chapter 2

"kenapa, tidak pernah melihat cowok ganteng sebelumnya" tanyanya menatap Zivannya yang terlihat terpana menatapnya.

Zivannya menarik nafasnya panjang, menggeleng pelan. "bukan begitu pak komandan, saya tidak menduga jika anda masih muda, saya kira anda diatas umur 30" kata Zivannya mengambil kemeja kotak-kotak milik pemuda itu tanpa memandangnya lagi.

"kunci pintunya, jangan dibuka jika bukan saya yang mengetuk pintu" balik badan komandan sebelum meninggalkan ruangannya. Zivannya mengangguk dan segera mengunci ruangan untuk mengganti kemejanya yang penuh bercak darah.

setengah jam kemudian ruangan diketuk seseorang.

"nona, ini saya" salam komandan. Zivannya segera membuka pintu yang terkunci. komandan itu menatap Zivannya sebentar yang memakai kemejanya.

"kebesaran ya" masuknya mengambil kunci. Zivannya hanya diam mematung.

"ayo, ini sudah masuk waktunya menghadap Kiblat" pandangnya. Zivannya hanya menganggukkan kepalanya pelan mengikuti arah komandan itu melangkah.

disamping gedung terdapat mushola kecil, beberapa polisi sudah mengambil air wudhu untuk menunaikan kewajiban. Zivannya melakukan hal yang sama dan mengambil air wudhu untuk menunaikan kewajibannya.

usai melaksanakan kewajiban, Zivannya menunggu dipojok mushola sambil berdzikir. komandan menanti tidak jauh dari keberadaan Zivannya. Zivannya menyadari keberadaan pemuda itu, membereskan perlengkapannya dan menghampirinya. pemuda itu mengulurkan tangan kanannya kearah Zivannya. Zivannya hanya menatapnya heran. pemuda itu menunggu Zivannya untuk mencium tangannya. Zivannya meraih tangan pemuda itu ragu-ragu dan mencium punggung tangannya pelan. pemuda itu mengucapkan doa dan mencium kening Zivannya lembut. Zivannya hanya berdiri mematung akibat perlakuan pemuda komandan itu.

"ayo, kita makan dulu, cacing diperutku sudah meronta untuk minta dikasih makan" pandangnya tajam menatap Zivannya yang hanya diam saja. kembali sadar, Zivannya bergegas mengikuti komandan itu masuk kedalam mobil.

"oh ya namaku Bagaskara. kamu bisa memanggilku dengan kak Aga. itu nama panggilan kecilku. hanya sedikit yang tahu nama panggilan itu" kata Bagaskara, sambil melajukan mobilnya menembus senja.

"Zivannya Fritscha, biasa dipanggil Zivannya" jawab Zivannya pelan.

"kamu masih kuliah, fakultas apa, umur berapa, berasal dari mana" tanya Bagaskara menatap Zivannya yang menatap keluar jendela mobil.

"tehnik sipil, semester 4, 19 tahun berasal dari kota X" jawab Zivannya. Bagaskara menganggukkan kepala paham.

"masih muda juga ya.. ternyata selisih umur kita tidak banyak. aku akan 25 tahun ini. setelah selesai pendidikan langsung bekerja" kata Bagaskara. Zivannya menyandarkan kepalanya ke sandaran kepala.

"aku sedikit pusing kak" pijit kepala Zivannya. Bagaskara segera membelok menuju warung makan kecil tidak jauh dari situ.

"kita makan dulu, setelah itu kamu minum obatnya." raih obat diatas dashboard Aga dan membuka pintu mobil. Zivannya membuka pintu dan melangkah keluar mengikuti langkah Aga.

Aga memesan makanan untuk mereka berdua, Zivannya segera memakan makanannya sesaat setelah datang.

"kamu kelaperan" senyum Aga melihat Zivannya yang terlihat lahap menyantap makanannya, Zivannya mengangguk pelan. Aga menyodorkan segelas jeruk panas kedepan Zivannya.

"aku lebih suka jeruk panas dari pada teh panas" jawab Aga melihat ekspresi Zivannya yang menatapnya heran.

"kebetulan yang sama, jeruk lebih kusuka" jawab Zivannya. Aga mengangguk mengunyah makanannya.

"minum obatmu agar tidak demam" kata Aga menyodorkan obat dari klinik tadi. Zivannya meraihnya dan membuka satu kemudian diminumnya dengan air mineral.

"makasih kak. ini sudah semakin malam. sebaiknya aku pulang sekarang" lihat Zivannya. Aga mengangguk, membayar makanan yang mereka pesan tadi dan segera meninggalkan warung makan tadi.

