Bab 2 - Keputusan yang sulit -

“Iya Biru, Ibu juga nggak bisa jauh-jauh dari kamu. Nanti aja ya kalian pindahnya, untuk sementara kalian tinggal disini dulu.” Pinta Ibu Siti yang langsung disambut bahagia Ella dan pelototan tak percaya dari Binar.

 

 

 

Albiru terdiam tidak tahu harus menjawab apa. Seandainya hal ini bicarakan sejak awal mungkin akan mudah dibicarakan. Satu sisi Albiru tidak tega melihat Ibu dan adik bungusnya namun disisi lain tidak mungkin dia egosi hanya mementingkan perasaan keluarganya sedangkan ada Binar yang merupakan istrinya. Dan melihat Binar yang hanya diam tidak menolak ataupun mengiyakan membuat Albiru serba salah.

“Nanti kita bicarakan lagi ya, Bu. Ibu kan tahu Biru sudah menikah dan Biru harus berdiskusi dulu sama Binar.” Jawab Albiru pelan takut menyinggung perasaan Ibunya.

 

“Binar pasti mau kok. Iyakan Binar?” Binar yang ditodong Ibu Siti hanya mampu tersenyum canggung. Tidak tahu harus menjawab apa.

 

“Perasaan mas Biru pindah rumah juga masih di daerah Jakarta bukan di luar negeri. Ibu berlebihan banget sih, mas Biru juga pasti bakal sering hubungin Ibu kan.” Fadli yang sedari tadi menyimak akhirnya ikut bersuara. Dia sedikit kasihan dengan kakak iparnya itu.

“Yang dibilang sama Fadli benar, Bu. Rumah Biru sama Binar kan nggak jauh dari sini. Setidaknya masih bisa menginap disini kalau Biru sama Binar libur kerja.” Ucapan Albiru langsung disambut wajah masam Ella.

 

“Kok mas Biru ngomong gitu sih. Ella sama Ibu belum bisa tinggal jauh dari mas. Lagain apa susahnya sih tinggal disini dulu sampai Ella sama Ibu siap pisah dari mas Biru.” Protes Ella yang disambut senyum sinis Fadli.

“Mbak Binar yang anak tunggal aja nggak segininya. Malu dong sama orang tua mbak Binar yang nggak rewel kaya Ibu sama Ella.” Sahut Fadli disertai senyum mengejek.

Melihat itu Binar tersenyum kecil. Setidaknya ada Fadli yang masih berada dipihaknya. Sedangkan Albiru hanya diam belum bisa memberi jawaban.

“Sudah nanti saja bicaranya, ayo kita makan siang dulu. Kasihan Biru sama Binar mereka pasti masih capai.” Ayah Latif yang sejak tadi hanya menyimak akhirnya ikut bersuara.

Semua mengangguk setuju, mereka perlu mengisi perut dulu setelah itu mungkin bisa berdiskusi dengan kepala dingin. Sedangkan Ella yang masih ingin protes hanya mampu menelan kembali kalimatnya. Ayah Latif bukan seseorang yang bisa dia bantah seperti kedua masnya.

...****************...

 

Disisi lain terlihat Ayah Ibra yang menenangkan istrinya yang menangis. Selama ini Bunda Ina dan Binar tidak pernah berjauhan dan sekarang melihat rumah begitu sepi tanpa celoteh dari Binar membuat Bunda Ina bersedih. Dia merindukan putri kecilnya tidak bisa egois dengan menahan Binar disisinya.

 

“Sudah, Bun. Kasian Binar kalo Bunda nangis terus, pasti dia merasa sedih. Kan kemarin Bunda sudah janji sama Binar untuk nggak nangis lagi.” Dengan lembut Ayah Ibra membelai punggung Bunda Ina.

“Tapi Bunda kangen Yah sama Binar. Dari semalem Bunda kepikiran apa Binar tidur nyenyak jauh dari Bunda.” Ayah Ibra tersenyum melihat kekhawatiran istrinya, sejujurnya dia juga merindukan Binar namun sebagai orang tua rasanya tidak bijak jika menahan Binar untuk tinggal disisinya.

