beberapa foto Aga dan dirinya terdapat didalamnya. "eh, darimana foto ini diambil ya" kerut Zivannya mengingatnya.
Rara tertawa pelan melihat foto Zivannya dan Aga. "ganteng juga pak komandan" lihat Rara kearah ponsel Zivannya.
"biasa aja menurutku" kata Zivannya melihat keluar kantin. tanpa sengaja dilihatnya Aga berjalan masuk dengan seorang gadis cantik yang terlihat anggun. Zivannya mematung seketika dan tersadar sesaat kemudian, meraih ponselnya untuk diaktifkan dalam mode getar agar tidak menimbulkan kehebohan.
Rara yang melihat keganjilan perilaku Zivannya menoleh kearah pandangan Zivannya tadi dan seketika melihat apa yang dilihat Zivannya. Rara menggenggam tangan Zivannya memberi kekuatan.
"kenapa Ra" kerut Zivannya heran melihat tingkah Rara. Rara tersenyum lebar dan menggelengkan kepala. tidak lama ponsel Zivannya bergetar beberapa kali, menandakan panggilan dari Aga. tampak dari kejauhan Aga beberapa kali menghubungi Zivannya, tapi tidak diangkat membuat Aga menatap ponselnya beberapa kali.
"kamu nggak coba angkat Zi" tanya Rara melirik ponsel Zivannya yang bergetar kembali, Zivannya tersenyum dan menggeleng. dari jauh Dimas berjalan mendekat dan segera duduk disamping Rara.
"aku cariin, dari tadi juga nggak ketemu. ternyata kekantin lain. mau tebar pesona ya kalian" pandang Dimas menyeruput minuman Rara. Rara ingin menahan Dimas yang menghabiskan minumannya, namun gagal karena sudah keburu habis. "beliin lagi sana, air mineral juga" pandang Rara, Dimas mengangguk.
"anak itu kebiasaan nggak liat minumanku nganggur" gerutu Rara. Zivannya menghabiskan makanannya dan meminum jeruk panasnya.
"kamu pulang kekampus bareng Dimas kan, aku langsung ke kedai aja ya.." pandang Zivannya menyandarkan bahunya disandaran kursi. Rara mengangguk.
"jam berapa shift mu" tanya Rara menghabiskan makanannya juga.
"nanti jam 3, ada extra sebentar, seperti biasa" senyum Zivannya.
"zi, minuman jerukmu" seru Dimas, Rara dan Zivannya menoleh cepat. Aga yang mendengar panggilan Dimas segera menoleh. Rara memukul bahu Dimas pelan setelah mendekat.
"kebiasaan, ini bukan kampus kita, jangan kenceng-kenceng ngomongnya nggak enak sama yang lain" pandang Rara. Dimas nyengir merasa bersalah. Zivannya memasukkan dan memakai tas ranselnya sesaat setelah Dimas duduk.
"Dim, titip Rara, kekampus ya. tadi kita naik motorku. aku mau berangkat kerja dulu" kata Zivannya cepat sebelum Aga berjalan mendekati mereka, setengah berlari meninggalkan kantin kedokteran dan segera melajukan motornya sedikit lebih cepat walau Aga berusaha mengejarnya.
Aga mengumpat pelan karena kesal dengan sikap Zivannya yang tidak mendengar penjelasannya.
Aga berjalan kembali ke kantin untuk menemui sahabat Zivannya dan ingin bertanya, namun Rara dan Dimas sudah tidak ada didalam. Aga mengeratkan rahangnya tanda semakin kesal, dan berpamitan dengan teman wanitanya yang tadi bersamanya.
sudah dua minggu lebih Zivannya membiarkan panggilan dan chat dari Aga, baginya tidak ada yang harus disalahkan dan perlu dijelaskan karena memang tidak ada apa-apa diantara mereka. Zivannya sedikit merasakan sakit dihatinya akibat melihat Aga bersama gadis lain.