"berapa nomer ponselmu jika ada sesuatu aku bisa dengan mudah menghubungimu" tanya Aga. Zivannya menepuk dahinya pelan seperti mengingat sesuatu yang terlupa.

"astaga, aku lupa jika tadi pergi mencari Rara, pasti dia kebingungan mencari ku dari tadi" teringat Zivannya. Aga menyodorkan ponselnya agar Zivannya segera menghubungi temannya. Zivannya segera menekan nomor ponsel Rara.

"hallo Ra, ini aku" salam Zivannya setelah nada dering terhubung yang diloud speakers Zivannya.

"Zivannya" teriak Rara panik. Zivannya menjauhkan ponsel Aga.

"kamu ada dimana sekarang, aku mencarimu sampai kemana-mana, sampai Dimas aku minta bantuin untuk mencarimu. ponsel mu juga tidak bisa aku hubungi, tasmu tertinggal dimobil. aku sampai kayak orang gila tau nggak Zi" tangis Rara.

"udah Ra, dengerin dulu Zivannya ngomong jangan dipotong" ujar Dimas dari seberang berusaha menenangkan Rara yang panik.

Zivannya tersenyum mendengar suara Dimas yang berada disamping Rara. Aga melirik Zivannya sesaat saat mendengar suara lelaki lain, perasaannya seperti dibakar oleh api cemburu. tidak suka melihat sikap Zivannya.

"hallo zi, bagaimana keadaanmu. Rara panik tidak menemukanmu tadi" kata Dimas.

"baik Dim, makasih kamu sudah menemani Rara tadi. aku terjebak dikerumunan orang tadi. Rara berjarak jauh dariku saat itu, aku tertabrak oleh beberapa polisi yang melakukan pengejaran. ini aku bersama komandan mereka habis dari klinik dan kekantor polisi sebentar. jangan kuatir, aku baik-baik saja. besuk pagi aku berangkat kekampus ada kuliah pagi kan." jawab Zivannya.

"ponselmu kemana, ini nomer siapa" tanya Rara serak sehabis menangis. Zivannya menggigit bibirnya sesaat.

"kayaknya terjatuh saat aku terjatuh tadi" gumam Zivannya pelan, Aga mendengarkan dengan seksama.

"apa, terus bagaimana aku menghubungimu jika ponselmu hilang. motormu juga ada dikampuskan" panik Rara.

"tenang aja Ra, jika aku gajian nanti bisa beli lagi. toh tiap hari kita juga ketemu kan" kata Zivannya memotong pembicaraan Rara karena tidak enak pada Aga yang berada disampingnya.

"aku jemput aja bersama Rara, kamu dimana sekarang" kata Dimas tidak tenang.

"tidak usah dim, ini aku dalam perjalanan pulang ke kost diantar komandan polisi. jadi lebih aman kan" tawa Zivannya kecil. Aga menatap Zivannya yang tertawa, terlihat cantik.

"besuk pagi aku jemput ya, jam 7an" kata Dimas

"iya, biar Dimas besuk yang jemput, aku pasti bangun telat" kata Rara mengiyakan perkataan Dimas.

"nggak usah, besuk bisa naik angkutan umum. terimakasih kalian sudah mengkhawatirkan ku, kalian sahabat terbaikku" senyum Zivannya.

"idih, siapa yang mau jadi teman baik Dimas. ogah aku mah" cibir Rara kembali ketus kepada Dimas.

"kalo gitu jadi kekasihmu aja ya Ra, mumpung ada Zivannya yang menjadi saksi. kamu setuju kan Zi" tanya Dimas.

"absolutly 100 persen" tawa Zivannya mendengar pertengkaran mereka berdua.

"ogah, cari cewek lain aja" jawab Rara.

"ayolah Ra, kamu kan tau kalo aku menyukaimu dari pertama kali bertemu. jangan selalu menjauh begitu" kata Dimas pelan.

"Zivannya aja bisa menolak banyak cowok yang suka sama dia, kenapa aku nggak bisa menolakmu" kata Rara.

Zivannya menatap ponsel Aga yang berisi pertengkaran mereka. Aga tertawa pelan melihat tingkah Zivannya yang merasa tidak enak.

"maaf kak, mereka kalo ketemu mesti bertengkar. tapi kalo nggak ketemu suka nyari satu sama lain" kata Zivannya menutup percakapannya dengan Rara sepihak. Aga menganggukkan kepalanya mengerti.

