Bab 4

Waktu 3 bulan telah berlalu begitu saja, Laras juga telah melalui tiga kali Quru' atau tiga kali masa suci. Itu arti nya masa tunggu atau masa Iddah nya telah selesai.

Selama masa Iddah, Aqmar tidak sekalipun datang untuk menjenguk ataupun meminta Laras untuk kembali kepada nya. Dan itu berarti saat ini Laras dan Aqmar telah sah bercerai secara agama.

Laras memandang keluar jendela kamar nya, "Sekarang semua nya sudah benar-benar berahir Mas. Kamu bahkan tidak sekalipun datang walau sekedar menjenguk Rama." Laras berbicara pelan, masih dengan memandang rintik hujan yang turun semakin deras.

"Mama lagi lihatin apa?" Bocah berusia 4 tahun itu tampak penasaran dengan Mama nya yang selalu memandang keluar jendela.

Laras menoleh dan tersenyum, "Halo Sayang.. Mama gak lagi lihatin apa-apa kok. Cuma lagi lihat hujan aja."

"Apa Mama ingin mandi hujan?" Wajah bocah itu tampak semakin menggemaskan ketika bertanya.

Laras mengangguk, " Iya Sayang, Mama ingin sekali mandi hujan."

"No..! tidak boleh. Inget ya, Mama itu tidak boleh mandi hujan. Nanti Mama bisa pilek." Laras terbahak ketika melihat Rama berbicara persis seperti diri nya. Bahkan intonasi nya pun sama persis.

"Sini Sayang, Mama mau bicara sama Rama." Rama pun mengangguk "Mau bicara apa Ma?"

Laras berjongkok untuk mengsjajarkan tinggi nya dengan Rama. Laras memegang kedua bahu rama, "Bagaimana menurut Rama kalau kedepan nya Mama akan pergi bekerja?"

Mendengar pertanyaan Mama nya, Rama tampak berfikir. "Apa Mama ingin pergi bekerja seperti Papa?"

Laras mengangguk "Iya Sayang..sekarang kan Kita sudah tidak tinggal sama Papa lagi, jadi Mama harus perki bekerja seperti Papa."

"Terus nanti Rama kalau sekolah sama siapa dong?.."

Laraa mengelus rambut Putra nya. "Sayang..Rama kan sudah besar. Rama Anak yang pintar dan mandiri kan? jadi, mulai besok Rama sekolah nya di antar Nenek sama Kakek ya.. Rama mau kan naik motor sama Kakek dan Nenek?"

"Wahh asikk.. Jadi Rama bisa sekolah sama Kakek dan Nenek Ma?" Rama tampak sangat antusias hingga melompat kegirangan.

"Iya Sayang.. mulai besok, Rama juga akan pindah sekolah. Sudah tidak lagi di sekolah yang lama, sekolah nya lebih dekat Sayang. Jadi gak perlu naik bus lagi. Rama pasti akan punya banyak teman di sekolah Rama yang baru nanti nya."

"Wahh Asikk.. Iya Ma, Rama mau, Rama mau. Mama pergi bekerja saja, Rama janji akan jadi anak yang pintar dan mandiri. Rama akan ke sekolah sama Kakek dan Nenek." Rama kembali meloncat kegirangan.

"Anak pintar.. Ya sudah sekarang Rama main dulu ya, sama Nenek dan Kakek. Mama mau nyiapin keperluan Rama untuk sekolah besok. Sama keperluan Mama untuk pergi bekerja juga."

"Oke Mama.."

****

Keesokan hari nya, Laras sudah selesai bersiap. Ia bangun sejak sebelum Azan subuh. Ia mandi terlih dahulu kemudian membangunkan Rama untuk melaksanakan Shalat berjamaah.

Kini semua sudah tampak rapi, Laras dengan setelan kerja nya, dan Rama dengan seragam sekolah nya. Nenek dan Kakek Rama juga sudah siap untuk mengantar Rama pergi ke Sekolah.

"Mama...Rama berangkat dulu ya.." ucap Rama ketika telah berada di atas motor Kakek nya.

"Iya Sayang.. hati-hati, belajar yang rajin ya Nak.."

"Iya, Mama juga semangat ya.."

Motor yang di kendarai Kakek mulai melaju pelan meninggalkan halaman rumah. Laras pun bergegas mengunci pintu dan naik masuk ke dalam mobil. Ayah Laras tidak mengizinkan nya untuk naik Bus, menurut nya naik mobil lebih efisien mengingat kondisi saat ini.