“Coba Bunda telpon. Tadi pagi kan Binar sudah ngabarin Bunda, katanya nanti setelah makan siang dia mau mampir kesini.”

“Bunda takut ganggu waktu Binar sama Biru, Yah.”

Ayah Ibra tertawa kecil sebelum menjawab perkataan istrinya. “Itu Bunda tau, ya sudah Bunda sabar aja paling sebentar lagi mereka datang.”

 

Tak berselang lama terdengar deru mobil yang Bunda Ina yakinin milik menantunya. Dengan senyum lebarnya Bunda Ina menghapus air matanya dan berjalan menuju pintu untuk menyambut anak dan menantunya.

 

“Assalamu’alaikum Bunda Binar yang cantik.” Dengan senyum manisnya Binar berlari kecil menghambur kepelukan sang Bunda.

“Waalaikumsalam anak Bunda yang cantik.” Sahut Bunda Ina disertai pelukan hangatnya menyambut Binar.

 

“Haduh, masa Bunda aja yang dipeluk sih Ayahnya sudah dilupain ya.” Canda Ayah Ibra yang disambut cengiran lucu khas Binar.

 

Albiru yang melihat pemandangan hangat didepannya tersenyum kecil. Dia masih melihat sosok Binar yang masih berumur belasan tahun. Begitu manja dengan orang tuanya.

 

“Assalamu’alaikum Ayah....Bunda, maaf kita agak telat datangnya.” Dengan sopan Albiru mencium punggung tangan kedua mertuanya.

“Waalaikumsalam..sudah nggak apa-apa. Cuma tadi ada sedikit drama, tuh Bunda nangis-nangis katanya kangen Binar.” Adu Ayah Ibra mengundang tawa Albiru.

 

“Ayah...” Protes Bunda Ina malu.

 

“Sudah-sudah, ayo masuk dulu.” Potong Ayah Ibra sebelum istrinya melayangkan protes panjang. Kemudian mereka berempat masuk kedalam rumah.

 

...****************...

 

“Jadi gimana rencana honeymoon kalian?” Tanya Ayah Ibra saat mereka sudah duduk di ruang tamu dan disuguhkan minuman serta cemilan untuk bersantai.

“Rencananya besok, Yah. Kita mau ke Bali aja, kira-kira seminggu sebelum kembali beraktifitas di kantor.” Jawab Albiru. Sedangkan Binar sudah merebahkan kepalanya dipangkuan Bunda Ina.

 

“Ayah sama Bunda berdoa untuk keselamatan kalian. Oh iya, giman sama rumah kalian? Sudah bisa ditempati?” Ayah Ibra kembali bertanya. Pertanyaan yang membuat Binar bangun dari rebahannya, dia jadi teringat diskusi di rumah mertuanya yang belum selesai.

 

“Alhamdulillah sudah bisa, Yah. Untuk pindahnya kami masih belum tahu kapan. Barang-barang kami sudah ada yang dipindahkan.” Jawab Albiru.

 

“Ibu sama Ella mau kita tinggal di rumah mereka dulu Yah.” Sahut Binar, sejak tadi dia ingin mengatakan ini.

 

“Nggak apa-apa, mungkin mereka belum siap jauh dari Biru. Lagi pula hanya untuk sementarakan.” Jawaban bijak Ayah Ibra membuat Binar cemberut. Dia masih tidak terima dengan usulan untuk tinggal bersama mertua serta iparnya.

 

“Bunda juga belum siap tinggal jauh dari Binar.” Protes Bunda Ina. Apa mereka pikir dia siap tinggal jauh dari putrinya, jika saja dia bisa egois sudah pasti dia akan menahan Binar untuk tinggal bersamanya.

 

“Binar juga nggak bisa pisah jauh dari Bunda.” Sambil memeluk sang Bunda, Binar menatap Albiru seolah mengatakan dia ingin tinggal bersama Bundanya.

