jika baterai terisi penuh, bisa diajak melaju hingga jarak 500 km. Performanya tak bisa diremehkan karena sanggup berakselerasi 0-100 km/j dalam 4,4 detik.
"Apa yang kaupikirkan?" tiba-tiba Benjamin mengeluarkan pertanyaan setelah cukup lama hening.
Dengan polosnya Shakira menjawab "Umur ku 22th, dan baru pertama kali ini naik mobil sultan, bisa dibayangkan bukan gimana rasanya jadi diriku??" sambil tertawa.
Benjamin tersenyum simpul, dengan ekor matanya melirik Shakira yang sedari tadi asyik mengagumi mobilnya. Mendengar Shakira bersenandung bahagia didalam mobil entah kenapa membuat Benjamin merasakan hal yang sudah lama tidak dirasakannya.
"Kau suka sekali bernyanyi rupanya hemm.."
Yang ditanya langsung terdiam malu "Maaf, aku terbiasa kalau lagi bahagia suka nyanyi-nyanyi sendiri hehehe..".
"Sebentar lagi kita akan sampai di restoran F. Kusarankan kau jangan banyak tersenyum dengan klien kita", ucap Benjamin dengan nada memerintah.
"Maksudnya jangan banyak tersenyum itu bagaimana? Aku manusia normal loh, masa tersenyum aja dilarang sih?!" protes Shakira tidak habis pikir dengan perintah bosnya ini.
"Ini perintah!" tegas Benjamin sambil memarkirkan mobilnya dan bergegas keluar menuju restoran.
"Hei tunggu akuuu!!!!" teriak Shakira setengah berlari dengan heelsnya mengejar kaki panjang Benjamin yang melangkah lebar.
Didalam restoran F, pelayan langsung mengarahkan Benjamin dan Shakira ke ruangan VIP, karena wakil perusahaan InD. telah menunggu kedatangan mereka berdua. Ruangan VIP ini sudah menjamur dimana-mana. Apalagi daerah perkotaan yang ramai dengam bisnisnya. Dimana keberadaan ruang VIP ini sering dijadikan pilihan untuk mengadakan business meeting. Hal ini dikarenakan untuk menghindari kesan kaku dan menciptakan suasana yang lebih cair.
Pintu VIP tergeser ke samping, Benjamin beserta Shakira masuk kedalam dan duduk berhadapan dengan klien mereka.
Shakira memperkenalkan dirinya sebagai Digital Marketing Komunikasi Manager yang baru di perusahaan Three Sibling's Corp. Sesuai dengan perintah bos besar, senyum yang dia berikan pun hanya sekedar.
"Wah ternyata benar ya kabar burung kalau DigiMarComm dari Three Sibling's memang yahud abis", ucap Tuan Roy salah satu perwakilan dari InD. dengan tawa renyah berusaha menggoda Shakira.
Yang digodapun lagi-lagi hanya tersenyum simpul, takut dengan bos besar karena kalau salah berbuat bisa-bisa pulang jalan kaki nih pikir Shakira..
"Maaf waktu kami tidak banyak, jadi mari kita diskusikan proyek bersama dengan makan siang", potong Benjamin dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan oleh siapapun.
Mereka yang berada didalam ruangan VIP tersebut merinding mendengar nada ucapan Benjamin si Tuan Muda ini.
"Ah baiklah mari kita mulai bicarakan bisnis kita selagi menyantap makan siang yang sungguh lezat ini", Tuan Roy mencairkan suasana.
60menit mereka berempat berada diruangan tersebut hingga tercapai satu kata yaitu OK untuk melanjutkan perjanjian kerja sama.
"Draft perjanjian akan dikirimkan oleh Maria, paling lambat dalam kurun waktu 2jam", Benjamin berkata kepada Tuan Roy dan Bobby asistennya.
"Ah satu lagi Tuan Ben, apa boleh saya meminta nomor Nona Shakira, sekiranya jika ada yang ingin kami tanyakan perihal project Tower Telekomunikasi?", tanya Bobby mewakili bos nya.
Sebelum Shakira sempat menjawab "Tidak boleh!!! Semua komunikasi akan melalui asisten saya, Maria", potong Benjamin kembali. Kali ini aura Benjamin semakin menyeramkan bagi semua. Shakira dibuat geleng-geleng kepala karena ulahnya.
