chapter 3

"karena aku mencintaimu pada pandangan pertama menatapmu" ucap Aga didalam batinnya.

"Tapi kak" potong Zivannya tidak suka.

"nggak ada tapi-tapian. jika kamu nggak suka buang aja, aku nggak butuh ponsel itu" pandang Aga tajam menatap Zivannya. Zivannya menghela nafasnya panjang seraya menekan dadanya yang sesak menerima kebaikan dari Aga.

"kamu pulang naik apa" tanya Aga setelah mereka saling diam cukup lama.

"motorku ada dikampus kemarin. setelah selesai kuliah, aku harus kerja dikedai minuman di jalan x" jawab Zivannya menjelaskan tanpa diminta.

"sampai jam berapa" tanya Aga kembali. Zivannya menoleh, "sampai jam 10 malam, ini weekend. biasanya kedai lebih rame jadi kita ada extra lembur" jawab Zivannya.

"udah berapa lama kamu kerja disana" tanya Aga menatap Zivannya.

"semester dua" jawab Zivannya. Aga menepikan mobilnya diparkiran, Zivannya melepas seat beltnya.

"makasih kak atas semuanya, hati-hati dijalan. maaf telah merepotkan" senyum Zivannya menatap Aga. Aga menganggukkan kepalanya dan mengulurkan tangan kanannya. Zivannya meraih dan mencium punggung tangannya, Aga meraih kepala Zivannya mencium kening Zivannya lembut.

"kabari jika kemana-mana" senyum Aga. Zivannya mengangguk sambil membuka pintu mobil. Aga segera melajukan mobilnya meninggalkan pelataran kampus Zivannya.

"Zivannya" seru Rara, Zivannya menoleh tersenyum melihat Rara yang berlarian kearahnya, memeluknya erat.

"kamu baik-baik saja kan Zi" tanya Rara memutar tubuh Zivannya.

"baik Ra, nggak usah lebay. tapi tolong jangan kencang-kencang memegang siku tangan ku. masih sakit" ringis Zivannya melepaskan tangan Rara dari siku tangannya.

Rara refleks melepaskan tangannya. "maaf Zi, nggak tau, kamu nggak bilang" kata Rara ikutan meringis. Zivannya memperlihatkan luka yang ditutup perekat agar tidak terkena air.

"astaga Zi, kenapa sampai begini" lihat Rara tak menyangka lukanya akan selebar itu.

"di kaki juga ada, makanya kemarin ditolong oleh komandannya. aku kayak kucing aja waktu dia ngangkat tubuhku untuk ke tepi jalan. badan polisinya kecil-kecil tapi nabraknya kencang banget" geleng kepala Zivannya.

"trus gimana, kamu marah-marah nggak, eh.. nggak mungkin kalo kamu marah-marah. biasanya yang bagian itu aku yang ambil peran" kata Rara mengingat dirinya sendiri. Zivannya tertawa kecil.

"komandannya baik, nganter ke klinik terdekat, kalo nggak aku bisa disitu seharian. makanya kalo ada apa-apa itu inget kalo bareng temen. langsung pergi aja" sungut Zivannya. Rara tertawa lebar, menyadari tingkahnya yang selalu selonong girl.

"iya-iya, maaf bu. aku yang salah" minta maaf Rara. Zivannya meraih lengan bahu Rara dan berjalan bersama menuju kelas.

"ngomong-ngomong tadi yang nganter siapa Zi. tumben kamu dianter. emang punya saudara" tanya Rara pingin tahu.

"itu tadi komandan polisi yang kemarin nganter pulang. tadi pagi udah nongol aja didepan kostan, maksa nganter kuliah" pandang Zivannya menghela nafas berat. Rara menatap Zivannya heran.

"tumben, roman-romannya ada yang jatuh cinta nih" tanya Rara menaik turunkan alisnya, Zivannya menggeleng cepat.

"nggak Ra, orangnya baik. dia merasa nggak enak hati karena anak buahnya menabrakku saat mengejar tersangka" jawab Zivannya.

"ada juga nggak papa Zi, aku juga ikut senang, ganteng nggak komandannya. udah berumur dong, dapet yang setengah tua" tawa Rara. Zivannya tersenyum kecil.

"namanya Bagaskara, umurnya 25 tahun ini" jawab Zivannya. Rara membelalakkan matanya terkejut sambil menutup mulutnya yang terbuka lebar.

Zivannya menganggukkan kepalanya melihat ekspresi Rara.

"yang bener Zi, masih muda banget dong. pasti ganteng banget nih komandan" antusias Rara. Zivannya tertawa kecil, menuju bangku dan mengeluarkan notulennya.

