Ipar rasa musuh --
Dulu Binar bertanya-tanya seperti apa rasanya tinggal dengan ipar. Karena dari cerita teman-teman kantornya, kebanyakan dari mereka mengeluh. Dari cerita mereka bisa Binar simpulkan sangat sulit untuk bisa akrab dengan ipar terlebih lagi jika ipar kita adalah perempuan. Dan sekarang Binar benar-benar merasakan seperti yang diceritakan teman-teman kantornya.
Sebenarnya Binar sudah memilki gambaran bagaimana menghadapi tingkah laku Ella. Dari awal dia berpacaran dengan Albiru hanya satu orang yang benar-benar menentang hubungan mereka, yaitu Ella.
“Akhirnya mas Biru nggak jadi pindah, Ella senang banget!” Baru saja Albiru dan Binar menginjakkan kakinya di rumah keluarga Albiru mereka sudah disambut antusiasme dari Ella. Bahkan Binar sampai terkejut tidak menyangkan akan mendapat respon berlebihan dari Ella.
Disamping Ella ada Fadli yang tersenyum mengejek adiknya, “berisik Ella!” Tegur Fadli yang tidak ditanggapi oleh adiknya itu.
“Sudah biarin Biru sama Binar istirahat dulu. Mereka besok harus berangkat pagi-pagi,” ucap Ayah Latif kemudian memberi kode agar pasangan pengantin baru itu segera masuk kamar untuk beristirahat.
Belum juga Albiru dan Binar melangkahkan kakinya, Ella sudah lebih dulu menyela. “Mas Biru mau honeymoon kemana?” tanya Ella.
“Kenapa nanya-nanya? Kamu mau ikut mereka honeymoon?” sambar Fadli.
Ella melotot kesal, “Kenapa mas Fadli yang sewot. Ella kan cuma nanya.”
Binar yang melihat tingkah Ella hanya mampu menghela napas kesal, tetapi dia berusaha menahan rasa kesalnya. Apalagi dihadapannya ada Ayah Latif.
“Mas mau ke Bali, cuma seminggu. Dan please jangan ganggu mas dulu ya,” jawab Albiru membuat Ella langsung memasang wajah cemberut.
Mendengar ucapan Albiru tanpa sadar Binar tesenyum senang. Setidaknya pengganggu seperti Ella bisa diatasi sementara. Binar mengenal dengan baik seperti apa Ella dan dia sangat yakin adik iparnya itu pasti punya rencana untuk mengganggu mereka.
...****************...
Paginya Binar tidak melihat Ella bahkan Albiru mencari adik bungsunya itu yang katanya sedang ada tugas di kampus. Perasaan lega langsung menghampiri Binar, setidaknya dia bisa sedikit lega. Meski dia tidak terlalu yakin Ella bisa menyerah begitu saja.
“Dari tadi aku liat kamu senyum-senyum terus,” Albiru membuka percakapan. Saat ini mereka sudah berada di hotel yang akan mereka tempati selama seminggu di Bali.
Binar menoleh sambil memasang senyum yang lebih lebar. “Nggak, cuma senang aja bisa ke Bali sama kamu.”
“Oh aku tahu, pasti kamu nggak sabar berduaan sama aku kan.” Goda Albiru membuat wajah Binar memerah malu.
“Ih, kepedean kamu. Aku senang aja bisa ke Bali,” sangkal Binar. Tidak mungkinkan dia mengatakan senang bisa bebas dari pengganggu seperti Ella.
Albiru hanya tertawa pelan berhasil menggoda istrinya. Ah menyebut kata istri membuat hatinya berdesir. Kata inilah yang selama ini dia impikan.
“Jadi, apa rencana kita selama di Bali?” tanya Albiru.
Binar langsung memperlihatkan layar handphonenya pada Albiru. “Tara...ini aku sudah buat schedule spesial selama kita di Bali.”
“Oke, mari kita liat apa yang akan kita lakukan hari ini.”
“Sekarang kita cuma beres-beres dan istirahat., malamnya kita harus dinner romantis. Ini ada daftar restoran yang wajib kita kunjungi.” Dengan antusias Binar mulai menjelas pada Albiru apa saja daftar keinginannya selama berada di Bali.
Melihat bagaimana bahagianya Binar membuat Albiru tersenyum hangat. Ini yang dia sukai dari sosok Binar, istrinya selalu mampu membawa suasana ceria. Dan senyum manisnya itulah salah satu alasan Albiru selalu terpesona pada sosok Binar.
...****************...
Tiga hari di Bali dan menghabiskan waktu berdua membuat Binar bahagia. Tidak ada Ella yang mengganggu, bahkan Albiru sampai dipaksa Binar untuk mematikan handphonenya sementara. Binar hanya ingin membuat banyak kenangan berdua dengan Albiru. Dulu semasa pacaran hanya sedikit moment mereka berduaan karena akan selalu ada Ella dan Intan – sahabat Ella – yang mengikuti Albiru kemanapun.
