Mendadak Nikah
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
•
✨🌹💞🌹✨
Derap langkah kaki kembali beradu dengan waktu. Dan setiap entakkan kaki tak seirama lagi dengan hembusan nafas. Batinnya sesak. Irama jantung nya tak seirama denting piano lagi.
Ke mana lagi angin harus membawanya? inilah ritme hidup yang terlukis indah dalam setiap goresan jurnal hariannya? Aneka pertanyaan berkecamuk dalam benaknya.
Setiap pertanyaan hanya melahirkan pertanyaan baru. Setiap detik jarum jam yang terus berputar adalah setiap siksaan yang memaksanya untuk bangkit.
Tak terasa tiga bulan telah berlalu. Kini Dinda tak lagi menginjak kaki di Sekolah.
Dinda Anjani Kharisma nama seorang wanita yang baru lulus SMA di usia 17 tahun.
Banyak orang tak menyangka di usia yang menginjak 17 Tahun sudah lulus bahkan mendapat peringkat terbaik, sempat di tawarkan melanjutkan pendidikan di jenjang berikut dengan bantuan beasiswa.
Namun hal tersebut di tolak mentah oleh Mama tiri dan Papa kandung entah apa alasan. Dinda tidak mengetahui.
Nasib saat ini sedang menguji betapa sabar dia menjalani kehidupan yang penuh cobaan entah kapan berakhir, akan dia hadapi meski akhirnya dia akan terjatuh dan kalah.
Dinda lebih dominan dengan sikap patuh, turut tanpa banyak berkata. Semua akan dia keluar kan jika semua sudah tidak bisa ditahan.
Dinda di kamar duduk termenung, semenjak lulus sekolah hari-hari Dinda hanya berdiam di rumah bagai pembantu yang harus mengerjakan semua pekerjaan rumah.
Dinda tak protes dengan kelakuan mereka menjadikan dirinya pembantu.
"Dinda!" Teriak Papa Bara, mungkin saat teriakan nya berlangsung benda kecil yang berada di rumah ini ikut bergetar dan bergoyang akibat teriakan nya seperti di bantu toa masjid yang biasa di gunakan untuk berkumandang.
Dinda yang saat ini sedang duduk termenung kaget mendengar teriakan Papa nya yang besar hingga menyadari dirinya yang sedang melamun.
Dirinya langsung bergegas keluar kamar dan berlari menuju tempat keberadaan Papa nya saat ini.
"Iya Pa." Jawab Dinda saat tiba di hadapan nya.
"Cepat bersiap hari ini kamu akan menikah." Kata Papa Bara yang enteng dengan kalimat nya, seakan kalimat yang tak bermakna.
Apa di otaknya kata pernikahan adalah kata permainan yang sering di mainkan anak kecil.
Pernikahan adalah sebuah janji suci yang sakral.
Pernikahan bukan tentang kata mau menikah atau tidak, menikah juga tentang tekad siap atau tidak. Menikah harus saling mengenal satu sama lain bukan seperti ini mengenal saja tidak apalagi lainnya.
"Maksud Papa apa, jangan becanda ini tidak lucu Pa." Tidak percaya Dinda.
"Siapa yang becanda, ini serius! hari ini kamu akan menikah." Lantang nya serius tidak terlihat di wajah sedang becanda.
Dinda mendengar kata Papa tidak terlihat becanda, kaget tanpa bisa berkata lagi. Kini otak nya tak bisa berpikir jernih selain berpikir apa saja yang ada di otak Papa nya hingga mudah memutuskan pernikahan secara sepihak dan mendadak seperti ini.
Kenapa harus dirinya yang menikah? apa alasannya?
"Aku tidak mau Pa, Aku masih mudah masih banyak impian yang ingin aku gapai! Kenapa harus aku? kenapa juga mendadak seperti ini?" Tanya Dinda melempar banyak pertanyaan bertubi-tubi yang kini berputar di otaknya.
"Banyak impian yang kamu kata?" Ucap ulang Papa Bara menatap tajam Dinda.
"Iya Pa, bukannya selama ini aku sudah nurut dan mengikuti semua perkataan Papa dan Mama. Dan untuk yang satu ini maaf Aku gak bisa ikuti." Tolak Dinda tidak ingin menikah.
"Jangan membantah perkataan Papa. Apa kau mau sama seperti Mama mu yang egois demi impian, pergi meninggalkan kita. Apa kau pikir setelah sukses semua akan baik saja?" Tegas nya bertanya.
