Zarra terbangun tepat pukul tujuh pagi. Hal pertama yang dicari adalah ponselnya. Sial, gumamnya dalam hati. Ia lupa men-charge ponselnya semalam. Alhasil, sekarang ponselnya sudah kehabisan daya. Ia pun bangun dan segera men-charge ponselnya itu dan bergegas mandi.
Selesai mandi dicobanya menghidupkan ponsel kesayanganya itu. Sudah 60% terisi daya. Dipindahkannya kabel itu ke powerbank agar ia bisa membawanya turun sambil sarapan pagi.
Di bawah Bi Asih sudah menyiapkan setangkap roti bakar, secangkir kopi susu dan semangkuk kecil buah potong. Zarra duduk di meja makan. Matanya tertuju pada Bi Asih. Perempuan setengah baya itu tampak sedang menyiangi sayuran untuk makan siang Zarra.
"Bi Asih lagi ngapain?," tanya Zarra sambil menyeruput kopinya. Bi Asih menoleh tersenyum.
"Lagi bersihin bayam buat Neng Zarra. Eneng kan seneng sama sayur bayam. Jadi ya mau bibi buatin supaya Eneng doyan makan lagi," kata Bi Asih. Perempuan itu memang sangat mengerti selera Zarra. Zarra menghela napas panjang. Bi Asih memang perhatian, beberapa hari ini dia jarang mengisi perutnya dengan benar, terutama sejak insiden dengan Malik. Ia kembali menatap Bi Asih lekat. Bi Asih selalu menggunakan kerudung. Ia juga tahu pembantu kesayangannya itu tak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Bahkan setiap jum'at sore dia akan meliburkan Bi Asih untuk mengikuti pengajian rutin di masjid komplek.
"Kenapa Neng? Kok gitu ngeliatin Bibi?," tanya Bi Asih. Zarra tersenyum dan menggeleng cepat.
"Bi, bayamnya dimasak nanti sorean aja. Aku kayaknya makan siang sama temen," ujar Zarra.
"Sama Mas Malik ya Neng?," goda Bi Asih sembari tertawa kecil. Zarra tersenyum kecut.
"Enggak, Bi. Udah putus sama Malik," jawab Zarra cepat. Bi Asih kemudian tersenyum lembut memperhatikan nona kesayangannya itu. Sedari SMP, Bi Asih sudah ikut keluarga Zarra. Jadi ia begitu mengenal tuan putri itu dengan baik.
"Sabar, Neng. Mungkin emosi sesaat aja Mas Maliknya," kata Bi Asih mencoba menenangkan Zarra. Zarra menggeleng.
"Enggak, Bi. Putus seterusnya. Dia nggak mau pacaran, mau langsung nikah!," jawab Zarra. Bi Asih hanya tersenyum mendengar cerita romantisme anak muda jaman sekarang. Putus nyambung seperti tali jemuran.
Zarra menghela napas panjang. Dia kembali berkutat dengan ponselnya, melihat-lihat postingan di instagram miliknya. Dia melihat postingan Kinar yang tampak sedang mengikuti sebuah kajian di sebuah masjid. Sampai sekarang Kinar belum menghubunginya. Mungkin ia perlu menghubungi Kinar lebih dulu. Iya, nanti sepulang dari rumah Asyifa, ia akan mencoba menghubunginya.
❤️❤️❤️
- Rumah Asyifa -
Zarra duduk di teras rumah Asyifa. Ia memandang sekeliling. Rumah Asyifa tampak asri meskipun bentuknya sederhana. Tidak bertingkat tetapi luas. Halaman rumah Asyifa luas. Di depan rumahnya ada mushola kecil yang terlihat adem sekali. Sebenarnya Asyifa sudah mengajaknya masuk ke ruang tamu, tetapi Zarra lebih tertarik duduk di kursi jati di teras rumah Asyifa. Andaikan ini rumahnya sendiri, ia sudah pasti akan berbaring dan menikmti tidur siang yang nyaman itu.
"Zarra, diminum yuk!," seru Asyifa keluar dari rumahnya sembari membawa baki berisi es teh dan kudapan. Zarra terlihat heran melihat baki Asyifa. Ada 3 gelas es teh disitu, sedangkan mereka hanya berdua. Mungkin untuk ustadzah yang diceritakan Asyifa kemarin, gumamnya dalam hati.
"Fa, lo yakin enggak apa-apa? Gue nggak pake jilbab nih," kata Zarra. Asyifa tersenyum dan menggeleng.
