"karena aku mencintaimu pada pandangan pertama menatapmu" ucap Aga didalam batinnya.
"Tapi kak" potong Zivannya tidak suka.
"nggak ada tapi-tapian. jika kamu nggak suka buang aja, aku nggak butuh ponsel itu" pandang Aga tajam menatap Zivannya. Zivannya menghela nafasnya panjang seraya menekan dadanya yang sesak menerima kebaikan dari Aga.
"kamu pulang naik apa" tanya Aga setelah mereka saling diam cukup lama.
"motorku ada dikampus kemarin. setelah selesai kuliah, aku harus kerja dikedai minuman di jalan x" jawab Zivannya menjelaskan tanpa diminta.
"sampai jam berapa" tanya Aga kembali. Zivannya menoleh, "sampai jam 10 malam, ini weekend. biasanya kedai lebih rame jadi kita ada extra lembur" jawab Zivannya.
"udah berapa lama kamu kerja disana" tanya Aga menatap Zivannya.
"semester dua" jawab Zivannya. Aga menepikan mobilnya diparkiran, Zivannya melepas seat beltnya.
"makasih kak atas semuanya, hati-hati dijalan. maaf telah merepotkan" senyum Zivannya menatap Aga. Aga menganggukkan kepalanya dan mengulurkan tangan kanannya. Zivannya meraih dan mencium punggung tangannya, Aga meraih kepala Zivannya mencium kening Zivannya lembut.
"kabari jika kemana-mana" senyum Aga. Zivannya mengangguk sambil membuka pintu mobil. Aga segera melajukan mobilnya meninggalkan pelataran kampus Zivannya.
"Zivannya" seru Rara, Zivannya menoleh tersenyum melihat Rara yang berlarian kearahnya, memeluknya erat.
"kamu baik-baik saja kan Zi" tanya Rara memutar tubuh Zivannya.
"baik Ra, nggak usah lebay. tapi tolong jangan kencang-kencang memegang siku tangan ku. masih sakit" ringis Zivannya melepaskan tangan Rara dari siku tangannya.
Rara refleks melepaskan tangannya. "maaf Zi, nggak tau, kamu nggak bilang" kata Rara ikutan meringis. Zivannya memperlihatkan luka yang ditutup perekat agar tidak terkena air.
"astaga Zi, kenapa sampai begini" lihat Rara tak menyangka lukanya akan selebar itu.
"di kaki juga ada, makanya kemarin ditolong oleh komandannya. aku kayak kucing aja waktu dia ngangkat tubuhku untuk ke tepi jalan. badan polisinya kecil-kecil tapi nabraknya kencang banget" geleng kepala Zivannya.
"trus gimana, kamu marah-marah nggak, eh.. nggak mungkin kalo kamu marah-marah. biasanya yang bagian itu aku yang ambil peran" kata Rara mengingat dirinya sendiri. Zivannya tertawa kecil.
"komandannya baik, nganter ke klinik terdekat, kalo nggak aku bisa disitu seharian. makanya kalo ada apa-apa itu inget kalo bareng temen. langsung pergi aja" sungut Zivannya. Rara tertawa lebar, menyadari tingkahnya yang selalu selonong girl.
"iya-iya, maaf bu. aku yang salah" minta maaf Rara. Zivannya meraih lengan bahu Rara dan berjalan bersama menuju kelas.
"ngomong-ngomong tadi yang nganter siapa Zi. tumben kamu dianter. emang punya saudara" tanya Rara pingin tahu.
"itu tadi komandan polisi yang kemarin nganter pulang. tadi pagi udah nongol aja didepan kostan, maksa nganter kuliah" pandang Zivannya menghela nafas berat. Rara menatap Zivannya heran.
"tumben, roman-romannya ada yang jatuh cinta nih" tanya Rara menaik turunkan alisnya, Zivannya menggeleng cepat.
"nggak Ra, orangnya baik. dia merasa nggak enak hati karena anak buahnya menabrakku saat mengejar tersangka" jawab Zivannya.
"ada juga nggak papa Zi, aku juga ikut senang, ganteng nggak komandannya. udah berumur dong, dapet yang setengah tua" tawa Rara. Zivannya tersenyum kecil.
"namanya Bagaskara, umurnya 25 tahun ini" jawab Zivannya. Rara membelalakkan matanya terkejut sambil menutup mulutnya yang terbuka lebar.
Zivannya menganggukkan kepalanya melihat ekspresi Rara.
"yang bener Zi, masih muda banget dong. pasti ganteng banget nih komandan" antusias Rara. Zivannya tertawa kecil, menuju bangku dan mengeluarkan notulennya.
"kamu harus memberitahu detailnya nanti Zi, jangan sampai tidak" kata Rara setengah mengancam Zivannya, karena dosen telah masuk untuk memberi materi kuliah.
selama dua jam mata kuliah, mereka mendengarkan sesi kuliah dan membicarakan tugas yang harus mereka kerjakan.
"aduh, kenapa tugasnya tambah berat sih" gerutu Rara yang merasa semakin berat beban mata kuliah setiap semesternya.
