"Gimana? udah enakan?" tanya Rafa. Dia menepuk pelan pundak Lily.
Lily melirik Rafa sesaat "Apanya yang enak, Fa?" Lily balik bertanya pada Rafa.
Menghadapi sahabatnya yang satu ini memang harus ekstra sabar. Rafa sampai menghela napasnya dengan kasar. "Itu hati. Udah baikan belom?" jawab Rafa.
"Ooh...!" Lily menjawab sekenanya.
Mendengar jawaban Lily yang hanya ber-oho saja membuat Rafa menepuk jidatnya sendiri. "Lu ... kenapa, Fa? ada nyamuk emang di jidat lu?" Lily malah balik bertanya pada Rafa.
Rafa menghembuskan kembali napasnya dengan panjang. "Tau deh, Ly !... gue kadang bingung sama elu," ucap Rafa. Dia berjalan ke arah dispenser untuk mengambil air putih. Kemudian kembali berdiri di samping Lily.
Dengan santainya Rafa meminum air putih yang tadi diambilnya. Lily terkejut dengan kelakuan temannya yang absurd ini. Lily pun membelalakkan kedua matanya ke Rafa. "Bener-bener dahhh...!" gerutu Lily. Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi saat melihat Rafa meminum air putihnya hingga habis, dan diakhiri dengan suara 'aaahhh'.
Rafa meletakkan gelas kosongnya di atas meja di samping kursi. "Apa nya yang bener?" Rafa balik bertanya ke Lily.
"ish ... elu tu paling pandai kalo udah balikin kalimat orang," jawab Lily kesal. Di saat dirinya sedang meratapi kesedihannya, Rafa justru membuatnya semakin kesal.
"Lahhh...kan gurunya elu? amnesia ya, Non?" goda Rafa. Rafa sengaja menggoda Lily agar sahabatnya itu tidak terlalu larut dalam kesedihan.
Mereka berdua saling berpandangan dan tertawa bersama lagi.
"Udah ah, Fa...Makin ngga jelas deh kelakuan kita berdua. Yang lagi patah hati tuh gue. Elu jangan ikut-ikutan aneh." ucap Lily sambil menghela napasnya. Dia kembali terdiam sambil menatap ke lantai.
Melihat sahabatnya yang kembali terdiam, membuat seorang Rafa tak tinggal diam.
"Eh...Ly...gue ada tebak-tebakan. Kalo elu bisa jawab entar gue traktir selama satu Minggu," pancing Rafa.
Lily menoyor kening Rafa dengan jari telunjuknya. "Emang lu ya... temen lagi susah hati, malah diajak maen tebak-tebakan," ucap Lily. Dia semakin geram dengan tingkah Rafa.
"Mau ngga ni? Jangan sampe gue cabut ni traktiran satu Minggu," tanya Rafa sambil merebahkan dirinya di kursi.
Lily terdiam sesaat dan tak lama kemudian mengangguk tanda setuju. "Tapi ... beneran kan Fa? Awas kalo lu boong. Gue bikin perusahaan Lu kek kapal pecah." ancam Lily ditambah dengan membelalakkan kedua matanya.
"Kapan gue ingkar sama elu ? yang ada elu kali," ucap Rafa tak mau kalah.
"Ya udah, buruan sebutin tebak-tebakannya!" protes Lily.
"Lu kan pintar ni diantara kita bertiga. Nah...gue tanya lu. Apa bahasa Inggrisnya 'pintu'?" tanya Rafa memulai tebak-tebakannya.
Mendengar pertanyaan Rafa, Lily langsung menepuk jidatnya. "Itu sih anak TK juga tau. ya 'door' la," jawab Lily dengan cepat agar permainan tebak-tebakan Rafa segera berakhir.
"Pinter. Kalo bahasa Inggrisnya 'buka pintu' ?" tanya Rafa yang semakin bersemangat.
"Open the door," jawab Lily cepat.
"Kalo 'tutup pintu' apa bahasa Inggrisnya?" tanya Rafa yang semakin antusias.
"Ya amplop...ini belom selesai lagi Fa?" tanya Lily yang semakin tidak sabar dengan ke absurd-an Rafa.
"Udah jawab aja," balas Rafa dengan ketus.
"ish, iya ...iya . Close the door. Puas bapak Rafa Ahmad?" hati Lily malah semakin panas karena tingkah Rafa. "Oh God ... Untung hati ini kuat," ucapnya dalam hati sambil mengelus dadanya.
Rafa semakin tersenyum melihat tingkah Lily. Rafa sangat yakin jika sahabatnya itu sudah mulai membaik. Terlihat dari Lily yang menanggapi kekonyolannya. "Nah...ini yang terakhir ni," ujar Rafa.
"Bener ya Fa. Terakhir. Udah lelah hayati gue, Fa," Lily berkata lembut dengan nada yang di buat-buat.
Rafa tertawa pelan dan mulai mengajukan pertanyaannya yang terkahir. "Apa bahasa Inggrisnya 'pintu yang ngga di buka-buka'?"