 

Albiru hanya diam tidak tahu harus menjawab apa. Dirinya juga bingung mengambil keputusan, tadi di rumah orang tuanya dia juga belum bisa membuat keputusan. Beruntung dia bisa kabur dari rumah orang tuanya dengan alasan sudah berjanji untuk mampir ke rumah mertuanya. Dan sekarang dia juga dihadapkan pilihan yang sama.

 

“Bunda, apa nggak kasihan sama Biru. Baru juga menikah sudah disuruh memilih antara mertua atau orang tuanya. Kita ikhlaskan saja, nantikan Binar sama Biru bisa menginap disini sesekali.” Dengan Bijak Ayah Ibra memberi saran. Dia hanya tidak ingin menyusahkan Albiru yang baru masih belaja menjadi suami yang baik.

 

Disisi lain Binar tidak bisa banyak membantah. Dari kecil dia sudah diajarkan untuk mematuhi perkataan Ayahnya karena dia tahu apapun keputusan sang Ayah pasti sudah dipikirkan dengan baik. Binar hanya harus sedikit lebih bersabar, setidaknya sampai beberapa bulan kedepan. Nanti dia akan pelan-pelan meminta mertuanya untuk membiarkan mereka belajar hidup mandiri sebagai suami istri.

 

TBC

 

 

Terima kasih untuk yang sadah mampir. Mohon kritik dan sarannya agar bisa menjadi karya yang lebih baik lagi.

Terpopuler

Comments

Neneng Hernawati

Neneng Hernawati

harusnya biru bisa lebih tegas menentukan sikap,kalau orang tuanya Binar saja merelakan anaknya yg semata wayang tinggal dgn suaminya harusnya keluarga biru pun demikian

2022-06-04

0

R⃟•Dinaa

R⃟•Dinaa

pilihan sulit..penganten baru harus bingung memilih antara mertua dan orang tua..kalau aku memilih mandiri.