"makasih kak, sudah mengantar sampai kost. terimakasih sudah membawa keklinik dan mentraktir makan tadi" kata Zivannya sebelum turun dari mobil, Aga mengangguk tersenyum.

"aku pulang dulu, jangan lupa untuk menghadap kiblat sebelum tidur dan disepertiga malam" pesan Aga sebelum mobil meninggalkan halaman kost Zivannya. Zivannya hanya mengangguk pelan.

masuk kamar Zivannya segera membersihkan diri kekamar mandi yang terletak disudut kamarnya, melaksanakan kewajibannya sebelum merebahkan diri karena kepalanya yang pusing dan sedikit demam.

jam menunjukkan pukul 4.30 pagi, saatnya untuk menghadap kiblat.

Zivannya memakai jeans longgar, kemeja merah bata yang dilipat dibawah lengan, sepatu sneakers hitam kesukaannya, mengikat ekor kuda rambutnya yang agak panjang, meminum air mineral dari galon disudut kamarnya.

setelah dirasa siap untuk kuliah, Zivannya melangkahkan kaki keluar kamar, menguncinya karena waktu sudah menunjukkan pukul 7 lebih. kuliah paginya dimulai pukul 8.

Zivannya mengerutkan keningnya melihat sosok Aga berdiri disamping mobilnya seperti sedang menunggunya. Aga tersenyum lebar melihat Zivannya yang keluar dari rumah kost-an nya.

"ngapain kak pagi-pagi udah disini. nggak apel pagi" tanya Zivannya mendekati Aga, yang membukakan pintu untuknya memberi isyarat untuknya masuk. Zivannya menarik nafasnya berat kemudian masuk kedalam mobil.

"kenapa memangnya, nggak boleh jemput kamu berangkat kekampus" tanya Aga menjalankan mobilnya.

"nggak ada kewajiban Kakak untuk mengantarku kemanapun" geleng Zivannya menatap Aga tajam. Aga tertawa pelan menyodorkan sekotak roti untuk Zivannya.

"aku tau kamu belum sarapan, jangan membantah karena aku nggak mau kamu tidak bisa konsentrasi saat dikelas nanti akibat kelaparan" kata Aga tegas.

Zivannya segera memakannya tanpa bersuara, menatap lurus kedepan. Aga menyodorkan cup coklat hangat. Zivannya meraihnya dan meminumnya setengah, meletakkan kembali disamping tempat meletakkan cup coklat hangatnya.

"aku tidak habis kak, ini terlalu banyak buatku" sodor Zivannya menggelengkan kepalanya. Aga meraih roti ukuran besar yang disodorkan Zivannya kepadanya dan segera memakannya. Zivannya hanya memandang sikap Aga yang menurutnya aneh.

"kenapa, mubazirkan makanan dibuang, apa kamu punya penyakit menular" tanya Aga melihat ekspresi Zivannya.

"ada, langsung tidur jika ketemu bantal" jawab Zivannya sekenanya. Aga tergelak mendengar ucapan Zivannya yang menurutnya lucu.

"oh ya Zi, dibelakang ada sesuatu buatmu. ambil dulu" kata Aga teringat sesuatu. Zivannya menoleh kebelakang dan meraih sebuah paperbag, membukanya perlahan.

"itu untuk mengganti ponselmu yang kemarin hilang, sudah ada nomer baru. nomerku sudah ada diurutan pertama dipanggilan cepat." kata Aga menjelaskan panjang lebar. Zivannya membuka box ponsel baru, menatapnya lama.

"kenapa kak, aku tidak suka seperti ini" pandang Zivannya menutup kembali box ponsel baru.

"kenapa kamu tidak suka dengan modelnya, apa mau ganti dengan yang lain" pandang Aga menatap Zivannya sesaat.

"tidak, ini terlalu mahal buatku kak, aku nggak bisa menerimanya. ponselku hanya biasa aja." geleng Zivannya.

Aga menyeruput coklat hangat Zivannya tadi. "it's oke, aku udah lama memiliki ponsel ini dirumah, nggak ada yang make dari pada hanya tergeletak mending kamu yang pake. kebetulan ponselmu hilang karena jatuh, ya sudah. kebetulan sekali" pandang Aga.

Zivannya menggeleng.

"jika kamu sudah punya ponsel baru, kamu bisa jual aja, untuk nambah beli yang baru. beneran Zi, dirumah hanya tersimpan diatas meja. nggak ada yang pake. aku hanya butuh ini aja" kata Aga memperlihatkan ponsel yang kemarin dipake Zivannya.