Rafa tersenyum dengan puasnya. Rafa sangat yakin kalo Lily pasti tidak akan tahu jawabnnya. "Gue yakin nie, Lu pasti ngga bisa jawab," ucap Rafa dengan percaya diri.
Mendengar ucapan sahabat absurdnya itu membuat Lily semakin ingin cepat menjawabnya "GEDOOR ... GEDOOR," ucap Lily dengan lantangnya.
Rafa yang tadinya menertawai Lily, malah dibuat kaget oleh jawaban Lily. "What?...kok elu tau jawabannya, Ly?" tanya Rafa sambil berdiri dari duduknya.
Lily menarik kedua alis matanya dan sambil berkata "Lu sendiri yang bilang kalo gue itu pintar," jawabnya sambil tersenyum menahan ketawa.
"Iya, lu emang pinter. Tapi kan itu ngga ada di pelajaran jaman SMA dulu," ucap Rafa penasaran.
Lily tersenyum lebar "Makanya kalo mau buat tebak-tebakan itu yang gue ngga tau," seloroh Lily sambil menepuk pundak Rafa.
Rafa menatap Lily dengan tajam. "Jangan bilang waktu gue nonton acara lawak di TV, Lu juga nonton." tanya Rafa.
Lily tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya karena mendengar ucapan Rafa. Rafa terlihat kesal dan memanyunkan bibirnya. Tapi, Rafa merasa lega melihat Lily tertawa lepas. Ngga apa deh, yang penting elu udah ketawa lagi Ly, ucap Rafa dalam hati.
Lily akhirnya kelelahan karena menertawai kekonyolan sahabatnya. "Makasih ya, Fa. Gue tau kok elu berusaha menghibur gue." ucapnya dengan tulus. "Tapi traktiran seminggu gue tetap jalan lohh ya!" Lily berkata dengan penuh penekanan.
Rafa berusaha menelan salivanya. "Mampus gue!," ucapnya dalam hati. Rafa hanya bisa pasrah menjalani satu Minggu ke depan. Rafa sudah paham dengan sifat Lily. Jika sudah di traktir pasti selalu melebihi apa yang sudah dijanjikan.
Rafa jadi teringat dengan kejadian dua bulan yang lalu saat Rafa kalah taruhan dengan Lily. Rafa harus mentraktir Lily selama tiga hari berturut-turut. Perjanjian awal hanya 'makan siang'. Alhasil, Lily malah merampoknya dengan 'makan pagi, makan sore , dan makan malam'. Rafa ingin protes tapi tetap saja kalah telak dengan Lily. Bagaimana tidak, yang Lily perdebatkan hanya kata 'makan', itu berarti mencakup semua makan. Terus sekarang malah satu Minggu. "Bener-bener jebol dah dompet gue," pekiknya dalam hati.
"Kenapa, Fa? Lu nyesel ya?" tanya Lily dengan wajah yang sengaja diimutkan. Rafa malah bergidik geli melihat kelakuan Lily.
"Ya enggak lah. Buat sahabat gue apa sih yang engga," ucap Rafa. Padahal di lubuk hatinya yang terdalam, Rafa ingin menangis dan berteriak.
"Ehhh...elu kok disini? Bukannya tadi lu ada meeting ya?" tanya Lily. Dia baru teringat jika Rafa ada meeting hari ini.
"Ngga jadi. Gue pending," jawab Rafa dengan malas.
"Loh ..kok di pending ,Fa?" tanya Lily dengan bingung sekaligus penasaran.
Rafa mengangkat dagunya sedikit ke arah map yang masih berada di tas Lily. "Tuh...berkas proyeknya sama elu. Gimana mau lanjut meetingnya," terang Rafa sambil menunjuk ke arah tas Lily.
Lily melihat tas nya. Map biru itu masih menggantung rapi di tasnya. Kemudian tiba-tiba dia teringat apa yang ingin disampaikan Rafa tadi pagi kepadanya.
"Jadi, tadi pagi itu lu mau bilang kalo hari ini kita meeting sama Zack?". Lily sangat terkejut dengan kenyataan itu.
Rafa menjawab dengan anggukan dan kembali menanyakan keadaan Lily. "Jadi, lu gimana? Is it okay (apakah baik)?"
"Kenapa lu ngga bilang dari kemaren, Fa?" sesal Lily.
"Gue aja baru tau pagi ini. Makanya gue telpon Lu pagi-pagi agar gue ada kesempatan buat ngabarin lu." terang Rafa.
Lily hanya terdiam mendengar penjelasan Rafa. Dia menghembuskan napasnya dengan kasar. "Jujur, jiwa raga gue lelah, Fa." tutur Lily.
Rafa berdiri dan menepuk pundak Lily perlahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
rwidya
Duh kasian. Yang sabar ya
2022-05-07
1
smoochyzz
semangat thorr💪🏻
2022-04-27
1
Yati Raisa
sabar ya neng akan indah pada waktunya
2022-04-13
1