Dinda bosan setiap membantah perkataan Papa selalu saja hal ini yang akan di ingatkan, seperti tidak ada kata lain dalam hidup nya.
Tak ada kata yang bisa dia ucapkan selain diam, yang di katakan Papa semua emang benar adanya. Hingga saat ini Mama pergi tak kembali hingga Papa kembali menikah.
"Jangan membantah kalau tidak ingin sama seperti Mama kamu. Sana pergi siap, 2 jam lagi kita akan pergi ke rumah calon suami kamu." Perintah nya tanpa memperdulikan perasaan anak nya.
Dinda diam menuruti tanpa membantah, kini hidup nya semakin tidak terarah. Apa pernikahan ini akan membawa dirinya bahagia atau sebaliknya, dirinya hanya akan bisa pasrah ke depan yang akan terjadi pada kehidupan yang akan mendatang.
Mama tiri nya tersenyum bahagia melihat anak dari Yuna akan menderita setelah hari ini. Pernikahan ini akan menjadi hari terpuruk dari awal kisah kehidupan nya.
Mama tiri Dinda bernama Rita Permata. Mama Rita sangat membenci Dinda karena Mama kandung Dinda adalah penghalang cinta nya dulu.
Meski kini sudah bersama dengan cinta nya, rasa tidak akan pernah berubah karena Cinta sejati memiliki buah hati dari wanita yang amat dia benci.
"Ayo kita segera siap, tidak enak kalau kita terlambat, apa yang akan di pikirkan pengantin pria menunggu pengantin wanita." Kata Mama Rita senyum bahagia, siapapun yang melihat tidak bisa mengartikan arti dari senyuman nya itu.
Mama Rita bangun merangkul Dinda berjalan menuju kamar.
30 menit mendadani Dinda sama persis seperti pengantin, Mama Rita tersenyum puas.
"Cantik." Ucap nya memandang hasil make-up pada riasan di wajah Dinda.
Dinda diam tak berkata, hati nya sedih tidak seperti pengantin lain yang akan bahagia dengan hari pernikahan nya sendiri.
Ingin rasanya dia kabur saat ini, tapi kemana dia harus kabur dia tak mempunyai banyak bekal di luar sana. Hidup yang di jalani setiap hari sekolah dan bekerja di rumah seperti pembantu tanpa sedikit jalan ke luar meski hanya sebentar untuk refresing atau lainnya.
Berbeda dengan Rima adik tiri nya, bebas melakukan apa saja, tanpa di suruh bekerja. Bahkan apapun yang di minta selalu diberikan, tanpa ada kata pusaka dari Papa seperti dirinya pada Rima.
Kadang Dinda merasa Papa nya pilih kasih, namun hal tersebut langsung di singkirkan Dinda untuk tidak meneruskan otak negatif.
"Ayo bangun, kita harus segera pergi ke rumah calon suami mu. Jangan melakukan hal yang sama seperti Mama kamu yang murahan itu." Hina Mama Rita memaki Ibu kandung Dinda.
"Iya Ma." Dinda tidak bisa membela Ibu kandung nya, karena dia tidak tau apapun tentang nya, Dia hanya mendengar cerita dan cacian Papa dan Mama menghina buruk tentang Ibu kandung nya.
Dirinya hanya mengenal Ibu kandung dari bingkai foto. Dari situ dia bisa mengenal wajah cantik ibunya.
Saat tiba di ruang bawah, Papa Bara memandang Putri nya yang cantik mengingatkan dirinya pertama kali menikah dengan Ibu kandung Dinda.
Wajah dan kecantikan Dinda menurun dari Yuna. Bahkan kepintaran nya juga. Bagai pinang di bela dua.
Melihat pandangan terpanah Papa untuk pertama kali memandang seperti ini membuat Dinda merasa adem dan tenang karena selama ini tak pernah sekali Papa memandang lama dirinya.
"Jika dengan ini dapat membuat Papa bahagia, Aku akan melakukan nya." Batin Dinda menangis sedih.
...Bersambung...
...💞____________🥀🥀🥀_____________💞...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Eika
mulai nyimak Thor ..awal yg menarik nih
2022-10-22
0
Endarti Ningsih Yuyun
q baru smpet mampir thor
2022-10-22
0
Sweet Girl
mlipir tor....
2022-08-04
0