"Dimas nanti kesini saat aku berangkat kerja" ingatkan Zivannya. Rara mengangguk sambil berlalu menuju kamar mandi.
Zivannya memakan roti yang dibuatnya sampai habis dan meminum air putih, melihat beberapa chat dari grup kampus.
Rara keluar dari kamar mandi dan duduk di samping Zivannya yang menyodorkan roti selai coklat.
"kamu naik motor kesini malem-malem" pandang Rara sambil memakan roti selai coklat. Zivannya menganggukkan kepalanya.
"naik motornya bener, tapi dibonceng sama pak komandan" senyum Zivannya. Rara menatap Zivannya membelalakkan matanya.
"jangan banyak tanya, aku terkena razia semalam tau-tau dia udah ada di depanku dan memaksa mengantar sampai sini" jelas Zivannya sebelum Rara tanya.
"berarti nanti dia jemput kamu buat ke kedai" tanya Rara ingin tahu.
"Yap" jawab Zivannya santai hingga membuat Rara tersedak karena tidak menyangka Zivannya menjawabnya
"sia-sia dong nggak balas chat dan panggilan dari dia" pandang Rara.
"he em, sangat disayangkan, gara-gara petugas polisi yang menghentikan motorku dan menelantarkan ku gitu aja" sungut Zivannya kesal. Rara tersenyum memakan rotinya.
"apa pak komandan tau kamu lewat situ dan menyuruh anak buahnya untuk menghentikanmu" tanya Rara.
"kemarin aku juga sempat berpikir begitu, tapi dia nggak ada ditempat razia. mungkin segera diberitahu oleh petugas polisi yang kebetulan disitu" pandang Zivannya.
"dia bukan dibagian polantas kan" tanya Rara. Zivannya menggelengkan kepalanya.
"aku benar-benar berusaha menghindarinya Ra, kenapa malah selalu bertemu dengan dia" Hela nafas Zivannya menatap langit-langit kamar.
"apa kamu suka padanya" tanya Rara menatap lurus kedepan.
"aku tidak tahu apa beneran suka atau tidak, tapi aku merasa sakit saat melihatnya bersama perempuan yang bersamanya kemarin di kedokteran" tatap Zivannya tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.
"itu makanya kamu sengaja menghindar dan ikut ke Malang kemarin" tanya Rara.
"yap" jawab Zivannya mengangguk
"berarti kamu mulai jatuh cinta pada komandan itu Zi" hembus nafas Rara, Zivannya menoleh menatap Rara lama.
"ingat kan saat aku cerita jika aku melihat Dimas dekat dengan cewek adik angkatan kita" toleh Rara, Zivannya menganggukkan kepalanya.
"aku merasakan sakit yang sama dengan yang kamu rasakan itu, makanya aku berusaha keras untuk menjauhi Dimas sebelum terluka lebih dalam" jawab Rara, mereka menatap satu sama lain.
"apa kita yang berpikir terlalu jauh Ra, sebelum mendengar penjelasan mereka" tanya Zivannya. Rara mengangkat bahunya.
"atau kita yang terlalu pede menganggap mereka mencintai kita" tanya Rara. Zivannya menggelengkan kepalanya pasrah.
"atau kita kena karma karena menolak banyak cowok" pandang Zivannya berdiri tegak. mereka saling berpandangan dan pada akhirnya tertawa ngakak menertawakan kekonyolan mereka yang kadang diluar nalar.
"aku mandi dulu, biar mereka nunggu jika udah datang. ini hampir waktu kewajiban siang" kata Zivannya berdiri dari duduknya dan menuju kamar mandi.
"zi, kemarin aku beli baju masih ada di paperbag" kata Rara menunjuk beberapa paperbag disudut Sofa. Zivannya menoleh dan menggeleng.
"aku tau kamu mandiri Zi, aku juga tau kamu tidak suka dikasihani. tapi aku tidak bermaksud merendahkan mu atau menganggap mu begitu. yang aku tahu kau adalah sahabatku satu-satunya yang selalu ada saat aku sendiri atau saat aku butuh seseorang untuk membuatku waras. itu aja Zi" tatap Rara tanpa bermaksud menghakimi siapapun.
Zivannya tersenyum dan mengangguk, terkadang dia lupa bahwa Rara adalah orang yang bertolak belakang dengannya selama ini, karena kedua orangtuanya yang memanjakannya dengan harta tanpa memberinya kasih sayang membuat Rara menjadi gadis yang sedikit rapuh dibalik sifatnya yang galak terhadap cowok.
ponsel Rara berdering, Rara beranjak dan melihat siapa yang menghubunginya.