"kenapa mesti ngeluh Ra, biasanya setiap minggu juga tugas seabrek" toleh Zivannya, Rara menggeram pelan.
"pusing Zi, kalo liat terlalu banyak tugas" geleng kepala Rara.
"ngerjain tugas tempatku aja ya" pandang Rara. Zivannya belum menjawab Rara, dering ponsel membuyarkan percakapan mereka, Rara meraih ponselnya.
"bukan punyaku" geleng Rara. Zivannya terdiam sebentar, segera meraih ponsel didalam tas ranselnya dan ternyata dugaaannya benar, ponselnya yang berbunyi. Rara memandangnya heran.
"hallo" salam Zivannya.
"masih dikelas" tanya Aga.
"masih kak, baru aja selesai kelas pertama, setengah jam lagi ada kelas kedua." jawab Zivannya.
"dengan siapa" tanya Aga.
"dengan Rara" jawab Zivannya menatap Rara yang senyum-senyum menatapnya.
"ya udah, nanti hubungi aku.
setelah kewajiban hari Jum'atku selesai." kata Aga menutup percakapannya.
Zivannya menatap ponsel barunya sesaat.
"cie-cie ada yang lagi berbunga-bunga nih" tawa lebar Rara menggoda Zivannya.
Zivannya membereskan perlengkapan dan segera beranjak keluar kelas.
"Zivannya jelek, tunggu" seru Rara bergegas menyusul langkah Zivannya.
"jangan terlalu bersemangat kenapa sih Zi, jantungku nggak kuat menahan panggilan kakak" tawa Rara menggoda Zivannya lagi.
"panggilan kakak siapa" tanya Dimas tiba-tiba. Rara berjingkrak kaget menatap Dimas kesal.
"Dimas, jangan suka ngagetin orang kenapa sih. mau aku kena serangan jantung setiap ketemu" pegang dada Rara saking kagetnya. Dimas memegang tangan Rara yang berada didadanya.
"nggak kenapa-kenapa" geleng Dimas, Rara memukul bahu Dimas pelan.
"nggak lucu tau Dim" tatap Rara sengit. Zivannya tersenyum tertahan, melihat mereka berdua.
"yuk Dim, masuk kelas" kata Zivannya. Dimas melangkah disamping Zivannya meninggalkan Rara yang hanya diam memandang mereka berdua.
"dasar sahabat nggak ada akhlak, main tinggal aja." gerutu Rara pelan mengikuti mereka dari belakang.
"kemarin kamu nggak papa kan Zi" pandang Dimas.
"nggak papa Dim, makasih ya sudah menemani dan membantu Rara yang mengkhawatirkan ku" senyum Zivannya. Dimas menatap Rara.
"dia hanya ingat ketika sedang susah. kalo lagi senang nggak mau mengingatku" jawab Dimas.
"nggak juga Dim, kalo lagi berdua, dia sering mengingatmu. udah makan belum, sekarang dimana, apa kamu baik-baik saja" jawab Zivannya.
"ish Zi, kapan aku ngomong gitu, suka ngarang nih" pukul bahu Rara pelan. Zivannya nyengir meringis.
"eh, maaf Zi. kelepasan... maaf.." kata Rara menyadari lengan Zivannya terluka.
"kenapa memangnya, tangannya terluka ya" tanya Dimas melihat Rara. Rara mengangguk.
"apa sudah diobati, kenapa nggak minta tolong Rara berobat" tanya Dimas.
"udah beres Dim, Rara suka jahil" jawab Zivannya.
"kelas sudah mau mulai, buruan ayo" kata Rara, mereka bergegas menuju ruang kuliah yang beberapa langkah lagi sampai.
"kalian mau nunggu dikantin aja" tanya Dimas menatap dua gadis didepannya.
"iya, kalo selesai kewajiban Jum'at nya langsung kekantin aja" kata Zivannya menatap Dimas. Dimas memberi isyarat dengan jarinya tanda Ok dan bergegas keluar dari ruang kelas menuju tempat ibadah kampus.
"Zi, kita kebawah pohon aja ya, biar nggak terlalu terik" pandang Rara.
"ke kedokteran aja makannya Ra, asyik sambil cuci mata" senyum Zivannya. Rara tersenyum mengangguk.
"idemu boleh juga" senyum smirk Rara. mereka bergegas keluar ruangan.
"pake motor aja Ra, lebih cepet nanti balik kekampus ngambil mobilmu" kata Zivannya, Rara mengangguk menuruti saran Zivannya. motor Zivannya keluar dari parkiran menuju fakultas kedokteran.
"makan disini aja Zi, lebih enak untuk melihat yang bening-bening" kata Rara meletakkan nampannya. Zivannya menuruti perkataan Rara. memilih duduk berhadapan dengan Rara.
"ceritakan tentang pak komandan itu Zi" pandang rara sudah dalam mode pingin tahu.
"apanya" kerut Zivannya tidak mengerti arah pembicaraan Rara.
Rara mendengus kesal mendengar jawaban Zivannya yang terkesan polos dan tidak tahu.
