Nyonya Berka membuang putung rokok yang dipegangnya dan berjalan mendekati Shea. Ada rasa takut yang menjalar di sekujur tubuh Shea saat melihat tatapan mata wanita itu.
"Apa kau masih kuliah?" tanya Berka lembut membuat rasa takut Shea sedikit berkurang.
"Iya Nyonya saya masih kuliah," balas Shea dengan kepalanya yang sedikit tertunduk.
"Jika kau bekerja denganku, kau tidak bisa menunduk seperti ini. kepalamu harus selalu terangkat seperti ini dan tampilkan senyuman manis mu itu," ucap Berka sembari mengangkat dagu Shea agar menatapnya.
Shea mengangguk lemah mengiyakan ucapan wanita itu.
"Pekerjaanmu akan di lakukan malam hari dan...," Nyonya Berka menghentikan ucapannya dan mengamati penampilan Shea dari atas hingga bawah.
"Penampilanmu harus diubah," imbuhnya dengan menunjuk pakaian Shea yang terlihat sederhana. Mungkin lebih tepatnya sangat sederhana dan tertutup.
Shea mengerutkan keningnya. Ia nampak cemas dengan pekerjaan yang akan dilakukannya nanti.
"Ayo ikut aku," ucap Nyonya Berka saat melihat Shea yang hanya diam tanpa mengatakan apapun.
Tanpa banyak berkata, Shea mengikuti langkah wanita itu masuk ke dalam ruangan yang cukup luas. Shea melihat 5 wanita yang sedang duduk santai di sebuah sofa panjang yang diletakkan di sudut ruangan. Sama seperti Nyonya Berka, wanita-wanita itu terlihat lihai menghisap ****** rokok hingga asap benda pipih itu berlarian di udara. Dan jangan lupa dengan pakaian mereka, seksi dan liar.
"Kau kemarilah, ini adalah beberapa rekan kerjamu. Lihat cara mereka berpenampilan. Kau harus mencontoh dari mereka," pinta Nyonya Berka sambil membakar kembali sebatang rokok yang diletakkan diatas nakas.
"Seperti mereka? maaf nyonya tapi saya tidak menyukai pakaian seperti mereka," bantah Shea yang merasa enggan untuk mengikuti penampilan wanita-wanita disana. Shea mengakui bahwa wanita-wanita itu sangat cantik, molek dan tubuhnya yang berisi dan padat. Namun Shea tidak ingin mempertontonkan tubuhnya secara umum seperti itu.
Nyonya Berka meringis geli mendengar penolakan Shea. Ia seolah telah terbiasa dengan sikap 'pekerja' baru seperti Shea.
"Aku tidak menyuruhmu, tapi aku memaksamu untuk memakainya. Kau bekerja denganku. Jadi kau harus menurutinya. Bukankah saat ini keluargamu sedang terlilit hutang? kau mau mereka di penjara bahkan mati di pukuli rentenir jika tidak melunasi hutangnya?"
Shea terdiam. Ia tidak membalas pertanyaan yang dilontarkan Nyonya Berka padanya. Ia kembali teringat dengan ucapan Angel tentang hutang keluarganya karena pengobatan Almarhum Daddy-nya.
"Tapi apa pekerjaan ku?"
"Kau akan tau nanti setelah bersolek secantik mereka," setelah mengatakan hal itu Nyonya Berka meninggalkan Shea bersama wanita-wanita yang sejak tadi memperhatikannya.
"Hei, Kau. Tasya, rias dia dan pilihkan pakaian yang sesuai dengannya. Kau tau kan maksudku?" ucap Nyonya Berka sebelum benar-benar pergi dari ruangan itu.
"Baik Nyonya," ucap wanita yang sejak tadi mengamati lekat-lekat bentuk tubuh Shea.
"Kau pasti masih perawan kan?" pertanyaan Tasya sontak membuat Shea membelalakkan kedua matanya. Ia sedikit terkejut dengan pertanyaan spontan wanita itu.
"Apa maksudmu?"
"Melihat dari wajah dan ekspresimu ini, sepertinya kau memang masih perawan. Pantas saja Nyonya mendatangkan tamu yang spesial untukmu,"
"Tamu? tamu siapa?" Shea benar-benar bingung dengan situasi yang menurutnya baru itu.
