🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
•
✨🌹💞🌹✨
Menyadari tatapan begitu dalam pada Dinda mengingatkan nya pada Mantan Istri, Papa Bara langsung membuang arah pandang ke tempat lain.
"Ayo kita segera pergi tidak baik membuat calon suami kamu menunggu lama." Ajak nya bangun dari bangku, langsung di tahan Dinda.
"Pa." Tatap Dinda lekat.
"Ada apa? kita harus segera berangkat, jika ada yang ingin dikata kan, silakan katakan sekarang karena setelah menikah, kamu akan langsung tinggal bersamanya."
"Apa alasan Papa menikahi aku mendadak seperti ini?" Tanya Dinda penasaran.
"Kamu mau tau alasannya, Oke akan Papa jelaskan." Tatap serius lalu menceritakan alasannya." Perusahaan Papa saat ini sedang berada di ujung kebangkrutan, Jadi Papa meminta calon suami kamu menginvestasikan ke perusahaan Papa dengan ganti kamu harus menikah dengan nya." Jawab santai tanpa memikirkan perasaan Dinda betapa sakit hatinya mengetahui dirinya di jadikan barang untuk mendapatkan keuntungan dari kedua belah pihak.
Air mata Dinda tanpa permisi terjatuh, mendengar alasan dari Papa nya. Apa dirinya tak berarti hingga rela mengorbankan anaknya demi kekuasaan.
"Apa Aku gak berarti di mata Papa?" Dinda tidak bisa berkata apapun selain mengikuti pertanyaan yang berada di otak setelah mendengar alasan menyakitkan Papa.
Papa Bara diam tak berkutik bingung harus menjawab apa, bagaimana juga Dinda tetap anak kandung nya, meski dirinya kecewa dan benci terhadap Yuna, Dinda tidak ada sangkut paut atau salah.
Melihat diam Papa tak menjawab, Dinda dapat menyimpulkan jika Papa nya juga menyayangi dirinya.
"Papa tidak usah menjawab, aku tau jawabannya." Kata Dinda meminta untuk tidak menjawab." Ayo kita berangkat bukan nya kata Papa tidak baik membuat mereka menunggu."
Lagi dan lagi Papa Bara diam tidak menyangka setelah apa yang di lakukan selama ini hingga sekarang anak nya tetap saja bisa terlihat tegar seperti tidak terjadi apa-apa.
Namun karena gengsi yang lebih besar menutupi perasaan hati hingga terus membohongi diri sendiri.
Mama Rita melihat Dinda yang terlihat biasa tidak menampakkan wajah sedih bingung.
"Terbuat dari apa anak ini, kenapa tidak sedih dengan kehidupan yang mungkin mulai hari ini akan tersiksa." Batin nya.
"Benar kata Dinda, kita langsung berangkat saja Pa, tidak bagus pengantin pria menunggu lama pengantin wanita."
Di dalam mobil Dinda tidak berkata, mata nya memandang pemandangan jalan yang di lewati, tak sekali dia ikut nimbrung pada pembahasan Mama Rita dan adik tiri nya.
Memilih diam mengunci rapat mulut saat ini adalah hal yang tepat di ambil.
Pembahasan anak dan Ibu ini tidak jauh lari nya selalu shoping. Dinda tidak kaget lagi, dirinya sudah terbiasa dengan semua ini.
"Dinda sayang nanti setelah menikah sering-seringlah berkunjung ke rumah ajak juga suami kamu." Ucap Mama Rita.
Dinda mendengar perkataan Mama Rita seakan antusias sekali, hanya mengangguk iya.
"Kakak kenapa tidak semangat begitu? seharusnya kakak semangat, suami kakak itu orang kaya bahkan kekayaan ada di mana-mana sampai tak bisa di hitung lagi." Ucap Rima adik tiri nya.
"Benar kata adik kamu Dinda, jadi kamu tiap hari bisa shopping, dan tidak perlu bekerja lagi, karena apapun yang kamu inginkan bisa langsung perintah pada art dan ingin uang bisa langsung minta pada suami tanpa bersusah payah bekerja." Sambung Mama Rita menimpa pada perkataan Rima.
Papa Bara yang memperhatikan interaksi mereka antusias namun berbeda dengan Dinda tak semangat.
Melihat tidak ada balasan dari perkataan mereka panjang lebar. Mama dan anak ini saling pandang lewat tatapan mata merencanakan sesuatu.