"kenapa sampai tadi pagi diantar kekampus, dan ponselmu baru, pasti dibeliin komandan itu kan" selidik Rara. Zivannya mengunyah pelan makanannya.
"kan aku sudah bilang kalo dia tiba-tiba aja udah didepan kostku. aku aja nggak janjian dan nggak tau kalo dia datang pagi-pagi" geleng Zivannya.
"trus darimana dia tahu kalo kamu kuliah pagi dan sendiri" tanya Rara heran.
"itu karena kita kemarin ngobrol lewat ponselnya dia. jadi dia mendengarkan. semuanya..." jawab Zivannya.
"semuanya... " tanya Rara memastikan. Zivannya menganggukkan kepalanya mantap.
"jadi dia denger waktu aku dan Dimas bertengkar dong" lemas Rara nggak menyangka. Zivannya kembali mengangguk-anggukkan kepala.
"duh jadi nggak enak hati nih sama pak komandan, belum ketemu aja udah meninggalkan kesan buruk. gimana nanti kalo ketemu, nggak bisa nggebet dong" pandang Rara menatap Zivannya yang tersenyum lepas.
"udah, tenang aja. orangnya baik kok. nggak akan punya pikiran buruk padamu. aku aja pingin nggak ketemu lagi. lha kamu malah ngebet ingin kenalan" tatap Zivannya.
"aku penasaran aja Zi, masak ada orang sebaik itu, baru pertama kali bertemu sudah baiknya berkali-kali lipat. nggak mungkin kan kalo nggak ada apa-apa" jawab Rara, Zivannya angkat bahu mendengar Rara.
"lha kalo dia nggak ada apa-apa kenapa memberimu ponsel yang terbilang lumayan harganya Zi, kalian kan bertemu baru kemarin. masak dia langsung ngasih ponsel yang harganya diatas rata-rata gitu" pandang Rara.
"katanya dirumahnya ada ponsel nganggur, kemarin dia dengar jika ponselku terjatuh dan hilang, dia merasa bersalah makanya dia memberi gantinya. aku juga sudah menolaknya Ra, katanya jika aku sudah bisa beli ponsel baru, ponsel ini suruh jual aja terus buat nambahin ponsel baru yang aku beli nanti" jawab Zivannya panjang.
"lha kenapa harus diganti, ini ponsel termasuk keluaran terbaru, fiturnya juga udah lengkap, lebih dari cukup untuk kita" jawab Rara.
"ato memang pak komandan memang jatuh cinta padamu saat pandangan pertama Zi" kata Rara serius.
"nggak Ra, mana ada. nggak usah berpikiran terlalu jauh, feelingmu kalo ada cowok baru minta kenalan pasti ada apa-apanya" geleng Zivannya mengibaskan tangannya.
Rara tersenyum lebar "tapi kan banyakan tepat Zi, mereka mendekatimu karena menyukaimu" jawab Zivannya.
"terkadang kamu yang terlalu jauh ngelanturnya Ra, cukup sama Dimas aja kamu mempunyai feeling yang kuat" kata Zivannya. tidak berapa lama ponsel Rara berdering berulang-kali.
"hallo Dim" sapa Rara setelah mengetahui panggilan dari siapa.
"dimana kalian, aku cariin dikantin nggak ada" kata Dimas.
"ada, kita dikantin kedokteran. kamu nyari dimana" tanya balik Rara. Dimas menggeram pelan mendengar jawaban Rara.
"jangan kemana-mana. disitu aja, awas kalo nggak ketemu nanti" ancam Dimas menutup panggilan nya.
"ish nih anak kesurupan kali ya, pake ngancem segala kalo kita nggak boleh kemana-mana" pandang Rara heran menatap ponselnya.
"eh iya Zi, nomer barumu bagi dong" kata Rara ingat. Zivannya mengeluarkan ponselnya. Rara menscan kode dari Zivannya, menyimpannya.
"dari kemarin kamu punya ponsel baru" tanya Rara, Zivannya meminum jeruk panasnya dan menggeleng.
"tadi pagi Ra, saat diantar kekampus. jadi aku belum begitu paham menggunakannya" jawab Zivannya.
"coba lihat apa ada foto pak komandan nggak disitu" tanya Rara pingin tahu. Zivannya membuka galeri di ponsel barunya, ada beberapa foto Aga dan dirinya terdapat didalamnya. "eh, darimana foto ini diambil ya" kerut Zivannya mengingatnya.
hai hai hai... para readers, love you all sekebon pisang, biar bisa dibuat pisang goreng yang banyak hehehehehe..
selamat menikmati cerita pertama kalang di sini. jadi mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam merangkai kata dan kalimat.
ciehhh... udah kayak mau tampil dikondangan aja nih hahahaha...
dukung yaaa...karya keduaku.
love...love...love all sekebon pisang biar bisa bikin pisang goreng banyak..
thanks a lot pisang sekebon...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
kavena ayunda
baru kenal cium kening😂🙄 haduh
2023-08-21
0
Manggu Manggu
samangat terus baca crt author 💪💪
2022-11-04
0