"hallo" salam Rara
"aku sekarang ada dirumah, tidak enak badan. hanya pusing sebentar, tidak apa-apa. ditemani Zivannya" jawab Rara.
"nggak usah, aku udah mendingan hanya perlu istirahat mumpung nggak kuliah jadi bisa seharian dirumah" geleng Rara menutup panggilannya karena tidak mau menanggapi hal yang tidak penting. belum lama Rara menutup panggilan, ponselnya kembali berdering.
"ada apa sih Seto, kan aku udah bilang aku udah mendingan" kata Rara tanpa menatap ponselnya.
"ini aku Dimas, dari tadi aku mencoba menghubungimu tapi kamu ada panggilan lain. aku udah dihalaman rumahmu" jawab Dimas dingin. Rara menjauhkan ponselnya dan terlihat nama Dimas dalam panggilannya.
Rara mendengus pelan dan berjalan keluar kamar, melewati beberapa ruangan untuk membuka pintu utama rumah. Dimas turun dari motor lakinya dan berjalan kearah pintu yang dibuka Rara.
"baru bangun" lihat Dimas meneliti tubuh Rara dari atas ke bawah. Rara menganggukkan kepalanya dan berjalan keruang tengah yang lebih dekat dengan kamarnya. Dimas duduk setelah meletakkan beberapa bungkusan makanan yang dibawanya. Rara berlalu menuju dapur dan mengambil piring dan gelas, menatanya diatas meja.
"bawa sini aja Dim, kita makan disini, Zivannya baru mandi" pandang Rara, Dimas meraih sekantong bungkusan makanan dan meletakkannya diatas meja makan. Rara meletakkan bungkusan makanan dibeberapa piring yang ditanya tadi.
"kamu belum makan juga kan" tanya Rara, Dimas menggeleng duduk disamping Rara. Rara membuka bungkusan makanan dan menyodorkannya pada Dimas, menuangkan air putih segelas untuk Dimas.
"kita nggak nunggu Zivannya" toleh Dimas, Rara menggeleng "dia barusan masuk, mungkin agak lama" jawab Rara.
Zivannya keluar dari kamar mandi memakai bathrobe, melihat Rara sudah tidak ada dikamarnya, memasukkan pakaian kotor kedalam paperbag, meraih paperbag yang ada diujung sofa untuk melihat pakaian apa aja yang ada didalamnya. Zivannya membuka matanya lebar melihat underwear yang memang ukurannya, beberapa celana jeans dengan warna yang berbeda-beda, t-shirt dan kemeja yang memang dibelikan Rara untuknya, size nya memang lebih besar dari Rara, karena tinggi badannya yang lebih tinggi dari Rara.
Zivannya hanya menghela nafas panjang dan mengambil satu set untuk dipakainya. setelah dirasa rapi, Zivannya keluar dari kamar dan melihat sepasang insan sedang sarapan.
"nggak ngajak-ngajak" duduk Zivannya sambil tersenyum meraih piring yang ada didepannya.
"masak ngajak sambil mandi, nggak lucu kan" pandang Rara tersenyum. Zivannya hanya bisa nyengir mendengar jawaban Rara yang terkesan sarkas, padahal bener juga apa yang dikatakannya karena tadi dia sedang mandi saat mereka mulai makan sarapannya.
"darimana Dim" tanya Zivannya sambil membuka bungkusan makanannya.
"dari rumah, bangunnya juga siang terus mampir warung langsung kesini" jawab Dimas. Zivannya menganggukkan kepalanya meminum air putih sebelum mulai makan.
bel rumah Rara berbunyi, mereka saling berpandangan bertanya siapa itu tapi tidak tahu siapa yang datang. Rara segera beranjak menuju pintu utama rumah.
"hallo, Zivannya ada" tanya Aga setelah pintu dibuka Rara. Rara menatap sebentar, memastikan bahwa dia adalah orang baik.
"Anda siapa" kerut Rara lupa.
"saya Bagaskara, mau menjemput Zivannya" pandangnya. Rara membuka matanya lebar dan segera tersadar bahwa dihadapannya adalah komandannya Zivannya.
"ahh.... maafkan saya, Zivannya baru aja selesai mandi dan mau sarapan, ayo silahkan masuk kita sarapan bareng" geser Rara untuk mempersilahkan Aga masuk dan membawanya langsung keruang makan.
