Airene memasuki sebuah halaman yang sangat luas dan berad jauh dari rumah utamanya itu. Saat ini ia sedang berada di dalam mobil bersama Josh yang menjemputnya dan mengatakan bahwa anak asuhnya itu tiba tiba jatuh sakit. Tentu saja ia panik dan sangat khawatir, ia takut itu karna kesalahannya. Kesalahan karna sudah lalai dalam menjaga si kecil hingga ia jatuh sakit seperti ini
Terlihat seorang wanita yang sudah terlihat tua menunggu di depan pintu masuk dengan wajah yang sangat panik. Airene menuruni mobil tanpa menunggu josh membukakan untuknya
" Nona Airene " ucap wanita itu membuat Airene menatapnya
" Tolong ikuti saya kekamar tuan muda, ia sedang menangis kencang dan tak mau di infus "
Tak disangka separah ini anak asuhnya jatuh sakit hingga ia perlu diinfus, ia berjalan setengah berlari mengikuti wanita itu yang memperkenalkan dirinya sebagai pelayan atau bibi dirumah ini. Rumah yang sangat sangat besar membuat Airene kesal karna terasa lama sekali ia sampai kekamar Felix
Pintu terbuka memperlihatkan Al yang sedang menggendong Felix yang terus memberontak dan James yang sedang membereskan bekas bercak darah dilantai yang terlihat karna jarum infus yang Felix tarik. Terlihat dari lengannya yang masih mengucurkan darah dan seorang pria muda sedang memegang jarum infus
" Felix " Airene langsung mengambil alih dan menggendong bocah itu mendekapnya erat
" mooo... momm.. mommy.. hikss .. hikksss " Felix memeluk Airene erat seakan tak mau ditinggalkan dan memang Airene tak akan meninggalkannya, untuk saat ini
Airene menepuk nepuk lembut punggung bocah asuhnya " sstttt.. kenapa tuan mudaku, sttt berhenti menangis aku disini. aku disini tak apa sekarang " Bagai mantra yang ampuh Felix memeluknya dengan erat dan perlahan tangisannya mereda
Al yang melihat itu menghembuskan nafas beratnya, akhirnya akhirnya anaknya itu berhenti menangis. Beberapa saat lalu ia memegang Felix yang terus memberontak hingga jarum infus tercabut dan membuat darah Felix menguar kemana mana. Pemandangan yang sungguh ia tak ingin melihatnya. Memang ia sudah biasa melihat darah berceceran tapi tidak dengan darah anaknya sendiri, Ditambah tatapan Riel yang seakan meminta penjelasan tentang sorang wanita yang tiba tiba datang dan Al hanya menggeleng
" momm.. hiksss.. momyyy "
Masih terus mendekapnya Airene mengelus elus pucuk kepala anak asuhnya itu " stttt.. aku disini.. aku disini.. berhenti menangis anak baik , mhh " ucapnya menatap Felix yang wajahnya penuh air mata dan memerah
" hikss... mo.. sakit.. hikss " Airene baru sadar jika darahnya masih mengalir dan lumayan banyak
" Biar paman obati ya Felix " Riel membawa kasa dan alat alatnya menutup luka yang lumayan terbuka itu, tak lupa infusan itu belum terpasang
Dengan wajah khawatir Airene bertanya pada Al " Sir, apa masih perlu diinfus? " Al menjawab dengan anggukan hingga Riel menjelaskan
" Keadaan Felix sedikit buruk, daya tahan tubuhnya naik dan turun. Untuk antisipasi kekurangan cairan ditubuhnya, infus ini diperlukan " Riel menjelaskan secara ringkas pada Airene
Tentu saja bagi anak seusia itu untuk merasa sakit saat jarum menusuk kulitnya, Airene saja sampai tak mau untuk diinfus lagi " Anak baikk... sttt.. dengar paman akan memberikan Felix obat agar cepat sembuh, jika sakit peluk aku saja oke? jangan menangis lagi, lihat wajah tampan mu memerah seperti ini "
Al memegang tangan Airene dan membawanya ke kasur yang tak jauh dari tempatnya berdiri, ia juga ingin melihat kenapa anaknya ini memeluk Airene sangat erat " Paman akan memasukan obatnya oke " Riel memasuki jarumnya dengan perlahan lahan, ia tak mau Felix mengamuk seperti tadi dan mencabut infusannya sendiri
" hikss.. hikss.. dad.. daddyyy " Dengan sebelah tangannya yang bebas bocah itu meraih lengan ayahnya yang berada disampingnya " sttt.. anak daddy tak boleh menangis " digenggamnya lengan mungil itu dengan erat . Ia tak mau siapapun menyakiti anaknya bahkan itupun berlaku pada jarum laknat itu
" Hikss.. hikss.. mo.. mommyy.. sakit.. " Airene mengusap usap pucuk kepala Felix " Maaf menyakitimu, tak akan lama sebentar lagi "