"kamu harus memberitahu detailnya nanti Zi, jangan sampai tidak" kata Rara setengah mengancam Zivannya, karena dosen telah masuk untuk memberi materi kuliah.

selama dua jam mata kuliah, mereka mendengarkan sesi kuliah dan membicarakan tugas yang harus mereka kerjakan.

"aduh, kenapa tugasnya tambah berat sih" gerutu Rara yang merasa semakin berat beban mata kuliah setiap semesternya.

"kenapa mesti ngeluh Ra, biasanya setiap minggu juga tugas seabrek" toleh Zivannya, Rara menggeram pelan.

"pusing Zi, kalo liat terlalu banyak tugas" geleng kepala Rara.

"ngerjain tugas tempatku aja ya" pandang Rara. Zivannya belum menjawab Rara, dering ponsel membuyarkan percakapan mereka, Rara meraih ponselnya.

"bukan punyaku" geleng Rara. Zivannya terdiam sebentar, segera meraih ponsel didalam tas ranselnya dan ternyata dugaaannya benar, ponselnya yang berbunyi. Rara memandangnya heran.

"hallo" salam Zivannya.

"masih dikelas" tanya Aga.

"masih kak, baru aja selesai kelas pertama, setengah jam lagi ada kelas kedua." jawab Zivannya.

"dengan siapa" tanya Aga.

"dengan Rara" jawab Zivannya menatap Rara yang senyum-senyum menatapnya.

"ya udah, nanti hubungi aku.

setelah kewajiban hari Jum'atku selesai." kata Aga menutup percakapannya.

Zivannya menatap ponsel barunya sesaat.

"cie-cie ada yang lagi berbunga-bunga nih" tawa lebar Rara menggoda Zivannya.

Zivannya membereskan perlengkapan dan segera beranjak keluar kelas.

"Zivannya jelek, tunggu" seru Rara bergegas menyusul langkah Zivannya.

"jangan terlalu bersemangat kenapa sih Zi, jantungku nggak kuat menahan panggilan kakak" tawa Rara menggoda Zivannya lagi.

"panggilan kakak siapa" tanya Dimas tiba-tiba. Rara berjingkrak kaget menatap Dimas kesal.

"Dimas, jangan suka ngagetin orang kenapa sih. mau aku kena serangan jantung setiap ketemu" pegang dada Rara saking kagetnya. Dimas memegang tangan Rara yang berada didadanya.

"nggak kenapa-kenapa" geleng Dimas, Rara memukul bahu Dimas pelan.

"nggak lucu tau Dim" tatap Rara sengit. Zivannya tersenyum tertahan, melihat mereka berdua.

"yuk Dim, masuk kelas" kata Zivannya. Dimas melangkah disamping Zivannya meninggalkan Rara yang hanya diam memandang mereka berdua.

"dasar sahabat nggak ada akhlak, main tinggal aja." gerutu Rara pelan mengikuti mereka dari belakang.

"kemarin kamu nggak papa kan Zi" pandang Dimas.

"nggak papa Dim, makasih ya sudah menemani dan membantu Rara yang mengkhawatirkan ku" senyum Zivannya. Dimas menatap Rara.

"dia hanya ingat ketika sedang susah. kalo lagi senang nggak mau mengingatku" jawab Dimas.

"nggak juga Dim, kalo lagi berdua, dia sering mengingatmu. udah makan belum, sekarang dimana, apa kamu baik-baik saja" jawab Zivannya.

"ish Zi, kapan aku ngomong gitu, suka ngarang nih" pukul bahu Rara pelan. Zivannya nyengir meringis.

"eh, maaf Zi. kelepasan... maaf.." kata Rara menyadari lengan Zivannya terluka.

"kenapa memangnya, tangannya terluka ya" tanya Dimas melihat Rara. Rara mengangguk.

"apa sudah diobati, kenapa nggak minta tolong Rara berobat" tanya Dimas.

"udah beres Dim, Rara suka jahil" jawab Zivannya.

"kelas sudah mau mulai, buruan ayo" kata Rara, mereka bergegas menuju ruang kuliah yang beberapa langkah lagi sampai.

"kalian mau nunggu dikantin aja" tanya Dimas menatap dua gadis didepannya.

"iya, kalo selesai kewajiban Jum'at nya langsung kekantin aja" kata Zivannya menatap Dimas. Dimas memberi isyarat dengan jarinya tanda Ok dan bergegas keluar dari ruang kelas menuju tempat ibadah kampus.

"Zi, kita kebawah pohon aja ya, biar nggak terlalu terik" pandang Rara.