Zivannya sedang bercanda dengan Dimas sembari mengunyah makanannya, mereka menoleh bersamaan saat melihat Rara datang dengan Aga yang memakai pakaian biasa, terlihat gagah dan tampan.
"oh, hai kak. udah datang, ayo sarapan. ini Dimas dan itu Rara, ini kak Aga yang kemarin menolongku waktu terluka" senyum Zivannya memperkenalkan mereka semua tanpa berhenti makan, mereka saling memberi salam.
"sebenarnya tadi mau sekalian ngajak makan siang sebelum berangkat. ternyata kamu baru makan" senyum Aga duduk disamping Zivannya dan melihat makanan Zivannya.
"maaf kak, ini tadi saya sekalian mampir karena tahu mereka pasti bangun siang dan belum sarapan. karena sudah lama kenal jadi tahu kelakuan masing-masing" kata Dimas nggak enak hati kepada Aga.
Zivannya memandang Aga lama, menyendok makanannya dan menyodorkannya kemulut Aga yang segera menerima suapan dari Zivannya. Dimas dan Rara menatap mereka berdua dan hanya bisa melihat tingkah mereka berdua dengan canggung.
"kalian beneran baru saja kenal" tanya Rara menyelidik. Zivannya dan Aga menatap mereka berdua.
"jangan mulai dengan pertanyaan konyol Ra, aku baru sarapan nih. dia mau ngajak makan siang, sekalian aja makan daripada nggak habis. Dimas ngasih porsi kayak orang mau ngaduk semen" pandang Zivannya. Rara tertawa lebar. Dimas hanya tersenyum tertahan. tidak enak dengan Aga.
"ya... ya... porsimu memang kecil kalo makan. nasi Padang itu biasanya juga buat kita berdua" angguk Rara. Aga mengambil alih sendok dari tangan Zivannya dan gantian menyuapi Zivannya dan dirinya.
"nanti pulang kerja kesini lagi ya Zi, tidur sini aja, aku sendirian" kata Rara.
"nanti aku pulang jam 10 lagi Ra, lihat aja nanti gimana. kalo aku kena razia lagi dan harus nunggu lama, aku langsung pulang aja" lirik Zivannya, Aga yang mendengarnya tersenyum lebar.
"nanti aku kawal pergi dan pulangnya" kata Aga menyuapi Zivannya yang segera mengunyahnya dengan kesal.
"perasaan kalo sama cowok lain, kamu segera lari menjauh deh Zi" pandang Rara meletakkan tangannya dibahu Dimas yang nempel dengan lengannya.
"kenapa sama kak Aga luluh gitu" angguk Dimas melanjutkan interogasi Rara. Zivannya tersedak makanan yang baru ditelannya, Aga segera menyodorkan air putih dan menepuk-nepuk punggung Zivannya.
"siapa tuh dim, yang suka tiba-tiba ngasih sesuatu ke Zivannya" toleh Rara lupa nama cowok yang sering nongol didepan mereka.
"siapa, kalian berdua terlalu banyak yang naksir, sampai aku kesel sendiri" jawab Dimas cuek. Rara memukul bahu Dimas pelan.
"anak arsitektur itu lho yang sering kekampus" jawab Rara.
"anwar" jawab Zivannya cepat. Dimas dan Rara tertawa terbahak bahak karena Zivannya hafal nama cowok penggemarnya. Aga menatap Zivannya sesaat.
"bener, sampai terkadang kamu harus muter jauh agar tidak bertemu dengannya, ahh sampai lupa, ada juga tuh si Arden, Zico, Dion, Marshal" hitung Rara, Zivannya mendelik menatap Rara yang sengaja menjabarkan cowok-cowok yang mengejarnya. Aga mendengarkan dengan seksama sambil terus makan dengan Zivannya.
"kamu tebar pesona Zi" tanya Aga akhirnya, Dimas dan Rara tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Aga yang menyudutkan Zivannya.
hai hai hai... para readers, love you all sekebon pisang, biar bisa dibuat pisang goreng yang banyak hehehehehe..
selamat menikmati cerita pertama kalang di sini. jadi mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam merangkai kata dan kalimat.
ciehhh... udah kayak mau tampil dikondangan aja nih hahahaha...
dukung yaaa... karya keduaku.
love...love...love all sekebon pisang biar bisa bikin pisang goreng banyak..
thanks a lot pisang sekebon...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Manggu Manggu
suka lucu ya cerita 💪semangat author👏🏾
2022-11-04
0