Zivannya menitikkan air mata menahan rasa sakit didadanya yang tidak pernah dia rasakan saat dekat dengan cowok lain, dengan cowok lain sikap Zivannya terlihat biasa saja dan cenderung cuek karena memang tidak ada rasa lebih bagi Zivannya. namun berbeda dengan sikapnya terhadap Aga yang membuatnya merasakan nyeri disudut hati. Zivannya membuka beberapa foto yang diambil sembunyi-sembunyi oleh Aga saat mereka melewati moments Zivannya terluka.
"hallo Zi" panggilan dari Dimas.
"kenapa Dim, tumben menghubungiku" tanya Zivannya.
"bisa temani Rara nggak, dia sedikit demam saat ini" tanya Dimas. Zivannya terdiam sejenak.
"aku sekarang baru kerja, sebentar lagi shift ku akan segera berakhir setengah jam lagi" jawab Zivannya cepat.
"baiklah, aku tunggu Rara sebelum kamu datang" jawab Dimas.
"baiklah, aku akan segera kesana. dirumah Rara kan" tanya Zivannya sambil meracik minuman.
"he em, Rara nggak papa, hanya kamu tau kan kalo dia sakit akan manja" jawab Dimas.
"baiklah, aku kerja dulu, bye" salam Zivannya menutup panggilannya.
"kenapa Zi" tanya Wulan, temannya kerja. Zivannya menoleh. "Rara sakit, suruh nemenin nanti" jawab Zivannya. Wulan mengangguk, mengerti bahwa Rara sahabatnya Zivannya kuliah dan sering mampir ke kedai.
Zivannya segera melajukan motornya setelah jam kerjanya selesai, meninggalkan kedai dan menuju rumah Rara yang letaknya lumayan jauh. ditengah perjalanan, tampak beberapa polisi sedang melakukan pengamanan jalan. Zivannya juga turut diberhentikan oleh seorang polisi lalu lintas, "maaf nona, ikut dengan kami sebentar." kata polisi tersebut memberi tahu Zivannya untuk menepi. Zivannya mengerutkan keningnya tanda bertanya ada apa, kenapa diri saja yang disuruh menepi.
"kenapa ya mas, apa saya salah ya, yang lain kenapa dibiarkan saja" tanya Zivannya heran.
"sebaiknya menepi dulu nona, kami akan menjelaskan lebih detail nantinya" senyum petugas polisi lalu lintas. Zivannya menurut dan menepikan motornya kedekat mobil patroli.
"hallo Dim, aku sedikit ada trouble dijalan jadi agak terlambat sampai dirumah Rara" beritahu Zivannya.
"kenapa emangnya" tanya Dimas.
"ada razia polisi, aku baru disuruh menepi dulu" jawab Zivannya.
"aku samperin kesana ya" kata Dimas kuatir.
"nggak usah, kamu tungguin Rara dulu aja, semoga tidak lama urusannya. nanti aku langsung kesana kalo disini udah selesai" kata Zivannya.
"baiklah, hati-hati dijalan. jangan kuatir. aku akan jagain Rara" tutup Dimas. Zivannya menatap layar ponselnya sesaat dan menunggu petugas polisi yang menghentikannya tadi.
"pake Hoodienya, nanti sakit" sodor seseorang. Zivannya mendongak dan menatap Aga yang berdiri tepat dihadapannya yang hanya berjarak beberapa centi, Zivannya hanya diam melihat Aga yang memegang Hoodie abu-abu miliknya. Aga yang melihat Zivannya hanya diam, segera memakaikan Hoodie miliknya kebadan Zivannya dan memakaikan helmetnya.
"ayo aku antar" pandang Aga yang sudah duduk didepan motor Zivannya.