Sayangnya, kebahagiaan Binar harus terganggu ketika Albiru meminta izin untuk mengaktifkan handphonenya. Dan benar saja selang beberapa detik terdengar banyak sekali notifikasi yang bisa Binar tebak pasti dari Ella.
“Siapa Bi?” tanya Binar berpura-pura tidak tahu.
Albiru ternyum masam sebelum menjawab, “biasa Ella, nanyain kapan pulang.”
Belum juga Binar menanggapi handphone Albiru kembali berbunyi, kali ini ada telpon masuk. Binar mengernyit melihat nomor tak dikenal.
“Assalamu’alaikum,” salam Albiru.
“Waalaikumsalam, mas Biru ini Intan.”
Mendengar nama yang tidak asing itu Albiru langsung mengaktifkan speaker. Dia sangat tahu Binar sangat sensitif menyangkut hal yang berhubungan dengan Intan.
“Ada apa?” tanya Albiru langsung.
“Ella sakit mas, katanya dia kangen sama mas Biru. Ini Ella ada dikosan Intan.”
Binar yang dari awal sudah curiga semakin was-was, dia sudah bisa menebak kearah mana drama ini akan berlangsung. Perlu dicatat Ella dan Intan itu sama-sama licik, mereka sangat pintar manipulasi.
“Saya mau bicara dengan Ella,” jawab Albiru.
“Mas Biru...jahat banget, Ella kangen sama mas Biru tapi mas Biru malah asik sendiri.” Suara Ella terdengar serak seperti habis menangis.
“Maaf Ella, mas cuma butuh waktu berdua sama Binar. Ini juga baru tiga hari, Ella sakit apa? Kenapa nggak istirahat di rumah?”
“Pasti ini ulah mbak Binar kan? Pasti dia yang nyuruh mas untuk matiin handphone mas, Ella Cuma mau sama mas Biru nggak mau pulang ke rumah kalo mas Biru nggak ada.” mendengar rengekan itu membuat Binar semakin geram.
Apasih maunya bocah ini, batin Binar kesal.
“Kan mas sudah bilang, mas cuma butuh waktu berdua sama Binar. Sabar ya, mas pulang empat hari lagi. Kamu pulang ke rumah nanti ada Ibu yang ngurus kamu,”
“Nggak mau, pokoknya Ella mau sama mas Biru. Dan lagi ada Intang yang baik hati mau direpotkan Ella.”
“Dengar, mas bakal telpon Fadli untuk jemput kamu dan jangan membantah. Nanti mas hubungin lagi, asslamu’alaikum.” Albiru langsung menutup telepon tanpa mau mendengar lebih banyak rengekan adik bungsunya itu. Disampingnya, Binar sudah menasang wajah cemberut moodnya benar-benar berantakan.
Albiru tersenyum kecut, tidak menyangkan acara bulan madu mereka akan terganggu seperti ini. Dia sangat tahu Ella begitu keras kepala dan akan berusaha keras agar keinginannya dituruti.
“Maaf sayang, sepertinya kita nggak bisa lebih lama disini. Kamu tahu kan Ella bagaimana, pasti sebentar lagi dia nelpon dan nangis-nangis minta mas pulang.” Albiru mengelus rambut Binar berusaha membujuk istrinya itu.
“Jadi kita pulang sekarang?” tanya Binar lesu.
Mendengar nada lesu Binar membuat Albiru semakin merasa bersalah, “maaf sayang, weekend nanti kita jalan-jalan ke Malang.”
“Oke, aku siap-siap dulu. Kamu yang pesan tiket,” ucap Binar.
Sekali lagi dia harus mengalah dari Ella. Binar pikir setelah menikah dengan Albiru, Ella tidak akan mengganggunya lagi. Dan ternyata dia salah, bahkan Ella dengan tidak tahu diri memaksa Albiru untuk segera pulang dengan dalih kangen. Binar benar-benar muak dengan drama Ella namun dirinya tidak bisa berbuat banyak, si bungsu yang manja itu kesayangan Albiru.
TBC
Terima kasih untuk yang sudah mampir. Mohon kritik dan sarannya 🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Kod Driyah
Biru ga tegas lbh condong membela adiknya
2022-07-16
0
Neneng Hernawati
si Ella emang kebangetan dan harusnya Biru lebih tegas...gemes jadinya😡
2022-06-04
0
Maisyaroh
kalau aq jd Binar sih udah pasti aq bkl ribut trus sama Biru pasalnya kn Binar itu istrinya n baru nikah juga yng pling d utamainkn hrusnya istrinya itu krna seorng istri adlh tanggung jwb suami sedangkan adiknya itu adlh tanggung jwb ayahnya seblm bersuami y walaupn pern seorng ka2k gk jauh beda dngn sang ayah
2022-05-30
0