chapter 5

"Dimas nanti kesini saat aku berangkat kerja" ingatkan Zivannya. Rara mengangguk sambil berlalu menuju kamar mandi.

Zivannya memakan roti yang dibuatnya sampai habis dan meminum air putih, melihat beberapa chat dari grup kampus.

Rara keluar dari kamar mandi dan duduk di samping Zivannya yang menyodorkan roti selai coklat.

"kamu naik motor kesini malem-malem" pandang Rara sambil memakan roti selai coklat. Zivannya menganggukkan kepalanya.

"naik motornya bener, tapi dibonceng sama pak komandan" senyum Zivannya. Rara menatap Zivannya membelalakkan matanya.

"jangan banyak tanya, aku terkena razia semalam tau-tau dia udah ada di depanku dan memaksa mengantar sampai sini" jelas Zivannya sebelum Rara tanya.

"berarti nanti dia jemput kamu buat ke kedai" tanya Rara ingin tahu.

"Yap" jawab Zivannya santai hingga membuat Rara tersedak karena tidak menyangka Zivannya menjawabnya

"sia-sia dong nggak balas chat dan panggilan dari dia" pandang Rara.

"he em, sangat disayangkan, gara-gara petugas polisi yang menghentikan motorku dan menelantarkan ku gitu aja" sungut Zivannya kesal. Rara tersenyum memakan rotinya.

"apa pak komandan tau kamu lewat situ dan menyuruh anak buahnya untuk menghentikanmu" tanya Rara.

"kemarin aku juga sempat berpikir begitu, tapi dia nggak ada ditempat razia. mungkin segera diberitahu oleh petugas polisi yang kebetulan disitu" pandang Zivannya.

"dia bukan dibagian polantas kan" tanya Rara. Zivannya menggelengkan kepalanya.

"aku benar-benar berusaha menghindarinya Ra, kenapa malah selalu bertemu dengan dia" Hela nafas Zivannya menatap langit-langit kamar.

"apa kamu suka padanya" tanya Rara menatap lurus kedepan.

"aku tidak tahu apa beneran suka atau tidak, tapi aku merasa sakit saat melihatnya bersama perempuan yang bersamanya kemarin di kedokteran" tatap Zivannya tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

"itu makanya kamu sengaja menghindar dan ikut ke Malang kemarin" tanya Rara.

"yap" jawab Zivannya mengangguk

"berarti kamu mulai jatuh cinta pada komandan itu Zi" hembus nafas Rara, Zivannya menoleh menatap Rara lama.

"ingat kan saat aku cerita jika aku melihat Dimas dekat dengan cewek adik angkatan kita" toleh Rara, Zivannya menganggukkan kepalanya.

"aku merasakan sakit yang sama dengan yang kamu rasakan itu, makanya aku berusaha keras untuk menjauhi Dimas sebelum terluka lebih dalam" jawab Rara, mereka menatap satu sama lain.

"apa kita yang berpikir terlalu jauh Ra, sebelum mendengar penjelasan mereka" tanya Zivannya. Rara mengangkat bahunya.

"atau kita yang terlalu pede menganggap mereka mencintai kita" tanya Rara. Zivannya menggelengkan kepalanya pasrah.

"atau kita kena karma karena menolak banyak cowok" pandang Zivannya berdiri tegak. mereka saling berpandangan dan pada akhirnya tertawa ngakak menertawakan kekonyolan mereka yang kadang diluar nalar.

"aku mandi dulu, biar mereka nunggu jika udah datang. ini hampir waktu kewajiban siang" kata Zivannya berdiri dari duduknya dan menuju kamar mandi.

"zi, kemarin aku beli baju masih ada di paperbag" kata Rara menunjuk beberapa paperbag disudut Sofa. Zivannya menoleh dan menggeleng.

"aku tau kamu mandiri Zi, aku juga tau kamu tidak suka dikasihani. tapi aku tidak bermaksud merendahkan mu atau menganggap mu begitu. yang aku tahu kau adalah sahabatku satu-satunya yang selalu ada saat aku sendiri atau saat aku butuh seseorang untuk membuatku waras. itu aja Zi" tatap Rara tanpa bermaksud menghakimi siapapun.