"Sudahlah, waktumu tidak banyak. Ikut aku," Tasnya berjalan mendahului Shea menuju pintu yang ada di ruangan itu. Langkah Shea terhenti saat melihat walking closet yang terlihat luas dan penuh dengan pakaian seksi hingga b*ikini.
"Kau lebih cocok memakai ini," Tasya mengambil sebuah mini dress berwarna hitam pada Shea.
"Pakailah, itu pasti akan cocok dengan body mu,"
Shea mengambil pakaian itu namun nampak enggan untuk memakainya. "Bisakah jika yang lain saja? aku merasa ini terlalu pendek untukku,"
Tasya, wanita itu tertawa mendengar ucapan Shea. Bukankah tempat bordil memang harus berpakaian ketat dan seksi. "Jika kau mau pakaian lebih tertutup seharusnya kau pergi ke pengajian, bukan ke rumah bordil seperti ini."
Shea membelalakkan matanya terkejut mendengar jawaban wanita itu. Ia tak menyangka jika saat ini ia telah masuk ke tempat yang seharusnya tidak ia kunjungi. "Ttt..tapi kakakku tidak bilang jika ini..," Shea tidak melanjutkan ucapan saat mendengar pintu terbuka dengan suara yang cukup keras.
"Kau! kenapa sejak tadi tidak berganti pakaian. Cepatlah klien besar mu akan segera datang! jangan lelet!" ucap Nyonya Berka dengan lantang.
"Cepatlah pakai ini, aku tidak ingin kena marah Nyonya Berka karena kau!" pinta Tasya sebelum pergi meninggalkan Shea seorang diri di ruangan itu.
"Tidak, aku harus segera pergi dari sini!" Shea menengadahkan kepalanya melihat sekitar, namun ia tidak melihat cela yang bisa membuatkan keluar dari tempat terkutuk itu.
"Bagaimana ini?"
****
Di lain tempat, Seorang pria muda dengan setelan jas yang membuatnya terlihat karismatik tengah mengemudikan mobilnya dengan tergesa-gesa. Beberapa kali ia melihat kearah pergelangan tangannya untuk melihat jarum jam di arloji-nya.
"Sial, ini sudah sangat terlambat. Dia pasti akan marah lagi," keluh pria itu sembari membunyikan klakson mobilnya di padatnya jalanan Jakarta menjelang siang itu.
Bak cenayang, tak berselang lama panggilan masuk dari ponsel miliknya membuat pria itu menghela napas panjang. "Sial,"
"Iya Pa?"
"BERAPA LAMA LAGI PAPA NUNGGU KAMU SAGARA! TOLONG HARGAI KLIEN PAPA DONG!"
Yah, pria itu Sagara Erland Faith. Pembisnis muda yang terkenal karena kepiawaiannya dalam mengelola berbagai bisnis bahkan bisnis digital.
"Iya Pa, Maaf. Ini kejebak macet. Satu jam lagi Andreas sampai lokasi,"
"Kalau dalam satu jam kamu belum datang, maka papa yang akan membuat keputusan,"
"Keputusan? Halo Pa?" tanya Andreas, namun panggilan itu dengan cepat ditutup tanpa menjawab pertanyaannya.
"CK!! Apa lagi yang di rencanakan sama Papa?"
****
Shea dengan terpaksa memakai dress mini yang diberikan oleh Tasya. Bahkan dengan riasan wajah yang bold dan glamour.
"Lihat pria tua itu, kakek itu adalah klien mu hari ini. Jadi kau harus menuruti apapun yang diminta olehnya. Kau mengerti?" ucap Nyonya Berka sembari membuang putung rokoknya.
Shea nampak takut saat pandangannya bertemu tatap dengan pria tua itu. Kerutan diwajahnya semakin terlihat saat pria tua itu tersenyum penuh arti pada Shea.
"Tidak, aku tidak ingin menjadi pemuas nafsu kakek itu. Bagaimana ini? bagaimana caraku keluar?" gumam Shea dalam hati. Hingga tanpa sadar kakek tua itu sudah berada di depannya.
"Hai cantik, apa kau yang akan pergi bersamaku?" ucapnya lagi-lagi dengan senyumannya yang menakutkan bagi Shea.