40 menit kemudian Laras telah sampai di kantor. Ingatan Laras bagai di tarik mundur pada kejadian 5 tahun yang lalu. Dimana Ia memutuskan untuk resign dari perusahaan tempat nya bekerja demi niat untuk berbakti kepada Suami.

"Bismillah.." dengan penuh keyakinan Laras mulai berjalan pelan menuju Loby perusahaan. Di Loby kebetulan Laras bertemu dengan Bu Oca, Manager HRD yang menerima nya bekerja saat Interview kemarin.

"Pagi Bu Oca.." Laras tersenyum menyapa Manager HRD tersebut.

"Eh Laras, pagi Ras. Apa hari ini sudah siap bekerja?" Bu Oca tersenyum Ramah kepada Laras.

"Alhamdulillah.. Siap Bu."

"Alhamdulillah.., oh ya Laras, Maaf ya Saya lupa mau ngasih tau Kamu. Kamu faham pekerjaan Sekretaris gak ya?"

"Insyaallah Faham Bu, dulu Saya juga sempat jadi Sekretaris. Gantiin Sekretaris lama yang cuti melahirkan."

"Oh bagus kalo gitu, kebetulan, Sekretaris Direktur utama hari ini mulai cuti melahirkan, Harus nya masih kurang 2 bulan lagi, tapi Saya baru dapat kabar tadi malem kalau Dia tiba-tiba harus segera Oprasi. Kamu bisa kan Ras, bantuin Saya. Kamu sementara waktu jadi Sekretaris dulu, nanti kalau Sekretaris lama sudah masuk lagi, Kamu baru masuk ke Departemen Pemasaran. Gimana?" Wajah Oca tampak begitu berharap kepada Laras. Pasal nya tidak sempat jika harus mencari Sekretaris baru lagi.

"Baik lah Bu.. Mohon bimbingan nya Ya Bu."

"Syukurlah.. kalau Kamu mau. Gampang pokok nya selama jadi Sekretaris Direktur, kunci nya harus rajin dan cekatan. Soal nya Direktur ini masih muda, Orang nya kadang susah di tebak. Kadang suka marah kalau ada kerjaan yang gak beres."

"Begitu ya Bu, Baik lah. Saya akan berusaha yang terbaik."

"Sip. Ayo Aku antar Kamu ke ruang kerja Kamu yang baru ya."

Laras dan Ocha mulai naik lift menuju lantai 25

"Nah, ini ruangan Kamu. Di dalam Sana ruangan Pak Nakula. Direktur perusahaan ini. Untuk jadwal nya hari ini coba Kamu cek ya, Fina tadi malem sempet ninggalin beberapa pesan ke Aku. Ini daftar nya." Ocha mengforward pesan dari Fina kepada Laras. "Tolong Kamu cek dan segera pelajari ya Ras. Aku harus balik ke ruanganku dulu. Jam Istirahat Aku akan kembali lagi.

"Baik Bu, Terimakasih."

"Iya santai aja, gak perlu sungkan. Seperti nya kita seumuran. Panggil saja Oca, ya."

"Oke, Oca."

"Nah, sip. Bersiap lah, mungkin 5 menit lagi Direktur akan sampai. Oh ya, Dia gak bisa memakai Dasi nya sendiri. Jadi Nanti Kamu harus berinisiatif untuk memakaiakan nya. Oke." Oca pun pergi meninggalkan Laras.

Dan benar saja, belum ada 5 menit seorang berperawakan tinggi, bertubuh tegap dan begitu tampan. Sedang berjalan menuju ke arah Laras.

Pria itu hanya melirik sekilas kemudian masuk ke ruangan nya tanpa membalas sapaan Laras.

Baru saja mau duduk, telepon di meja Laras sudah berbunyi.

"Masuk!" hanya satu kalimat itu yang bisa Laras dengar. Telepon sudah di tutup kembali sebelum Laras sempat berbicara.

Laras berfikir jika yang menelfon tadi pasti Direktur nya. Laras pun mengetuk pintu ruangan Direktur itu.

"Masuk!" Kini terdengar suara yang sama dari dalam ruang Direktur. Laras ahir nya yakin jika Memang Direktur nya yang menelfon.

"Maaf Pak, apa ada yang bisa Saya bantu?"

"Siapa Namamu? Pria itu berbicara tanpa mengalihkan pandangan nya dari dokumen yang sedang Ia baca.

"Nama Saya Laras Pak, Saya Sekretaris Bapak sampai dengan Tiga Bulan kedepan."

"Pakaikan Dasi Saya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!