Zivannya tersenyum dan mengangguk, terkadang dia lupa bahwa Rara adalah orang yang bertolak belakang dengannya selama ini, karena kedua orangtuanya yang memanjakannya dengan harta tanpa memberinya kasih sayang membuat Rara menjadi gadis yang sedikit rapuh dibalik sifatnya yang galak terhadap cowok.

ponsel Rara berdering, Rara beranjak dan melihat siapa yang menghubunginya.

"hallo" salam Rara

"aku sekarang ada dirumah, tidak enak badan. hanya pusing sebentar, tidak apa-apa. ditemani Zivannya" jawab Rara.

"nggak usah, aku udah mendingan hanya perlu istirahat mumpung nggak kuliah jadi bisa seharian dirumah" geleng Rara menutup panggilannya karena tidak mau menanggapi hal yang tidak penting. belum lama Rara menutup panggilan, ponselnya kembali berdering.

"ada apa sih Seto, kan aku udah bilang aku udah mendingan" kata Rara tanpa menatap ponselnya.

"ini aku Dimas, dari tadi aku mencoba menghubungimu tapi kamu ada panggilan lain. aku udah dihalaman rumahmu" jawab Dimas dingin. Rara menjauhkan ponselnya dan terlihat nama Dimas dalam panggilannya.

Rara mendengus pelan dan berjalan keluar kamar, melewati beberapa ruangan untuk membuka pintu utama rumah. Dimas turun dari motor lakinya dan berjalan kearah pintu yang dibuka Rara.

"baru bangun" lihat Dimas meneliti tubuh Rara dari atas ke bawah. Rara menganggukkan kepalanya dan berjalan keruang tengah yang lebih dekat dengan kamarnya. Dimas duduk setelah meletakkan beberapa bungkusan makanan yang dibawanya. Rara berlalu menuju dapur dan mengambil piring dan gelas, menatanya diatas meja.

"bawa sini aja Dim, kita makan disini, Zivannya baru mandi" pandang Rara, Dimas meraih sekantong bungkusan makanan dan meletakkannya diatas meja makan. Rara meletakkan bungkusan makanan dibeberapa piring yang ditanya tadi.

"kamu belum makan juga kan" tanya Rara, Dimas menggeleng duduk disamping Rara. Rara membuka bungkusan makanan dan menyodorkannya pada Dimas, menuangkan air putih segelas untuk Dimas.

"kita nggak nunggu Zivannya" toleh Dimas, Rara menggeleng "dia barusan masuk, mungkin agak lama" jawab Rara.

Zivannya keluar dari kamar mandi memakai bathrobe, melihat Rara sudah tidak ada dikamarnya, memasukkan pakaian kotor kedalam paperbag, meraih paperbag yang ada diujung sofa untuk melihat pakaian apa aja yang ada didalamnya. Zivannya membuka matanya lebar melihat underwear yang memang ukurannya, beberapa celana jeans dengan warna yang berbeda-beda, t-shirt dan kemeja yang memang dibelikan Rara untuknya, size nya memang lebih besar dari Rara, karena tinggi badannya yang lebih tinggi dari Rara.

Zivannya hanya menghela nafas panjang dan mengambil satu set untuk dipakainya. setelah dirasa rapi, Zivannya keluar dari kamar dan melihat sepasang insan sedang sarapan.

"nggak ngajak-ngajak" duduk Zivannya sambil tersenyum meraih piring yang ada didepannya.

"masak ngajak sambil mandi, nggak lucu kan" pandang Rara tersenyum. Zivannya hanya bisa nyengir mendengar jawaban Rara yang terkesan sarkas, padahal bener juga apa yang dikatakannya karena tadi dia sedang mandi saat mereka mulai makan sarapannya.

"darimana Dim" tanya Zivannya sambil membuka bungkusan makanannya.

"dari rumah, bangunnya juga siang terus mampir warung langsung kesini" jawab Dimas. Zivannya menganggukkan kepalanya meminum air putih sebelum mulai makan.

bel rumah Rara berbunyi, mereka saling berpandangan bertanya siapa itu tapi tidak tahu siapa yang datang. Rara segera beranjak menuju pintu utama rumah.

"hallo, Zivannya ada" tanya Aga setelah pintu dibuka Rara. Rara menatap sebentar, memastikan bahwa dia adalah orang baik.