"ke kedokteran aja makannya Ra, asyik sambil cuci mata" senyum Zivannya. Rara tersenyum mengangguk.

"idemu boleh juga" senyum smirk Rara. mereka bergegas keluar ruangan.

"pake motor aja Ra, lebih cepet nanti balik kekampus ngambil mobilmu" kata Zivannya, Rara mengangguk menuruti saran Zivannya. motor Zivannya keluar dari parkiran menuju fakultas kedokteran.

"makan disini aja Zi, lebih enak untuk melihat yang bening-bening" kata Rara meletakkan nampannya. Zivannya menuruti perkataan Rara. memilih duduk berhadapan dengan Rara.

"ceritakan tentang pak komandan itu Zi" pandang rara sudah dalam mode pingin tahu.

"apanya" kerut Zivannya tidak mengerti arah pembicaraan Rara.

Rara mendengus kesal mendengar jawaban Zivannya yang terkesan polos dan tidak tahu.

"kenapa sampai tadi pagi diantar kekampus, dan ponselmu baru, pasti dibeliin komandan itu kan" selidik Rara. Zivannya mengunyah pelan makanannya.

"kan aku sudah bilang kalo dia tiba-tiba aja udah didepan kostku. aku aja nggak janjian dan nggak tau kalo dia datang pagi-pagi" geleng Zivannya.

"trus darimana dia tahu kalo kamu kuliah pagi dan sendiri" tanya Rara heran.

"itu karena kita kemarin ngobrol lewat ponselnya dia. jadi dia mendengarkan. semuanya..." jawab Zivannya.

"semuanya... " tanya Rara memastikan. Zivannya menganggukkan kepalanya mantap.

"jadi dia denger waktu aku dan Dimas bertengkar dong" lemas Rara nggak menyangka. Zivannya kembali mengangguk-anggukkan kepala.

"duh jadi nggak enak hati nih sama pak komandan, belum ketemu aja udah meninggalkan kesan buruk. gimana nanti kalo ketemu, nggak bisa nggebet dong" pandang Rara menatap Zivannya yang tersenyum lepas.

"udah, tenang aja. orangnya baik kok. nggak akan punya pikiran buruk padamu. aku aja pingin nggak ketemu lagi. lha kamu malah ngebet ingin kenalan" tatap Zivannya.

"aku penasaran aja Zi, masak ada orang sebaik itu, baru pertama kali bertemu sudah baiknya berkali-kali lipat. nggak mungkin kan kalo nggak ada apa-apa" jawab Rara, Zivannya angkat bahu mendengar Rara.

"lha kalo dia nggak ada apa-apa kenapa memberimu ponsel yang terbilang lumayan harganya Zi, kalian kan bertemu baru kemarin. masak dia langsung ngasih ponsel yang harganya diatas rata-rata gitu" pandang Rara.

"katanya dirumahnya ada ponsel nganggur, kemarin dia dengar jika ponselku terjatuh dan hilang, dia merasa bersalah makanya dia memberi gantinya. aku juga sudah menolaknya Ra, katanya jika aku sudah bisa beli ponsel baru, ponsel ini suruh jual aja terus buat nambahin ponsel baru yang aku beli nanti" jawab Zivannya panjang.

"lha kenapa harus diganti, ini ponsel termasuk keluaran terbaru, fiturnya juga udah lengkap, lebih dari cukup untuk kita" jawab Rara.

"ato memang pak komandan memang jatuh cinta padamu saat pandangan pertama Zi" kata Rara serius.

"nggak Ra, mana ada. nggak usah berpikiran terlalu jauh, feelingmu kalo ada cowok baru minta kenalan pasti ada apa-apanya" geleng Zivannya mengibaskan tangannya.

Rara tersenyum lebar "tapi kan banyakan tepat Zi, mereka mendekatimu karena menyukaimu" jawab Zivannya.

"terkadang kamu yang terlalu jauh ngelanturnya Ra, cukup sama Dimas aja kamu mempunyai feeling yang kuat" kata Zivannya. tidak berapa lama ponsel Rara berdering berulang-kali.

"hallo Dim" sapa Rara setelah mengetahui panggilan dari siapa.

"dimana kalian, aku cariin dikantin nggak ada" kata Dimas.

"ada, kita dikantin kedokteran. kamu nyari dimana" tanya balik Rara. Dimas menggeram pelan mendengar jawaban Rara.

"jangan kemana-mana. disitu aja, awas kalo nggak ketemu nanti" ancam Dimas menutup panggilan nya.

"ish nih anak kesurupan kali ya, pake ngancem segala kalo kita nggak boleh kemana-mana" pandang Rara heran menatap ponselnya.