"Kakak jangan melupakan aku yah setelah menikah. Aku akan merindukan kakak." Lirih Rima dengan memasang wajah sedih.
"Adik kamu benar sayang, jangan melupakan Kita semua, Maaf jika selama ini Mama tegas sama kamu, tapi semua yang Mama lakukan karena Mama sayang sama kamu gak ada maksud lain."
Melihat lagi dan lagi kedua melakukan akting, membuat Dinda jengah, hal ini bukan pertama yang di lihat Dinda atau yang di tunjukkan mereka, tapi sudah berulang kali.
Keduanya selalu melakukan akting sandiwara jika ada Papa, selain itu keduanya akan menunjukkan sifat asli nya.
Dinda tak bisa melakukan apapun, meski sudah berkata hal ini kepada Papa, apa daya jika perkataan selalu saja tidak di dengar dan di anggap bohong.
Hingga kini Dinda pasrah dengan perlakuan mereka yang semena padanya.
Dinda tak pernah berpikir untuk membalas mereka. Dirinya, membiarkan semua berjalan seperti air cepat atau lambat pasti akan merubah dan sadar.
"Dinda." Panggil Papa Bara memandang Dinda dari spion kaca dalam mobil.
"Iya Pa." Sahut Dinda.
"Kamu di ajak bicara Mama dan Adikmu, kenapa diam seperti itu, tidak sopan mengacuhkan perkataan Orang tua." Nasihat nya mengingat Dinda.
"Iya Pa. Maaf Ma, Rima." Ucap Dinda meminta maaf.
"Iya gapapa kak." Balas Rima.
"Iya sayang gapapa, Mama bisa tau perasaan kamu sekarang, Mama juga perempuan."
"Dengar itu Mama dan Adik kamu sangat perhatian, jadi jangan ulangi hal seperti ini." Papa Bara memperingati Dinda.
"Iya Pa. Aku janji gak bakal ulangi lagi."
Satu jam melintasi jalan dengan sedikit perbincangan. Akhirnya mereka tiba di rumah yang begitu megah seperti istana. Mata Mama Rita dan Rima terperangkap tak percaya rumah calon suami Dinda sebesar ini, pikir mereka calon suami Dinda orang kaya tapi tidak seperti ini juga.
Mansion nya lebih besar 3 kali lipat milik mereka.
"Ini istana atau rumah, kenapa besar dan kalahkan milik di rumah. Apa Mama dan Papa tidak salah menikah kan Dinda? ini namanya bukan menderita setelah menikah, tapi bahagia setelah menikah." Batin Rima masih tidak percaya dengan apa yang akan menjadi milik Dinda.
Berbeda dengan Dinda tidak memberi reaksi apapun melihat rumah mewah bagai istana ini. Pikir nya sekarang, apa dia bisa bahagia setelah menikah, apa akan ada cinta di pernikahan mereka.
Lagi dan lagi hampir saja air mata Dinda jatuh tanpa permisi jika tidak cepat di tahan oleh nya sendiri.
"Jika ini sudah garis takdir ku, aku mohon berikan aku kekuatan menjalani semua ini." Batin Dinda sebelum keluar dari mobil.
Tamu undangan yang menghadiri pernikahan hanyalah keluarga inti dari kedua belah pihak tidak ada lain nya.
Rima memandang setiap sudut barang mewah yang terpajang di sini, lagi dan lagi di buat terkejut barang di sini dan rumahnya sangat berbeda jauh. Begitu juga dengan Mama Rita yang mulai berpikir apa rencana nya akan gagal kali ini, pikir nya Dinda akan menderita tapi setelah melihat secara langsung kemewahan dari calon suami nya menjadi ragu.
"Kenapa semua berbeda dengan perkiraan ku, semua ini tidak boleh terjadi, Dinda tidak boleh bahagia dia harus menanggung semua yang di perbuat Ibu nya. Jika aku tidak bisa membalas langsung pada orang nya aku harus membalas pada keturunan nya." Batin nya meremas kuat jemari menatap benci Dinda.
...Bersambung...
...💞____________🥀🥀🥀_____________💞...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Eika
anak yg berbakti, tidak melawan perintah orang tua.
walaupun tidak tau seperti apa nantinya
2022-10-22
0
Endarti Ningsih Yuyun
tega bgt bapak nya
2022-10-22
0
Sweet Girl
emang ada salah apa mamanya Dinda sama kamu???
2022-08-04
0