"Harusnya sudah kamu siapkan. 'Kan kita sudah janjian dari kemarin," jawab Asyifa. Zarra tersipu malu. Kemarin padahal dia memiliki banyak waktu luang, tetapi malah sibuk dengan hal lain. Sebenarnya dia ragu karena ia tak memiliki koleksi kerudung. Ia juga tak terlihat salah kostum seperti pada pengajian kemarin.
"Iya, iya, gue salah," aku Zarra setengah dongkol. Asyifa tertawa kecil. Ia merasa lucu melihat Zarra seperti anak kecil, cepat sekali ngambek.
"Maaf, maaf, bercanda, Ra! Enggak apa-apa kok," kata Asyifa masih dengan tawa renyahnya. Zarra melirik Asyifa, sedetik kemudian dia ikut tertawa. Mereka tampak akrab seperti sudah lama saling mengenal. Padahal baru sehari mereka berkenalan. Mungkin karena hati Zarra yang kesepian, ingin kehadiran sosok sahabat.
"Assalamu'alaikum. Seru sekali kayaknya kalian," sapa seseorang. Zarra dan Asyifa pun menoleh. Seorang perempuan dengan pakaian gamis panjang dan jilbab lebar keluar dari rumah Asyifa. Perempuan itu tidak bercadar seperti Asyifa. Cantik, meski sudah tidak muda lagi. Ia pun mendekat ke arah mereka dan duduk di depan mereka berdua.
"Wa'alaikumsalam, Mi. Ini Zarra, teman Syifa di kampus yang kemarin Syifa ceritakan ke Umi," jawab Asyifa. Perempuan yang dipanggil Umi oleh Asyifa ini menatap Zarra lekat-lekat. "Ra, ini Umi Fatma, ustadzah yang mau aku kenalin ke kamu. Sekaligus, umi aku," sambung Asyifa memperkenalkan Umi Fatma. Ternyata ibunya Asyifa, batinnya. Zarra tersenyum dan mencium tangan Umi Fatma.
"Saya Zarra, Tante," ucap Zarra memperkenalkan diri. Umi Fatma mengangguk senyum. "Panggil aja Umi," jawab Umi Fatma. Zarra mengangguk.
"Lalu, apa yang ingin kamu tanya sama Umi?," tanya Umi Fatma. Zarra terlihat bingung. Dia tidak tahu harus mulai dari mana. "Cerita aja. Jangan ragu," kata Umi Fatma lagi. Zarra menatap Umi Fatma. Kemudian ia menghela napas panjang dan mulailah ia bercerita soal Malik dan insiden itu sampai pada pengajian kemarin. Umi Fatma nampak dengan sabar mendengarkan cerita Zarra.
"Sampai saat ini saya bingung harus mulai dari mana. Jujur, saya tidak terlalu yakin untuk hijrah," Zarra mengakhiri ceritanya. Ia menunduk. Umi Fatma menghela napas.
"Nak, Malik, mantan pacar kamu itu benar. Dalam Islam tidak pernah ada kata pacaran. Bersyukurlah, Malik dan Kinar mengajakmu untuk hijrah. Hidayah itu tidak harus ditunggu, tetapi harus dijemput. Positif thinking. Mungkin saat ini Allah sedang mengajakmu untuk belajar Islam lagi, lebih dekat lagi. Siapa tahu, setelah mengenalNya, kamu akan jatuh cinta padaNya," kata Umi Fatma. Ia tahu, saat ini Zarra sedang dikuasai egonya. Ia penasaran. Jika ia salah jalan, salah pengertian, bisa jadi hal buruk pada Zarra. Ia mulai memikirkan bagaimana membimbing Zarra pelan-pelan agar ilmu yang disampaikan bisa Zarra terima dengan baik.
Zarra masih termenung mendengar kata-kata Umi Fatma. "Nak Zarra sholat?," tanya Umi Fatma lembut. Zarra menggeleng lemah. Ia terlihat malu untuk menjawabnya. Umi Fatma menghela napas lagi.
"Kamu muslim 'kan?," tanya Umi Fatma lagi. Zarra mengangguk. "Nak, sholat itu wajib bagi umat Islam. Itu adalah ibadah yang sangat sederhana. Cukup luangkan waktu 5-10 menit, 5 kali sehari. Sholat itu mendekatkan kamu pada Allah. Kamu bisa curhat pada Allah apapun permasalahanmu. Allah itu Maha Mendengar," kata Umi Fatma lagi. Zarra termenung. Ia bahkan sudah lupa kapan terakhir kali sholat.
