Suara tangisan Lily menggema di seluruh ruangan kamarnya yang berukuran empat kali enam meter persegi. Ukuran yang cukup luas untuk ditempati satu orang bahkan mungkin lebih.
Rafa dan Naya spontan menutup telinga mereka. Rafa menutup telinganya dengan bantal yang tadi dilemparkan kepadanya. Sedangkan Naya menutup telinganya dengan kedua tangannya.
Mereka berdua hapal jika Lily menangis pasti akan sulit untuk mendiamkannya. Hal itu terjadi beberapa tahun yang lalu, saat Lily dilanda rindu yang teramat dalam kepada Zack. Saat itu Rafa dan Naya berusaha untuk membujuk Lily agar berhenti menangis. Hasilnya, makin di bujuk makin menjadi tangisannya. Cukup dua kali mereka merasakan sakitnya gendang telinga mereka berjoget karena mendengar tangisan Lily. Jadi kali ini, baik Rafa maupun Naya sengaja membiarkan Lily menumpahkan semua air matanya.
Lily masih terisak dan sesekali menghembuskan cairan hidungnya dan mengelap dengan lengan bajunya.
"iiiuuuhhhh... jorok amat lu!" Naya bangkit dari duduknya di kasur dan berpindah ke sofa mini di samping tempat tidur.
Lily masih terlihat sibuk mengelap sisa air mata nya dengan lengan bajunya.
Rafa yang melihat kelakuan Lily hanya bergidik geli. Amit... amit...amit...amiiittt dehhh...gue punya cewek kek gini. Biar cakep juga gue ogah. Rafa bermonolog dalam hatinya. Rafa tak ingin menerima serangan lagi. Rafa melihat bantal, boneka, dan guling yang tergelak di lantai. Rafa bergidik ngeri membayangkan benda lain yang mungkin dilempar kearahnya jika dia salah berucap lagi.
Lily terlihat sudah bisa mengontrol dirinya bahkan isakkan tangisnya sudah tak terdengar lagi. Tapi kedua lengan bajunya basah sempurna oleh air mata dan cairan hidungnya.
Naya yang melihatnya bergidik geli "Ly... mending lu ganti baju dulu deh. Baru kita ngobrol." ucap Naya sambil meraih handuk di gantungan dan melemparkannya ke Lily. "Sekalian mandi. Lu udah kek hewan yang hampir punah, Ly." ucap Naya sambil terkekeh.
Lily melihat tubuhnya dan mengamati bajunya yang saat ini leceknya minta ampun. Naya benar, dia butuh mandi saat ini. Lily meraih handuk yang tadi dilemparkan oleh Naya.
Lily berjalan ke arah kamar mandi dan membawa baju gantinya. Dua sahabatnya sedang berada di kamarnya saat ini. Tidak mungkin Lily berganti pakaian seperti biasanya. Untung saja Lily memilih kamar kos yang terdapat kamar mandi di dalamnya. Sehingga Lily tidak perlu susah-susah untuk keluar kamar. Apalagi dengan keadaannya saat ini. Jika tetangga kos nya melihat, pasti jiwa kepo mereka mendadak meroket.
Di saat menunggu Lily selesai mandi, Rafa menerima panggilan telpon dari asistennya.
"Gue keluar dulu bentar, Nay. Bram nelpon gue." ucap Rafa sambil melangkahkan kakinya keluar dari kamar Lily.
Naya hanya menanggapi Rafa dengan anggukan tanpa melihat ke arah Rafa. Tangannya tengah sibuk mensortir barang yang akan di belinya di salah satu toko online favoritnya.
Beberapa menit kemudian ...
Lily sudah selesai dengan ritual mandinya lengkap dengan pakaian yang sudah rapi dan wangi.
"Nah...gitu dong. Kan enak kalo kek gini ngobrolnya." seru Naya.
Lily mengambil hair dryer dan mulai mengeringkan rambutnya. "Rafa mana, Nay?" tanya Lily.
"Tadi keluar bentar. Dapat telpon dari Bram. Mungkin soal kerjaan." jawab Naya sambil meraih hair dryer dari tangan Lily. Naya membantu Lily mengeringkan rambutnya. Tak berapa lama Rafa kembali masuk ke kamar.
"Eh...anak gadis udah wangi." ujar Rafa dan berhenti tepat di samping Lily. "Jadi gimana? Masih mau dilanjutin keterpurukannya?" pertanyaan Rafa mendapat pelototan yang tajam dari Naya.
Lily dapat melihatnya dari cermin. "Udah jangan berantem. Gue ngga apa-apa kok." ucap Lily dengan pelan.
"Lu juga bilang gitu ke gue Minggu lalu, Ly. Tapi apa, besoknya lu langsung ngga bisa di hubungin. Pindah kosan pula." ucap Rafa tanpa ragu-ragu.