"Anda siapa" kerut Rara lupa.

"saya Bagaskara, mau menjemput Zivannya" pandangnya. Rara membuka matanya lebar dan segera tersadar bahwa dihadapannya adalah komandannya Zivannya.

"ahh.... maafkan saya, Zivannya baru aja selesai mandi dan mau sarapan, ayo silahkan masuk kita sarapan bareng" geser Rara untuk mempersilahkan Aga masuk dan membawanya langsung keruang makan.

Zivannya sedang bercanda dengan Dimas sembari mengunyah makanannya, mereka menoleh bersamaan saat melihat Rara datang dengan Aga yang memakai pakaian biasa, terlihat gagah dan tampan.

"oh, hai kak. udah datang, ayo sarapan. ini Dimas dan itu Rara, ini kak Aga yang kemarin menolongku waktu terluka" senyum Zivannya memperkenalkan mereka semua tanpa berhenti makan, mereka saling memberi salam.

"sebenarnya tadi mau sekalian ngajak makan siang sebelum berangkat. ternyata kamu baru makan" senyum Aga duduk disamping Zivannya dan melihat makanan Zivannya.

"maaf kak, ini tadi saya sekalian mampir karena tahu mereka pasti bangun siang dan belum sarapan. karena sudah lama kenal jadi tahu kelakuan masing-masing" kata Dimas nggak enak hati kepada Aga.

Zivannya memandang Aga lama, menyendok makanannya dan menyodorkannya kemulut Aga yang segera menerima suapan dari Zivannya. Dimas dan Rara menatap mereka berdua dan hanya bisa melihat tingkah mereka berdua dengan canggung.

"kalian beneran baru saja kenal" tanya Rara menyelidik. Zivannya dan Aga menatap mereka berdua.

"jangan mulai dengan pertanyaan konyol Ra, aku baru sarapan nih. dia mau ngajak makan siang, sekalian aja makan daripada nggak habis. Dimas ngasih porsi kayak orang mau ngaduk semen" pandang Zivannya. Rara tertawa lebar. Dimas hanya tersenyum tertahan. tidak enak dengan Aga.

"ya... ya... porsimu memang kecil kalo makan. nasi Padang itu biasanya juga buat kita berdua" angguk Rara. Aga mengambil alih sendok dari tangan Zivannya dan gantian menyuapi Zivannya dan dirinya.

"nanti pulang kerja kesini lagi ya Zi, tidur sini aja, aku sendirian" kata Rara.

"nanti aku pulang jam 10 lagi Ra, lihat aja nanti gimana. kalo aku kena razia lagi dan harus nunggu lama, aku langsung pulang aja" lirik Zivannya, Aga yang mendengarnya tersenyum lebar.

"nanti aku kawal pergi dan pulangnya" kata Aga menyuapi Zivannya yang segera mengunyahnya dengan kesal.

"perasaan kalo sama cowok lain, kamu segera lari menjauh deh Zi" pandang Rara meletakkan tangannya dibahu Dimas yang nempel dengan lengannya.

"kenapa sama kak Aga luluh gitu" angguk Dimas melanjutkan interogasi Rara. Zivannya tersedak makanan yang baru ditelannya, Aga segera menyodorkan air putih dan menepuk-nepuk punggung Zivannya.

"siapa tuh dim, yang suka tiba-tiba ngasih sesuatu ke Zivannya" toleh Rara lupa nama cowok yang sering nongol didepan mereka.

"siapa, kalian berdua terlalu banyak yang naksir, sampai aku kesel sendiri" jawab Dimas cuek. Rara memukul bahu Dimas pelan.

"anak arsitektur itu lho yang sering kekampus" jawab Rara.

"anwar" jawab Zivannya cepat. Dimas dan Rara tertawa terbahak bahak karena Zivannya hafal nama cowok penggemarnya. Aga menatap Zivannya sesaat.

"bener, sampai terkadang kamu harus muter jauh agar tidak bertemu dengannya, ahh sampai lupa, ada juga tuh si Arden, Zico, Dion, Marshal" hitung Rara, Zivannya mendelik menatap Rara yang sengaja menjabarkan cowok-cowok yang mengejarnya. Aga mendengarkan dengan seksama sambil terus makan dengan Zivannya.