"aku bisa sendiri kak, aku abis kerja dan mau kerumah Rara yang sedang sakit" kata Zivannya tersadar. Aga tetap diam dan menunggu Zivannya naik motor. Zivannya menghembuskan nafasnya panjang dan berjalan mendekat kearah motor dan kemudian membonceng dibelakang. Aga segera melajukan motor Zivannya dengan kecepatan sedang.
"pegangan, nanti jatuh" kata Aga sedikit menoleh, Zivannya segera memeluk badan Aga dari belakang yang dibalut jaket denim, menyandarkan kepalanya dibahu Aga.
"kamu tahu jam berapa sekarang" tanya Aga agak tinggi nadanya.
"jam 11 malam" jawab Zivannya cepat, tanpa mengangkat kepalanya.
"kenapa kamu nggak membalas panggilan dan chat ku dua minggu lebih" tanya Aga.
"aku ada kegiatan kampus di Malang, baru 2 hari pulang" jawab Zivannya.
Aga menepikan motor Zivannya dipinggir jalan dan mematikan motornya berbalik menatap Zivannya yang menunduk.
"Zi, tatap mata kakak" pandang Aga melepas helmet nya, Zivannya menatap Aga dengan airmata yang sudah turun. Aga menghapus airmata Zivannya dengan jarinya.
"kenapa" tanya Aga menatap Zivannya lembut. Zivannya menggelengkan kepalanya.
Aga melepas helmet Zivannya dan memeluk Zivannya erat, mengecup kepala Zivannya berulangkali.
"ayo aku antar kerumah Rara" kata Aga setelah Zivannya sudah tidak menangis, Zivannya mengangguk dan membiarkan Aga memakaikannya helmet. motor kembali melaju sedang menuju rumah Rara.
"besuk aku jemput jam berapa" tanya Aga setelah sampai dihalaman rumah Rara yang luas.
"besuk aku kabari aja" kata Zivannya melepas helmet. Aga memandang Zivannya tidak percaya.
"aku akan mengabari kakak nanti" jawab Zivannya kembali, Aga menyodorkan tangan kanannya, Zivannya segera mencium punggung tangan Aga yang mengecup keningnya pelan.
"jangan lupa sujud di sepertiga malam" pesan Aga, Zivannya tersenyum dan mengangguk. Aga mengendarai motor Zivannya menjauh.
"diantar siapa Zi" tanya Dimas membuka pintu rumah Rara.
"diantar kak Aga, kamu langsung pulang" tanya Zivannya melihat Dimas yang keluar dari rumah, Dimas mengangguk.
"iya, aku langsung pulang aja. besuk siang aku kesini" angguk Dimas menyalakan motor lelakinya. Zivannya mengangguk dan melambaikan tangannya dan segera masuk rumah, mendapati Rara yang sudah tertidur lelap karena minum obat. Zivannya segera membersihkan dirinya dikamar mandi yang ada didalam kamar Rara yang luas. meminjam celana pendek dan t-shirt Rara yang ada di walk closet.
pagi hari jendela kamar sudah terbuka dan matahari menampakkan sinarnya malu-malu. Zivannya menggeliat dan melihat Rara yang masih ber gelung selimut disampingnya.
setelah melaksanakan kewajiban paginya, Zivannya kembali merebahkan dirinya karena badannya yang capek.
jam menunjukkan pukul 9 pagi, hari ini untungnya hari Sabtu. jadi tidak ada kuliah sehingga membuat Zivannya dapat beristirahat lebih lama.
Zivannya meraih ponselnya, mendapati ada beberapa panggilan dan chat dari Aga yang menanyakan keberadaannya. Zivannya menjawab chat Aga bahwa dirinya baru saja bangun dan tidak mendengar panggilan karena ponsel dibuat mode senyap Zivannya.
tak lama Aga melakukan panggilan video kepadanya Zivannya melambaikan tangannya kelayar ponselnya. Aga tertawa lebar melihat keadaan Zivannya yang menutup mukanya dengan tangan.
"kewajiban subuh sudah belum tadi" tanya Aga melihat Zivannya yang menganggukkan kepala.