"Yah, dia masih baru bos. Jadi aku pastikan kau akan menyukainya," ucap Nyonya Bertha dengan senyuman liciknya.
"Bagus, kau memang berbakat dalam hal ini!"
"Ayo, ikutlah denganku ke mobil. Kau ingin jalan jalan kan?" Kakek tua itu akan meraih telapak tangan Shea. Namun gadis itu dengan cepat menariknya menjauh.
Shea tidak memiliki pilihan lain sekarang. Ia menatap sekeliling ruangan yang mendapati banyak penjaga. "Jika aku lari sekarang, itu akan sia-sia aja,"
Shea mengikuti langkah kakek tua itu untuk masuk ke dalam mobil mewahnya. Di dalam mobil' hanya ada supir dan di belakang ditempati olehnya dan kakek tua itu.
Shea memperhatikan jalanan yang terlihat ramai. Ia berusaha mencari celah untuk keluar dari mobil kakek tua itu. Shea merasa risih dengan tatapan liat kakek tua itu yang terus saja menatapnya tanpa henti.
"Ingin rasanya aku mencolok kedua matanya," umpat Shea dalam hati. Shea yang menyadari jika saat ini mobil berhenti karena lampu lalu lintas yang telah berubah merah. Ia seketika mendapatkan cara untuk bisa keluar sekarang.
"Haduh perutku! perutku sakit!" keluh Shea yang membuat panik kakek tua itu.
"Kau kenapa cantik? bagian mana yang sakit?" kakek tua itu hendak menyentuh bagian perut Shea namun gadis itu menampiknya.
"Jangan menyentuhnya, itu semakin bertambah sakit. Bisakah kau menyuruh supirmu itu untuk membelikan ku obat di apotik seberang sana. Aku sudah tidak bisa menahannya,"
"Baiklah cantik. Hei kau! cepat belikan obat untuk sakit perut gadis ini. aku tidak ingin calon pengantinku kesakitan." pinta kakek tua itu kepada supir yang duduk di depannya.
"tapi tuan, sebentar lagi lampu hijau. kita tidak bisa berhenti disini,"
"aduh perutku tambah sakit! cepat beli lah obat sebentar!" rintih Shea berharap supir itu benar benar pergi membeli obat untuknya.
"sudahlah, tidak ada polisi yang berani denganku. aku ini juragan kaya, aku bahkan bisa membeli jalan jelek ini. calon istriku sudah sangat kesakitan,"
"baik tuan,"
"Kamu akan baik-baik saja cantik. Aku merasa kasihan denganmu," ucap kakek tua itu sambil meraih telapak tangan Shea.
Shea melihat supir itu tengah sibuk di apotik seberang jalan dan lampu telah berubah hijau. Beberapa mobil terus saja mengklanson mobil milik kakek tua itu yang menghalangi jalan mereka.
"Sial, mereka berisik sekali."
Saat kakek tua itu sibuk memaki pengendara yang beberapa kali membunyikan klakson, Shea dengan cepat membuka pintu mobil yang tidak terkunci karena supir itu lupa mengunci kembali mobilnya setelah dia keluar.
"Hei kau! mau kemana?" Pekik kakek tua itu yang menahan lengan Shea.
"Siala*n kau kakek tua!. aku tidak akan mau jadi istrimu!" Shea menendang dengan keras belalai milik kakek tua itu hingga merintih kesakitan hingga melepaskan tangan Shea.
Ahhhh
"Hei supir bodoh! tangkap gadis pe*lacur itu!" teriaknya dari seberang jalan menahan sakit di area kejantanannya.
Shea berlari tak tentu arah bersahut- sahutan dengan lalu lalang kendaraan yang terlihat ramai. Ia melihat supir itu masih terus mengejarnya di belakang.
"Ya Tuhan, bagaimana ini?"
Shea yang akan berlari menyebrang jalan tanpa melihat sekitar. Ia berlari begitu saja hingga sebuah mobil mendekat kearahnya dan membuat Pemilik mobil itu menginjak remnya mobilnya dengan tiba-tiba.
AKHHHHHH!!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
ceweknopel
next
2022-12-12
0
Bian Chagiya
makin seru
2022-12-12
0
khair
kapan lagi up nya yaaa...
2022-09-05
2