Setelah saling berpamitan dan undur diri, ketika Benjamin dan Shakira akan berjalan menuju ke arah parkiran mobil, seseorang pria berteriak memanggil Shakira.
"Shakiraaa.. tunggu!!!", teriak orang tersebut.
Seketika Shakira menoleh dan tubuhnya langsung membeku seakan aliran darah berhenti begitu saja.
Benjamin hanya memandangi kedua orang tersebut dengan raut muka tak suka.
"Shakira, apa kabarmu? aku berusaha menghubungimu tapi gak ada satu pesan ataupun telepon yang kamu balas dan angkat", ucap pria tersebut sambil mencoba meraih tangan Shakira.
Shakira yang masih terdiam tidak sanggup berkata merasakan air matanya menetes perlahan dikedua pipinya. Benjamin yang melihat hal tersebut langsung mendekati Shakira dan memeluk pundaknya.
"Jangan ganggu wanitaku! Pergi kau dari sini", ucap Benjamin dengan nada mengancam.
Pria tersebut bingung dengan kata-kata Benjamin.
"Shakira dengarkan aku dulu, tolong Shakira?!" teriaknya memohon..
Tak digubris oleh Benjamin, dia membawa Shakira masuk kedalam mobil dan membawanya pergi dari situ.
"Menangislah kalau kau ingin", kata Benjamin dengan lembut.
Dari tangisan kecil menjadi suara tangisan yang menyayat hati keluar dari mulut Shakira. Kedua tangannya menutupi wajahnya. Benjamin seperti ikut merasakan sedih yang teramat dalam seperti yang sedang dirasakan oleh wanita disampingnya ini.
Bukannya melaju kearah perusahaan, Benjamin membawa mobilnya kearah daerah pinggir kota. Dimana ada sebuah danau yang dikelilingi oleh taman yang besar. Jika siang hari, danau tersebut sepi oleh pengunjung.
Benjamin memarkirkan mobilnya persis menghadap kedanau.
"Shakira, apakah kau masih ingin menangis?"tanyanya seraya memberikan sapu tangan kepada Shakira.
"Maaf Pak Ben, aku selalu menyusahkanmu", jawab Shakira sambil mengusap air matanya.
"Lihatlah kedepan", ucap Benjamin.
Shakira dengan patuh mengangkat wajahnya dan melihat sebuah danau yang sangat indah. Airnya berkilauan. Bahkan dirinya pun tidak mengetahui bahwa ada tempat tersembunyi di kota ini.
"Kau lihat danau itu? ada seniman Amerika yang mengatakan bahwa hidup itu seperti gelembung di danau, yang berkilau sesaat lalu meledak bahkan tidak meninggalkan jejak, jadi yakinlah semua masalah yang kau hadapi saat ini pun seiring waktu akan meledak dan menghilang tanpa pernah kau sadari", kata Benjamin sambil menatap Shakira dengan lembut.
"Terima kasih kamu selalu ada saat aku perlu seseorang", ucap Shakira dengan tersenyum. "Tapi boleh aku bertanya 1 hal?" Kenapa kamu baik padaku?".
"Uhuk uhukk uhukk..", Benjamin sampai terbatuk-batuk, kaget dengan pertanyaan Shakira.
"Suatu saat kau akan tau", jawab Benjamin pendek.
"Jika sedihmu sudah mereda, ayo kita kembali ke kantor, masih banyak pekerjaan mu bukan?!"
Haisss saklek banget ya tuan muda ini batin Shakira.
Dalam perjalan menuju kekantor, Benjamin bertanya siapa pria yang mendatanginya sewaktu lepas makan siang.
"Dia Reyhan, orang yang harus bisa aku lupakan", jawab Shakira sambil membuang pandangannya keluar mobil.
"Apakah aku bisa melupakannya?", dalam hati Shakira...
yuk pantengin terus kisah Shakira dengan Benjamin.
jangan lupa jempolnya ya gaes supaya semakin semangat untuk upppp!!!!
Makasihh😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Nanda RaRa
betul Shakira hrs bsa lupain Reyhan, dan jatuh ke pelukan Benjamin👏👏
2022-06-18
0
Senajudifa
kutukan cinta hadir...biar semangat kuksh like dan fav untmu
2022-06-03
1
pat_pat
hay aku mampir ❤️
salam kenal dari novel baruku Dinikahi Ceo Kejam 🤗🥰
2022-05-07
1