"eh iya Zi, nomer barumu bagi dong" kata Rara ingat. Zivannya mengeluarkan ponselnya. Rara menscan kode dari Zivannya, menyimpannya.

"dari kemarin kamu punya ponsel baru" tanya Rara, Zivannya meminum jeruk panasnya dan menggeleng.

"tadi pagi Ra, saat diantar kekampus. jadi aku belum begitu paham menggunakannya" jawab Zivannya.

"coba lihat apa ada foto pak komandan nggak disitu" tanya Rara pingin tahu. Zivannya membuka galeri di ponsel barunya, ada beberapa foto Aga dan dirinya terdapat didalamnya. "eh, darimana foto ini diambil ya" kerut Zivannya mengingatnya.

hai hai hai... para readers, love you all sekebon pisang, biar bisa dibuat pisang goreng yang banyak hehehehehe..

selamat menikmati cerita pertama kalang di sini. jadi mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam merangkai kata dan kalimat.

ciehhh... udah kayak mau tampil dikondangan aja nih hahahaha...

dukung yaaa...karya keduaku.

love...love...love all sekebon pisang biar bisa bikin pisang goreng banyak..

thanks a lot pisang sekebon...😘

Terpopuler

Comments

kavena ayunda

kavena ayunda

baru kenal cium kening😂🙄 haduh

2023-08-21

0

Manggu Manggu

Manggu Manggu

samangat terus baca crt author 💪💪

2022-11-04

0

lihat semua
Episodes
1 chapter 1
2 chapter 2
3 chapter 3
4 chapter 4
5 chapter 5
6 chapter 6
7 chapter 7
8 chapter 8
9 chapter 9
10 chapter 10
11 chapter 11
12 chapter 12
13 chapter 13
14 chapter 14
15 chapter 15
16 chapter 16
17 chapter 17
18 chapter 18
19 chapter 19
20 chapter 20
21 chapter 21
22 chapter 22
23 chapter 23
24 chapter 24
25 chapter 25
26 chapter 26
27 chapter 27
28 chapter 28
29 chapter 29
30 chapter 30
31 chapter 31
32 chapter 32
33 chapter 33
34 chapter 34
35 chapter 35
36 chapter 36
37 chapter 37
38 chapter 38
39 chapter 39
40 chapter 40
41 chapter 41
42 chapter 42
43 chapter 43
44 chapter 44
45 chapter 45
46 chapter 46
47 chapter 47
48 chapter 48
49 chapter 49
50 chapter 50
51 chapter 51
52 chapter 52
53 chapter 53
54 chapter 54
55 chapter 55
56 chapter 56
57 chapter 57
58 chapter 58
59 chapter 59
60 chapter 60
61 chapter 61
62 chapter 62
63 chapter 63
64 chapter 64
65 chapter 65
66 chapter 66
67 chapter 67
68 chapter 68
69 chapter 69
70 chapter 70
71 chapter 71
72 chapter 72
73 chapter 73
74 chapter 74
75 chapter 75
76 chapter 76
77 chapter 77
78 chapter 78
79 chapter 79
80 chapter 80
81 chapter 81
82 chapter 82
83 chapter 83
84 chapter 84
85 chapter 85
86 chapter 86
87 chapter 87
88 chapter 88
89 chapter 89
90 chapter 90
91 chapter 91
92 chapter 92
93 chapter 93
94 chapter 94
95 chapter 95
96 chapter 96
97 chapter 97
98 chapter 98
99 chapter 99
100 chapter 100
101 chapter 101
102 chapter 102
103 chapter 103
104 chapter 104
105 chapter 105
106 chapter 106
107 chapter 107
108 chapter 108
109 chapter 109
110 chapter 110
111 chapter 111
112 chapter 112
113 chapter 113
114 chapter 114
115 chapter 115
116 chapter 116
117 chapter 117
118 chapter 118
119 chapter 119
120 chapter 120
121 chapter 121
122 chapter 122
123 chapter 123
124 chapter 124
125 chapter 125
126 chapter 126
127 chapter 127
128 chapter 128
129 chapter 129
130 chapter 130
131 chapter 131
132 chapter 132
133 chapter 133
134 chapter 134
135 chapter 135
136 chapter 136
137 chapter 137
138 chapter 138
139 chapter 139
140 chapter 140
141 chapter 141
142 chapter 142
143 chapter143
144 chapter 145
145 chapter 146
146 chapter 146
147 chapter147
148 chapter 148
149 chapter 149
150 chapter 150
151 chapter 151
152 chapter 152
153 chapter 153
154 chapter 154
155 chapter 155
156 chapter 156
157 chapter 157
158 chapter 158
159 chapter 159
160 chapter 160
161 chapter 161
162 chapter 162
163 chapter 163
164 chapter 164
165 chapter 165
166 chapter 166
167 chapter 167
168 chapter 168
169 chapter 169
170 chapter 170
171 chapter 171
172 chapter 172
173 chapter 173
174 chapter 174
175 chapter 175
176 chapter 176
177 chapter 177
178 chapter 178
179 chapter 179
180 chapter 180
181 chapter 181
182 chapter 182
183 chapter 183
184 chapter 184
185 chapter 185
186 chapter 186
187 chapter 187
188 chapter 188
189 pengumuman
190 chapter 189
191 chapter 190
Episodes