" Selesai " Ucap Riel kali ini melihat hasil kerjanya yang lumayan berantakan karna perbuatan anak itu yang melepas jarum infus beberapa waktu lalu
Airene tetap pada posisinya menggendong Felix dalam dekapannya dan harus berhati hati karna adanya infus yang tertancap pada lengan mungil itu " sakit sakit hilanglah " Mantra Airene ketika ia terluka dan tentu saja tak selamanya berhasil hanya sugesti saja dan terkadang rasa sakitnya benar benar menghilang
" Bagaimana? " Tanya Al yang masih menggenggam lengan anaknya
Riel membereskan alat alatnya dan memasukannya kembali kedalam tas " Aku sudah memberikan obatnya dan mengatur infusnya. Besok pagi jika keadaannya membaik aku akan mencabutnya, jika tidak aku akan membawanya kerumah sakit ku"
Al mengangguk paham, satu satunya rumah sakit yang aman dan bisa ia percaya adalah rumah sakit Riel dan keluarganya. Sudah sejak lama ia bersahabat dengan Riel dan Dave. Mereka satu angkatan di kampus yang sama hanya berbeda jurusan saja dan hingga sekarang mereka bekerja untuk orang yang sama yaitu Aldrich
" Sebisa mungkin ia harus makan dan minum sedikit sedikit tak apa tetapi sebisa mungkin ia harus minum banyak"
Airene masih mengelus elus pucuk kepala Felix sembari mengeyong eyongkan badannya
" Dengar apa kata paman? Felix harus makan dan minum yang banyak supaya cepat sembuh dan bisa bermain dengan kwekk kwekk lagi " Felix hanya mengangguk tak menjawab dan terus menyembunyikan wajahnya dilekukan leher Airene
" hikss... sakit.. mo.. mommy sakit " Felix terus mengeluh sakit karna tentu saja lukanya sudah mulai terasa sekarang dan demamnya masih lumayan masih tinggi
" sir "
Al menatap Airene disebelahnya " Boleh ambilkan plester penurun panas itu? Maaf " tak mungkin Airene mengambilnya sendiri dengan Felix yang masih digendongannya
Tanpa menjawab Al mengambilnya dan memberikannya pada Airene, sekalian menyuruh James untuk mengantarkan Riel pulang dan menjemputnya kembali nanti dipagi hari
" Kemarilah, lihat wajahku anak baik " Felix mengangkat kepalanya dari lekukan leher Airene dan menatapnya " Aku akan memasangkan plester ini ya, agar cepat turun panasnya " Plaster pun ditempelkan ditengah kening bocah mungil itu
" Apa kau perlu yang lain? " Tanya Al, biarkanlah kali ini anaknya itu bermanja manja ria bersama Airene sebelum dirinya meminta penjelasan mengapa orang itu dipanggil dengan sebutan mommy
" Bubur dan air sir, aku akan mencoba menyuapinya. Dan mungkin gendongan kain? " Aga sulit rasanya dia ia menyuapi Felix dengan posisi seperti ini, biarlah pinggangnya yang sakit di keesokan hari demi menyuapi sikecil Felix
Al memerintahkan Josh membawa makanan dan air untuk anak semata wayangnya, tak lupa ia meminya bibi mencarikan gendongan kain dan memberikannya pada Airene.
" Nahh.. aaa.. ayo makan dulu, sayang "
Felix memakan bubur itu dengan enggan, tetapi ia melihat Airene yang semangat menyuapinya hingga ia pun mau membuka mulutnya " hikss.. hikss daddyy "
Al tentu saja tak akan meninggalkan sikecil, lagi pula urusannya bisa ia urus nanti jika sikecil sudah sembuh dan kenapa ia harus pergi dari kamarnya sendiri
" Habis kan dulu makanmu sayang " Ucapnya dengan sengat lembut
Airene menyuapi dengan telaten sedikit demi sedikit bubur dimangkuk itu hingga habis tak bersisa " Horee.. lihat anak hebat menghabiskannya " bagian tersulit adalah memberikan obat untuk bocah 2 tahunan itu, ia benci obat walaupun rasanya manis
Felix mulai mengantuk karna efek obat dan Airene yang sedang menimang nimangnya didalam gendongan sembari sedikit bersenandung " Cepat sembuh anak baik " Mantranya, ia tak tega melihat Felix dengan keadaan seperti tadi, menangis keras dengan darah yang berceceran di lantai hingga mengenai sedikit bagian karpet bulu dikamar ini
" Maaf merepotkanmu " Ucapan yang tak biasanya diucapkan oleh Aldrich, bagaimanapun ia sangat berterimakasih pada Airene yang mau datang malam malam dengan hanya memakai piayama yang melekat ditubuhnya saat ini. Ntah bagaimana keadaaan Felix jika saja Airene menolak untuk datang kemari
" ahh.. Tak apa sir "
" Kau boleh tidur dengan Felix dikasur itu, aku akan berjaga "