"kenapa kakak begitu baik padaku, kita kenal aja baru kemarin kak, itupun bukan sepenuhnya tanggung jawab kakak. aku juga salah karena berada ditempat kejadian" pandang Zivannya lembut. Aga menatap manik mata Zivannya yang membiusnya.

"karena aku mencintaimu pada pandangan pertama menatapmu" ucap Aga didalam batinnya.

hai hai hai... para readers, love you all sekebon pisang, biar bisa dibuat pisang goreng yang banyak hehehehehe..

selamat menikmati cerita kedua kalang di sini. jadi mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam merangkai kata dan kalimat.

ciehhh... udah kayak mau tampil dikondangan aja nih hahahaha...

dukung yaaa... karya keduaku.

love...love...love all sekebon pisang biar bisa bikin pisang goreng banyak..

thanks a lot pisang sekebon...😘

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Waah gercep juga si Aga 😂😂😜

2023-07-09

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Whaat apa maksudnya dia suruh Vannya mencium tangannya dan dia mencium kening Vannya?? Udah kayak suami istri aja..Kok bisa gitu 🤫🤫😇😇

2023-07-09

0

Manggu Manggu

Manggu Manggu

bagus cerita 💪👍

2022-11-04

0

lihat semua
Episodes
1 chapter 1
2 chapter 2
3 chapter 3
4 chapter 4
5 chapter 5
6 chapter 6
7 chapter 7
8 chapter 8
9 chapter 9
10 chapter 10
11 chapter 11
12 chapter 12
13 chapter 13
14 chapter 14
15 chapter 15
16 chapter 16
17 chapter 17
18 chapter 18
19 chapter 19
20 chapter 20
21 chapter 21
22 chapter 22
23 chapter 23
24 chapter 24
25 chapter 25
26 chapter 26
27 chapter 27
28 chapter 28
29 chapter 29
30 chapter 30
31 chapter 31
32 chapter 32
33 chapter 33
34 chapter 34
35 chapter 35
36 chapter 36
37 chapter 37
38 chapter 38
39 chapter 39
40 chapter 40
41 chapter 41
42 chapter 42
43 chapter 43
44 chapter 44
45 chapter 45
46 chapter 46
47 chapter 47
48 chapter 48
49 chapter 49
50 chapter 50
51 chapter 51
52 chapter 52
53 chapter 53
54 chapter 54
55 chapter 55
56 chapter 56
57 chapter 57
58 chapter 58
59 chapter 59
60 chapter 60
61 chapter 61
62 chapter 62
63 chapter 63
64 chapter 64
65 chapter 65
66 chapter 66
67 chapter 67
68 chapter 68
69 chapter 69
70 chapter 70
71 chapter 71
72 chapter 72
73 chapter 73
74 chapter 74
75 chapter 75
76 chapter 76
77 chapter 77
78 chapter 78
79 chapter 79
80 chapter 80
81 chapter 81
82 chapter 82
83 chapter 83
84 chapter 84
85 chapter 85
86 chapter 86
87 chapter 87
88 chapter 88
89 chapter 89
90 chapter 90
91 chapter 91
92 chapter 92
93 chapter 93
94 chapter 94
95 chapter 95
96 chapter 96
97 chapter 97
98 chapter 98
99 chapter 99
100 chapter 100
101 chapter 101
102 chapter 102
103 chapter 103
104 chapter 104
105 chapter 105
106 chapter 106
107 chapter 107
108 chapter 108
109 chapter 109
110 chapter 110
111 chapter 111
112 chapter 112
113 chapter 113
114 chapter 114
115 chapter 115
116 chapter 116
117 chapter 117
118 chapter 118
119 chapter 119
120 chapter 120
121 chapter 121
122 chapter 122
123 chapter 123
124 chapter 124
125 chapter 125
126 chapter 126
127 chapter 127
128 chapter 128
129 chapter 129
130 chapter 130
131 chapter 131
132 chapter 132
133 chapter 133
134 chapter 134
135 chapter 135
136 chapter 136
137 chapter 137
138 chapter 138
139 chapter 139
140 chapter 140
141 chapter 141
142 chapter 142
143 chapter143
144 chapter 145
145 chapter 146
146 chapter 146
147 chapter147
148 chapter 148
149 chapter 149
150 chapter 150
151 chapter 151
152 chapter 152
153 chapter 153
154 chapter 154
155 chapter 155
156 chapter 156
157 chapter 157
158 chapter 158
159 chapter 159
160 chapter 160
161 chapter 161
162 chapter 162
163 chapter 163
164 chapter 164
165 chapter 165
166 chapter 166
167 chapter 167
168 chapter 168
169 chapter 169
170 chapter 170
171 chapter 171
172 chapter 172
173 chapter 173
174 chapter 174
175 chapter 175
176 chapter 176
177 chapter 177
178 chapter 178
179 chapter 179
180 chapter 180
181 chapter 181
182 chapter 182
183 chapter 183
184 chapter 184
185 chapter 185
186 chapter 186
187 chapter 187
188 chapter 188
189 pengumuman
190 chapter 189
191 chapter 190
Episodes