Updated 191 Episodes

1
chapter 1
2
chapter 2
3
chapter 3
4
chapter 4
5
chapter 5
6
chapter 6
7
chapter 7
8
chapter 8
9
chapter 9
10
chapter 10
11
chapter 11
12
chapter 12
13
chapter 13
14
chapter 14
15
chapter 15
16
chapter 16
17
chapter 17
18
chapter 18
19
chapter 19
20
chapter 20
21
chapter 21
22
chapter 22
23
chapter 23
24
chapter 24
25
chapter 25
26
chapter 26
27
chapter 27
28
chapter 28
29
chapter 29
30
chapter 30
31
chapter 31
32
chapter 32
33
chapter 33
34
chapter 34
35
chapter 35
36
chapter 36
37
chapter 37
38
chapter 38
39
chapter 39
40
chapter 40
41
chapter 41
42
chapter 42
43
chapter 43
44
chapter 44
45
chapter 45
46
chapter 46
47
chapter 47
48
chapter 48
49
chapter 49
50
chapter 50
51
chapter 51
52
chapter 52
53
chapter 53
54
chapter 54
55
chapter 55
56
chapter 56
57
chapter 57
58
chapter 58
59
chapter 59
60
chapter 60
61
chapter 61
62
chapter 62
63
chapter 63
64
chapter 64
65
chapter 65
66
chapter 66
67
chapter 67
68
chapter 68
69
chapter 69
70
chapter 70
71
chapter 71
72
chapter 72
73
chapter 73
74
chapter 74
75
chapter 75
76
chapter 76
77
chapter 77
78
chapter 78
79
chapter 79
80
chapter 80
81
chapter 81
82
chapter 82
83
chapter 83
84
chapter 84
85
chapter 85
86
chapter 86
87
chapter 87
88
chapter 88
89
chapter 89
90
chapter 90
91
chapter 91
92
chapter 92
93
chapter 93
94
chapter 94
95
chapter 95
96
chapter 96
97
chapter 97
98
chapter 98
99
chapter 99
100
chapter 100
101
chapter 101
102
chapter 102
103
chapter 103
104
chapter 104
105
chapter 105
106
chapter 106
107
chapter 107
108
chapter 108
109
chapter 109
110
chapter 110
111
chapter 111
112
chapter 112
113
chapter 113
114
chapter 114
115
chapter 115
116
chapter 116
117
chapter 117
118
chapter 118
119
chapter 119
120
chapter 120
121
chapter 121
122
chapter 122
123
chapter 123
124
chapter 124
125
chapter 125
126
chapter 126
127
chapter 127
128
chapter 128
129
chapter 129
130
chapter 130
131
chapter 131
132
chapter 132
133
chapter 133
134
chapter 134
135
chapter 135
136
chapter 136
137
chapter 137
138
chapter 138
139
chapter 139
140
chapter 140
141
chapter 141
142
chapter 142
143
chapter143
144
chapter 145
145
chapter 146
146
chapter 146
147
chapter147
148
chapter 148
149
chapter 149
150
chapter 150
151
chapter 151
152
chapter 152
153
chapter 153
154
chapter 154
155
chapter 155
156
chapter 156
157
chapter 157
158
chapter 158
159
chapter 159
160
chapter 160
161
chapter 161
162
chapter 162
163
chapter 163
164
chapter 164
165
chapter 165
166
chapter 166
167
chapter 167
168
chapter 168
169
chapter 169
170
chapter 170
171
chapter 171
172
chapter 172
173
chapter 173
174
chapter 174
175
chapter 175
176
chapter 176
177
chapter 177
178
chapter 178
179
chapter 179
180
chapter 180
181
chapter 181
182
chapter 182
183
chapter 183
184
chapter 184
185
chapter 185
186
chapter 186
187
chapter 187
188
chapter 188
189
pengumuman
190
chapter 189
191
chapter 190

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!