"kamu tebar pesona Zi" tanya Aga akhirnya, Dimas dan Rara tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Aga yang menyudutkan Zivannya.

hai hai hai... para readers, love you all sekebon pisang, biar bisa dibuat pisang goreng yang banyak hehehehehe..

selamat menikmati cerita pertama kalang di sini. jadi mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam merangkai kata dan kalimat.

ciehhh... udah kayak mau tampil dikondangan aja nih hahahaha...

dukung yaaa... karya keduaku.

love...love...love all sekebon pisang biar bisa bikin pisang goreng banyak..

thanks a lot pisang sekebon...😘

Terpopuler

Comments

Manggu Manggu

Manggu Manggu

suka lucu ya cerita 💪semangat author👏🏾

2022-11-04

0

lihat semua
Episodes
1 chapter 1
2 chapter 2
3 chapter 3
4 chapter 4
5 chapter 5
6 chapter 6
7 chapter 7
8 chapter 8
9 chapter 9
10 chapter 10
11 chapter 11
12 chapter 12
13 chapter 13
14 chapter 14
15 chapter 15
16 chapter 16
17 chapter 17
18 chapter 18
19 chapter 19
20 chapter 20
21 chapter 21
22 chapter 22
23 chapter 23
24 chapter 24
25 chapter 25
26 chapter 26
27 chapter 27
28 chapter 28
29 chapter 29
30 chapter 30
31 chapter 31
32 chapter 32
33 chapter 33
34 chapter 34
35 chapter 35
36 chapter 36
37 chapter 37
38 chapter 38
39 chapter 39
40 chapter 40
41 chapter 41
42 chapter 42
43 chapter 43
44 chapter 44
45 chapter 45
46 chapter 46
47 chapter 47
48 chapter 48
49 chapter 49
50 chapter 50
51 chapter 51
52 chapter 52
53 chapter 53
54 chapter 54
55 chapter 55
56 chapter 56
57 chapter 57
58 chapter 58
59 chapter 59
60 chapter 60
61 chapter 61
62 chapter 62
63 chapter 63
64 chapter 64
65 chapter 65
66 chapter 66
67 chapter 67
68 chapter 68
69 chapter 69
70 chapter 70
71 chapter 71
72 chapter 72
73 chapter 73
74 chapter 74
75 chapter 75
76 chapter 76
77 chapter 77
78 chapter 78
79 chapter 79
80 chapter 80
81 chapter 81
82 chapter 82
83 chapter 83
84 chapter 84
85 chapter 85
86 chapter 86
87 chapter 87
88 chapter 88
89 chapter 89
90 chapter 90
91 chapter 91
92 chapter 92
93 chapter 93
94 chapter 94
95 chapter 95
96 chapter 96
97 chapter 97
98 chapter 98
99 chapter 99
100 chapter 100
101 chapter 101
102 chapter 102
103 chapter 103
104 chapter 104
105 chapter 105
106 chapter 106
107 chapter 107
108 chapter 108
109 chapter 109
110 chapter 110
111 chapter 111
112 chapter 112
113 chapter 113
114 chapter 114
115 chapter 115
116 chapter 116
117 chapter 117
118 chapter 118
119 chapter 119
120 chapter 120
121 chapter 121
122 chapter 122
123 chapter 123
124 chapter 124
125 chapter 125
126 chapter 126
127 chapter 127
128 chapter 128
129 chapter 129
130 chapter 130
131 chapter 131
132 chapter 132
133 chapter 133
134 chapter 134
135 chapter 135
136 chapter 136
137 chapter 137
138 chapter 138
139 chapter 139
140 chapter 140
141 chapter 141
142 chapter 142
143 chapter143
144 chapter 145
145 chapter 146
146 chapter 146
147 chapter147
148 chapter 148
149 chapter 149
150 chapter 150
151 chapter 151
152 chapter 152
153 chapter 153
154 chapter 154
155 chapter 155
156 chapter 156
157 chapter 157
158 chapter 158
159 chapter 159
160 chapter 160
161 chapter 161
162 chapter 162
163 chapter 163
164 chapter 164
165 chapter 165
166 chapter 166
167 chapter 167
168 chapter 168
169 chapter 169
170 chapter 170
171 chapter 171
172 chapter 172
173 chapter 173
174 chapter 174
175 chapter 175
176 chapter 176
177 chapter 177
178 chapter 178
179 chapter 179
180 chapter 180
181 chapter 181
182 chapter 182
183 chapter 183
184 chapter 184
185 chapter 185
186 chapter 186
187 chapter 187
188 chapter 188
189 pengumuman
190 chapter 189
191 chapter 190
Episodes