Naya tak menyahut perkataan Rafa yang ada benarnya. Naya saja sampai shock mendengar kabar itu dari Rafa. Pada saat kejadian itu, Naya sedang ditugaskan Rafa ke luar kota.
Lily menarik napasnya dengan kuat dan menahannya sesaat lalu dihembuskannya perlahan.
"Gue beneran ngga apa-apa. Tadi waktu mandi gue mikir, emang bener kata Rafa. Gue harus kembali seperti dulu lagi. Gue ngga mau terpuruk seperti ini terus." ucap Lily dengan tegas.
Melihat Lily yang mulai bersemangat membuat Rafa dan Naya tersenyum. Naya pun memeluk Lily. Rafa merentangkan kedua tangannya dan bersiap mengikuti gerakan Naya."Eitttssss... bukan muhrim!" bentak Naya sambil menepis kedua tangan Rafa.
"Ehhh iya...khilaf gue." seloroh Rafa sambil terkekeh.
Naya memeluk Lily dengan erat "Gini donk. Ini baru sahabat gue." ucap Naya sambil menggosok-gosok pipinya ke pipi Lily.
Lily menyambutnya dengan senyuman dan pelukan.
Lily sudah jauh lebih baik. Ketiga sahabat itu asyik mengobrol sambil bersenda gurau. Rafa merasa bahwa sekarang waktu yang tepat untuk memberitahukan Lily tentang informasi yang baru di dapatnya dari Bram.
Eheemmm... Rafa tiba-tiba berdehem dengan keras. Mendengar itu, Lily pun berkata "Bentar ,Fa. Gue ambilin lu minum dulu."
Rafa memutar kedua bola matanya. Begini nie punya teman lemot. Monolognya dalam hati. Rafa memberi kode kepada Lily agar kembali duduk.
"Gue ngga haus. Ada yang mau gue kabarin ke elu." ucap Rafa dengan pelan.
"Kirain lu haus.... kan biasanya elu gitu. malahan habis berdehem, lu bilang kek gini 'di kamar lu lagi kemarau,ya?' daripada gue dibilang ngga memuliakan tamu mending gue inisiatif." ucap Lily panjang kali lebar kali tinggi.
Rafa menghembuskan nafasnya entah sudah ke berapa kalinya. Kalau sudah berhadapan dengan kedua sohibnya ini, Rafa bisa berkali-kali menghembuskan nafasnya. Untung oksigen gratis, coba kalau berbayar dan isi ulang. Bisa-bisa game gue sebelum waktunya. Ucap Rafa dalam hati.
Rafa memberi kode kepada Naya untuk tetap duduk di samping Lily. Rafa pun mulai memberitahu Lily perihal informasi yang didapatnya dari Bram beberapa waktu yang lalu.
Lily dan Naya mendengarkan dengan seksama. Naya juga penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Rafa. Karena dia sendiri tidak tahu.
Rafa bermonolog dalam hatinya menyusun kata-kata yang baik agar Lily dapat menerima penjelasannya dengan baik. Rafa tahu, sahabatnya ini baru kembali normal setelah dia dan Naya tiba beberapa waktu lalu. Rafa juga sudah menimbang-nimbang kapan waktu yang tepat harus menyampaikan informasi itu. Rafa memilih sekarang adalah waktu yang tepat untuk Lily mengetahuinya.
Rafa tak ingin sahabatnya kembali terpuruk dan menghilang lagi. Lebih baik sekarang. Biarlah Lily terpuruk lagi tapi ada dia dan Naya disisinya saat ini.
Rafa mulai menjelaskan secara perlahan berita yang baru didapatnya dari Bram. Rafa memberitahukan Lily semuanya. Tak ada yang ingin ditutupinya dari Lily.
Naya yang mendengarnya saja sampai terkejut dan tanpa sadar mulutnya membentuk huruf O dengan sempurna tanpa suara. Sedangkan Lily terdiam.
Rafa menunggu respon Lily. Rafa sudah bersiap dengan respon yang akan Lily keluarkan. Namun, perkiraan Rafa salah.
Lily terdiam cukup lama. Lily menunduk dan memainkan ujung bajunya dengan kedua tangannya. Lily bingung dengan apa yang di dengarnya. Lily merasa sesak di dadanya semakin menjadi-jadi.
Cukup dia tak dianggap oleh Zack saat mereka kembali bertemu tanpa disengaja. Tapi informasi yang barusan diterimanya sungguh membuatnya sangat sulit untuk mengatur nafasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Momy Victory 🏆👑🌹
udah nikah Lily pacar lu, makanya tiba2 lost kontak 2 tahun berlalu.
2022-06-11
1
Momy Victory 🏆👑🌹
Thor kasih persediaan tisu napa buat Lily?
2022-06-11
1
smoochyzz
semangatt thorr
2022-04-27
0