"Umi, maaf sebelumnya. Apa ada jaminannya kalau saya hijrah saya bisa masuk surga? Atau kehidupan saya bisa senyaman sekarang? Jujur, saya sudah merasa cukup dengan kehidupan saya sekarang. Kenapa saya harus hijrah?," Zarra akhirnya mencoba mengeluarkan pertanyaan yang menggelayuti kepalanya seminggu terakhir ini. Tuh 'kan, batin Umi Fatma. Umi Fatma tersenyum mendengar pertanyaan Zarra.
"Nak, dalam Al-Qur'an sudah dijelaskan bahwa setiap umat muslim akan mendapatkan surgaNya. Tetapi, untuk menandai bahwa kamu seorang muslim, kamu harus melaksanakan minimal ibadah yang diwajibkan. Ibadah yang diwajibkan yakni sholat, puasa, zakat dan hijab bagi seorang muslimah. Jaminan surga? Insha Allah, karena Allah memberi kita keistimewaan sebagai perempuan untuk memilih pintu surga manapun untuk memasukinya," kata Umi Fatma. Zarra pun mengangguk.
"Kehidupan dunia ini hanya sementara, Nak. Yang kekal itu yang di akhirat. Ketika kamu melaksanakan apa yang Allah perintahkan, insya Allah kamu akan dimudahkan dalam segala urusan. Jika kamu merasa nyaman dengan apa yang kamu miliki, bersyukurlah. Dengan cara apa? Sholat. Hati-hati dengan kehidupan duniawi! Sebab bisa jadi kenyamananmu saat ini adalah ujian dariNya. Apapun yang kamu miliki adalah milik Allah, bisa diambil kapanpun saja," jelas Umi Fatma lagi. Zarra kemudian terdiam. Penjelasan Umi Fatma menjawab keraguan dan pertanyaan Zarra selama ini.
"Umi, maaf sekali lagi. Apakah hijab itu wajib? Karena jujur, Zarra belum siap untuk menutup aurat mengingat kelakuan Zarra, Umi," kata Zarra lagi. Umi Fatma kembali tersenyum lembut khas keibuan.
"Ya! Bagi muslimah, hijab itu wajib hukumnya! Jelas sekali perintahnya dalam Al-Qur'an. Jangan menunggu perilaku menjadi baik karena kita manusia ini tempatnya salah. Yang benar adalah berhijab dulu, perilakumu pasti akan mengikutinya. Akan malu sama hijabnya nanti. Dan aturan memakai hijab haruslah menutup dada, jangan hanya mengikuti tren semata. Harus diniatkan untuk Allah," jawab Umi Fatma. Zarra kembali mengangguk. Hari ini ia benar-benar mendapat ilmu baru.
"Bagaimana kalau aku belum siap, Mi?," tanya Zarra.
"Yang namanya wajib tidak harus menunggu siap atau tidak. Karena siap atau tidak, harus dijalankan. Ingat, Nak! Yang namanya istimewa itu akan dijaga. Kalau sudah diumbar, apakah ia akan tetap istimewa sedangkan sudah dinikmati banyak mata? Dan kamu tahu, Nak, dosamu itu tak ditanggung olehmu saja, tetapi juga ayahmu," kata Umi Fatma. Zarra terhenyak. Ia tak mengetahui soal itu. Ia bahkan baru mengetahui soal kewajiban berhijab dan menutup aurat.
Kinar benar. Ternyata ia sangat minim ilmu agama. Bukan hanya minim, nol bahkan. Kenapa ia bisa sampai lalai seperti ini? Padahal ayahnya dulu sering sekali mengajaknya sholat jama'ah di rumah, baca Al Qur'an dan bahkan memintanya untuk menutup auratnya. Tapi Zarra sering sekali bilang nanti dan nanti. Kini ia benar-benar menyesal.
"Lalu, saya harus mulai dari mana, Mi?," tanya Zarra lagi. Dalam hatinya kini benar-benar ingin berubah. Umi Fatma tersenyum, kemudian saling berpandangan dengan Asyifa. Asyifa mengangguk. Alhamdulillah, bisik Umi Fatma dalam hati. Semoga ini menjadi awal yang baru dan baik bagi Zarra.
❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
semoga zarra Istiqomah berhijrah nya
2021-08-03
0
💞🌹fikadiani🌹💞
lanjut
2020-10-16
0
Yani
Awalnya Baca krna penasaran sm Judul nya, taunya syuka, 🥰🥰🥰
2020-09-25
0