Updated 191 Episodes

1
chapter 1
2
chapter 2
3
chapter 3
4
chapter 4
5
chapter 5
6
chapter 6
7
chapter 7
8
chapter 8
9
chapter 9
10
chapter 10
11
chapter 11
12
chapter 12
13
chapter 13
14
chapter 14
15
chapter 15
16
chapter 16
17
chapter 17
18
chapter 18
19
chapter 19
20
chapter 20
21
chapter 21
22
chapter 22
23
chapter 23
24
chapter 24
25
chapter 25
26
chapter 26
27
chapter 27
28
chapter 28
29
chapter 29
30
chapter 30
31
chapter 31
32
chapter 32
33
chapter 33
34
chapter 34
35
chapter 35
36
chapter 36
37
chapter 37
38
chapter 38
39
chapter 39
40
chapter 40
41
chapter 41
42
chapter 42
43
chapter 43
44
chapter 44
45
chapter 45
46
chapter 46
47
chapter 47
48
chapter 48
49
chapter 49
50
chapter 50
51
chapter 51
52
chapter 52
53
chapter 53
54
chapter 54
55
chapter 55
56
chapter 56
57
chapter 57
58
chapter 58
59
chapter 59
60
chapter 60
61
chapter 61
62
chapter 62
63
chapter 63
64
chapter 64
65
chapter 65
66
chapter 66
67
chapter 67
68
chapter 68
69
chapter 69
70
chapter 70
71
chapter 71
72
chapter 72
73
chapter 73
74
chapter 74
75
chapter 75
76
chapter 76
77
chapter 77
78
chapter 78
79
chapter 79
80
chapter 80
81
chapter 81
82
chapter 82
83
chapter 83
84
chapter 84
85
chapter 85
86
chapter 86
87
chapter 87
88
chapter 88
89
chapter 89
90
chapter 90
91
chapter 91
92
chapter 92
93
chapter 93
94
chapter 94
95
chapter 95
96
chapter 96
97
chapter 97
98
chapter 98
99
chapter 99
100
chapter 100
101
chapter 101
102
chapter 102
103
chapter 103
104
chapter 104
105
chapter 105
106
chapter 106
107
chapter 107
108
chapter 108
109
chapter 109
110
chapter 110
111
chapter 111
112
chapter 112
113
chapter 113
114
chapter 114
115
chapter 115
116
chapter 116
117
chapter 117
118
chapter 118
119
chapter 119
120
chapter 120
121
chapter 121
122
chapter 122
123
chapter 123
124
chapter 124
125
chapter 125
126
chapter 126
127
chapter 127
128
chapter 128
129
chapter 129
130
chapter 130
131
chapter 131
132
chapter 132
133
chapter 133
134
chapter 134
135
chapter 135
136
chapter 136
137
chapter 137
138
chapter 138
139
chapter 139
140
chapter 140
141
chapter 141
142
chapter 142
143
chapter143
144
chapter 145
145
chapter 146
146
chapter 146
147
chapter147
148
chapter 148
149
chapter 149
150
chapter 150
151
chapter 151
152
chapter 152
153
chapter 153
154
chapter 154
155
chapter 155
156
chapter 156
157
chapter 157
158
chapter 158
159
chapter 159
160
chapter 160
161
chapter 161
162
chapter 162
163
chapter 163
164
chapter 164
165
chapter 165
166
chapter 166
167
chapter 167
168
chapter 168
169
chapter 169
170
chapter 170
171
chapter 171
172
chapter 172
173
chapter 173
174
chapter 174
175
chapter 175
176
chapter 176
177
chapter 177
178
chapter 178
179
chapter 179
180
chapter 180
181
chapter 181
182
chapter 182
183
chapter 183
184
chapter 184
185
chapter 185
186
chapter 186
187
chapter 187
188
chapter 188
189
pengumuman
190
chapter 189
191
chapter 190

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!