Airene menatap Al yang tak jauh darinya sedang duduk dengan nyaman disebuah sofa yang lumayan nyaman jika ditiduri " Disini sir ? " bertanya kembali hanya untuk memastika
" Ya, Felix akan mencarimu jika ia terbangun. Aku akan menjaganya disini "
Suasana sedikit aneh bagi Airene, bagaimana tidak setelah diperhatikan ia memasuki kamar besar dengan nuansa abu abu hitam yang masukilin itu. Tak mungkin kamar bocah berumur 2 tahun se maskulin ini, tentu saja ini kamar ayahnya yang seorang pria dewasa itu. Berbeda dengan Al yang merasa biasa biasa saja, pikirannya hanya ingin menjaga Felix dan berharap semoga bocah kecilnya kembali sehat seperti semula
" Hikss.. mo.. momyy hikss " Felix terbangun dari tidurnya karna bermimpi buruk
" sttt.. aku disini, aku disini "
" Takut.. mo.. hikss takut "
Ntah apa yang dimimpikan bocah itu hingga ia terbangun dan langsung menangis, mungkin ini efek dari demamnya yang tinggi " Tak apa, tak ada apa apa itu hanya mimpi, aku disini lihatlah"
" Hikss.. dadd dayy hikss daddy "
Al menghampiri Felix dan mengelus elus pucuk kepalanya " Ada apa mhh ? "
" Dadyy.. hikss dadyy bobo sama Felix " ucapnya masih dalam gendongan
" Felix mau bobo sama dadyy.. hikss .. momyy "
Deg!!!
Firasat Airene mengatakan akan ada hal yang terjadi dan benar saja, bocah itu memintanya untuk tidur bersamanya, bersama, bersama ayahnya juga
" Ehh kalo Felix mau bobo sama daddy,, aku disofa itu oke? Felix bisa melihatnya kan? " Ia tak mau mengambil resiko terjebak dalam suasana yang canggung dengan boss nya itu
" Hikss,.. mau momyy sama daddy hikss "
Al pun mencoba untuk membujuk anak nakalnya ini,seenaknya meminta ia tidur bersama Airene. Bagaimana jika terjadi hal hal yang tidak seharusnya terjadi, bagaimanapun ia adalah seorang pria dewasa yang mempunyai nafsu " Dengan daddy saja ya? biarkan mommy istirahat " Sebutan yang begitu saja terlontar dari seorang Aldrich
huaaaaaa !!!!
" Mau daddyy .. hikss... mommy hikss "
Jika sudah menangis kencang seperti ini apa boleh buat, biarlah ia merasa canggung pada atasan nya nanti. Yang terpenting sekarang adalah membuat Felix merasa lebih baik dan berhenti menangis. Jika ia terus terusan menangis hal itu akan memperburuk demamnya yang semakin tinggi
" Baiklah " Jawaban pasrah yang bisa Airene berikan, ia menurunkan Felix dengan hati hati ke kasur king size dihadapannya setelah Al mengatur bantal untuk mereka semua
" sir jarumnya "
Kali ini penghambatnya adalah jarum infus yang terletak disebelah kiri, Airene tak mau mengambil resiko untuk menempati posisi itu. Ia takut jika posisi tidurnya berubah ubah akan mengenai infusan Felix " Kau disana saja, biar aku disini " Ucap Al yang memang tak mempunyai kebiasan tidur yang buruk, ia cukup percaya diri akan hal ini
" hikkss.. mo... mommy.. hikss "
Airene membaringkan tubuh Felix ditengah tengah mereka berdua, sesuai yang diperintahkan oleh atasannya tadi. Aga canggung memang tapi biarlah, kali ini biarlah yang terpenting sikecil kembali sehat seperti semula. Felix menghadapkan tubuhnya pada Airene dan Airene membalas dengan memeluknya. Lengan kecil yang sedang diinfus itu menggenggam erat jari ayahnya yang tepat berada dibelakang punggungnya
Jika ingin jujur baik Airene atau Aldrich cukup mengantuk karna jam menunjukkan pukul 1 saat ini, mereka lelah setelah membereskan pekerjaanya dan keadaan Felix yang buruk membuat tenaga mereka berddua lumayan terkuras habis
" stt... stt... twinkle twinkle little star " Airene mulai menidurkan Felix kembali dengan sedikit bersenandung
" How i wonder what you are "
" Up above the world so hight "
" Like a diamond in the sky "
" Twinkle twinkle little star "
" How i wonder what you are "
Felix sudah jatuh tertidur disusul Airene yang juga ikut tertidur karna hari ini lumayan melelahkan baginya. Hanya tersisa Aldrich yang terus menatap mereka berdua dan memikirkan tentang felix yang lengket pada Airene dengan jangka waktu yang singkat.
Apa yang sedang terjadi sebenarnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Asmainiati Pelis
masih penasaran status aldrick
2022-07-05
0