Updated 191 Episodes

1
chapter 1
2
chapter 2
3
chapter 3
4
chapter 4
5
chapter 5
6
chapter 6
7
chapter 7
8
chapter 8
9
chapter 9
10
chapter 10
11
chapter 11
12
chapter 12
13
chapter 13
14
chapter 14
15
chapter 15
16
chapter 16
17
chapter 17
18
chapter 18
19
chapter 19
20
chapter 20
21
chapter 21
22
chapter 22
23
chapter 23
24
chapter 24
25
chapter 25
26
chapter 26
27
chapter 27
28
chapter 28
29
chapter 29
30
chapter 30
31
chapter 31
32
chapter 32
33
chapter 33
34
chapter 34
35
chapter 35
36
chapter 36
37
chapter 37
38
chapter 38
39
chapter 39
40
chapter 40
41
chapter 41
42
chapter 42
43
chapter 43
44
chapter 44
45
chapter 45
46
chapter 46
47
chapter 47
48
chapter 48
49
chapter 49
50
chapter 50
51
chapter 51
52
chapter 52
53
chapter 53
54
chapter 54
55
chapter 55
56
chapter 56
57
chapter 57
58
chapter 58
59
chapter 59
60
chapter 60
61
chapter 61
62
chapter 62
63
chapter 63
64
chapter 64
65
chapter 65
66
chapter 66
67
chapter 67
68
chapter 68
69
chapter 69
70
chapter 70
71
chapter 71
72
chapter 72
73
chapter 73
74
chapter 74
75
chapter 75
76
chapter 76
77
chapter 77
78
chapter 78
79
chapter 79
80
chapter 80
81
chapter 81
82
chapter 82
83
chapter 83
84
chapter 84
85
chapter 85
86
chapter 86
87
chapter 87
88
chapter 88
89
chapter 89
90
chapter 90
91
chapter 91
92
chapter 92
93
chapter 93
94
chapter 94
95
chapter 95
96
chapter 96
97
chapter 97
98
chapter 98
99
chapter 99
100
chapter 100
101
chapter 101
102
chapter 102
103
chapter 103
104
chapter 104
105
chapter 105
106
chapter 106
107
chapter 107
108
chapter 108
109
chapter 109
110
chapter 110
111
chapter 111
112
chapter 112
113
chapter 113
114
chapter 114
115
chapter 115
116
chapter 116
117
chapter 117
118
chapter 118
119
chapter 119
120
chapter 120
121
chapter 121
122
chapter 122
123
chapter 123
124
chapter 124
125
chapter 125
126
chapter 126
127
chapter 127
128
chapter 128
129
chapter 129
130
chapter 130
131
chapter 131
132
chapter 132
133
chapter 133
134
chapter 134
135
chapter 135
136
chapter 136
137
chapter 137
138
chapter 138
139
chapter 139
140
chapter 140
141
chapter 141
142
chapter 142
143
chapter143
144
chapter 145
145
chapter 146
146
chapter 146
147
chapter147
148
chapter 148
149
chapter 149
150
chapter 150
151
chapter 151
152
chapter 152
153
chapter 153
154
chapter 154
155
chapter 155
156
chapter 156
157
chapter 157
158
chapter 158
159
chapter 159
160
chapter 160
161
chapter 161
162
chapter 162
163
chapter 163
164
chapter 164
165
chapter 165
166
chapter 166
167
chapter 167
168
chapter 168
169
chapter 169
170
chapter 170
171
chapter 171
172
chapter 172
173
chapter 173
174
chapter 174
175
chapter 175
176
chapter 176
177
chapter 177
178
chapter 178
179
chapter 179
180
chapter 180
181
chapter 181
182
chapter 182
183
chapter 183
184
chapter 184
185
chapter 185
186
chapter 186
187
chapter 187
188
chapter 188
189
pengumuman
190
chapter 189
191
chapter 190

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!