"tidur lagi" tanya Aga meminum air mineral. Zivannya kembali menganggukkan kepalanya.
"masih tidur Rara nya" tanya Aga menatap layar ponselnya lekat, melihat rambut Zivannya yang tergerai kemana-mana. Zivannya mengangguk dan menggeser layarnya kesamping dimana Rara tidur dengan memunggunginya.
"kamu nggak ada shift kerja nanti" tanya Aga menatap Zivannya.
"berangkat jam 1 hingga jam 8 malam kak" jawab Zivannya membuka selimutnya dan duduk ditepi ranjang.
"mau aku jemput saat makan siang" tanya Aga menatap Kaila yang sedang mengikat rambutnya model bun sehingga menampakkan leher mulus putih Zivannya.
"iya kak, biar tidak terburu-buru" angguk Zivannya melangkahkan kakinya keluar kamar. Aga melihat Zivannya yang hanya memakai celana pendek dan t-shirt abu-abu melekat di badannya
"Zi, dirumah ada siapa" pandang Aga tidak tenang.
"nggak ada kak, hanya bibik dan mamang aja, itupun dirumah belakang. mama dan papanya Rara sedang keluar kota" jawab Zivannya meletakkan ponselnya dan mengambil air putih digelas.
"kamu terlalu seksi Zi" kata Aga tegas. Zivannya menghentikan minumnya dan menatap layar ponselnya.
"apanya" kerut Zivannya tidak paham dengan arah pembicaraan Aga, Aga mendesah berat dan mengusap rahangnya kasar.
"aku sedang dikantor ini Zi, kamu hanya memakai celana pendek yang menampakkan kakimu yang putih, t-shirt mu yang kecil, dan kamu tidak memakai underwear kan" kata Aga gusar. Zivannya tersedak air yang diminumnya dan mengelapnya dengan punggung tangan.
"kenapa sampai segitunya sih kak" pandang Zivannya kesal.
"lha kamu yang membuat pemandangan itu" jawab Aga. Zivannya memburamkan layarnya.
"Zi, apa kamu membuat pemandangan kayak gini ke cowok lain" tanya Aga cepat.
"tidak pernah, kurang kerjaan banget aku nya. hanya kakak yang berani menghubungi ku kapan aja. ini juga karena ponsel yang kakak kasih terlalu jernih layarnya" kesal Zivannya. Aga tertawa lebar merasa senang karena dia hanya satu-satunya yang melihat tubuh Zivannya habis bangun tidur.
"Dimas kemana, dia nggak lagi disitu kan" tanya Aga.
"nggak, dia nanti siang njagain Rara. aku kerja dia datang, nanti aku kenalin ke anaknya kalo dah nyampe" jawab Zivannya. Aga menganggukkan kepalanya.
"aku harus bekerja dulu Zi nanti aku jemput" jawab Aga mengakhiri percakapan. Zivannya segera meraih roti tawar dan mengoleskan selai coklat membawanya kekamar Rara.
"udah bangun Ra" buka pintu Zivannya. Rara menatap Zivannya dan mengangguk.
"udah mendingan juga, makasih mau menemaniku tadi malam Zi" kata Rara. Zivannya mengangguk sambil makan.
"Dimas nanti kesini saat aku berangkat kerja" ingatkan Zivannya. Rara mengangguk sambil berlalu menuju kamar mandi.
hai hai hai... para readers, love you all sekebon pisang, biar bisa dibuat pisang goreng yang banyak hehehehehe..
selamat menikmati cerita pertama kalang di sini. jadi mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam merangkai kata dan kalimat.
ciehhh... udah kayak mau tampil dikondangan aja nih hahahaha...
dukung yaaa... karya keduaku.
love...love...love all sekebon pisang biar bisa bikin pisang goreng banyak..
thanks a lot pisang sekebon...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Fitzu Taufik
ok q masih menyimak
2022-11-05
0