2022-05-16

1

Hajime Nagumo

Hajime Nagumo

done give fav dan vote ya

2022-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Si pengantin baru -
2 Bab 2 - Keputusan yang sulit -
3 Bab 3 - Ipar rasa musuh -
4 Bab 4 - Cemburu? -
5 Bab 5 - Imam yang baik -
6 Bab 6 - Drama dimulai -
7 Bab 7 - Omongan Tetangga -
8 Bab 8 - Mertua yang baik -
9 Bab 9 - Menantu yang buruk -
10 Bab 10 – Menantu vs Mertua –
11 Bab 11 - Tolong beri contoh -
12 Bab 12 - Ipar rasa musuh 2 -
13 Bab 13 - Rasa lelah itu -
14 Bab 14 - Tidak tahu malu -
15 Bab 15- Wanita baik-baik
16 Bab 16 - Imam yang baik 2 -
17 Bab 17 - Rindu -
18 Bab 18 - Keputusan sulit 2 -
19 Bab 19 - Rencana Buruk -
20 Bab 20 - Menantu vs Mertua 2 -
21 Bab 21 - Pertengkaran -
22 Bab 22 - Pulangkan Aku -
23 Bab 23 - Kapan Hamil? -
24 Bab 24 - Pulang -
25 Bab 25 - Nasehat Ayah Mertua -
26 Bab 26 - Perjuangan Albiru -
27 Bab 27 - Sepupu Binar-
28 Bab 28 - Cemburu -
29 Bab 29 - Tidak main-main
30 Bab 30 - Kejutan Untuk Intan -
31 Bab 31 - Kabar Bahagia -
32 Bab 32 - Permintaan Maaf-
33 Bab 33 - Ngidam -
34 Bab 34 - Siapa Yang Jahat? -
35 Bab 35 - Berita Duka -
36 Bab 36 - Si Jahat -
37 Bab 37 - Yang Sebenarnya -
38 Bab 38 - Kecewanya Seorang Ayah -
39 Bab 39 - Rahasia Masa Lalu -
40 Bab 40 - Rencana Rio -
41 Bab 41 - Kenyataan Pahit-
42 Bab 42 - Hati Nurani -
43 Bab 43 - Air Mata Ibu -
44 Bab 44 - Permohonan Menyakitkan -
45 Bab 45 - Binar Cahaya Kusuma -
46 Bab 46 - Jarak -
47 Bab 47 - Apa Yang Terjadi -
48 Bab 48 - Teman Baru -
49 Bab 49 - Rika -
50 Bab 50 - Ketulusan Albiru -
51 Bab 51 - Yang Dinanti -
52 Bab 52 - Terus Berusaha -
53 Bab 53 - Perlahan -
54 Bab 54 - Rahasia Masa Lalu 2 -
55 Bab 55 -Terungkap -
56 Bab 56 - Terluka Lagi -
57 Bab 57 - Hadiah untuk Ibu Siti -
58 Bab 58 - Kebahagiaan Sederhana -
59 Bab 59 - Penyesalan -
60 Bab 60 - Pertengkaran -
61 Bab 61 - Berubah -
62 Bab 62 - Penyesalan -
63 Bab 63 - Teman Lama -
64 Bab 64 - Cinta Tulus -
65 Bab 65 - Belajar Bersama -
66 Bab 66 - Kabar -
67 Bab 67 - Si Kembar -
68 Bab 68 - Kebahagiaan -
69 Bab 69 - Dua Keluarga -
70 Bab 70 - Kehangatan Keluarga-
71 Bab 71 - Kabar Mengejutkan -
72 Bab 72 - Marahnya Binar -
73 Bab 73 - Kecewa -
74 Bab 74 - Namanya Gabriella -
75 Bab 75 - Si Pengganggu -
76 Bab 76 - Masa Lalu -
77 Bab 77 - Perasaan Mila -
78 Bab 78 - Wanita Gila -
79 Bab 79 - Pelajaran Berharga -
80 Bab 80 - Kepercayaan -
81 Bab 81 - Tragedi -
82 Bab 82 - Kabar Duka -
83 Bab 83 - Cobaan untuk Umat-Nya -
84 Bab 84 - Tangis Menyedihkan -
85 Bab 85 - Pelaku Utama -
86 Bab 86 - Hukuman -
87 Bab 87 - Keluarga Kecil -
88 Bab 88 - Kebahagiaan Sederhana (END) -
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 - Si pengantin baru -
2
Bab 2 - Keputusan yang sulit -
3
Bab 3 - Ipar rasa musuh -
4
Bab 4 - Cemburu? -
5
Bab 5 - Imam yang baik -
6
Bab 6 - Drama dimulai -
7
Bab 7 - Omongan Tetangga -
8
Bab 8 - Mertua yang baik -
9
Bab 9 - Menantu yang buruk -
10
Bab 10 – Menantu vs Mertua –
11
Bab 11 - Tolong beri contoh -
12
Bab 12 - Ipar rasa musuh 2 -
13
Bab 13 - Rasa lelah itu -
14
Bab 14 - Tidak tahu malu -
15
Bab 15- Wanita baik-baik
16
Bab 16 - Imam yang baik 2 -
17
Bab 17 - Rindu -
18
Bab 18 - Keputusan sulit 2 -
19
Bab 19 - Rencana Buruk -
20
Bab 20 - Menantu vs Mertua 2 -
21
Bab 21 - Pertengkaran -
22
Bab 22 - Pulangkan Aku -
23
Bab 23 - Kapan Hamil? -
24
Bab 24 - Pulang -
25
Bab 25 - Nasehat Ayah Mertua -
26
Bab 26 - Perjuangan Albiru -
27
Bab 27 - Sepupu Binar-
28
Bab 28 - Cemburu -
29
Bab 29 - Tidak main-main
30
Bab 30 - Kejutan Untuk Intan -
31
Bab 31 - Kabar Bahagia -
32
Bab 32 - Permintaan Maaf-
33
Bab 33 - Ngidam -
34
Bab 34 - Siapa Yang Jahat? -
35
Bab 35 - Berita Duka -
36
Bab 36 - Si Jahat -
37
Bab 37 - Yang Sebenarnya -
38
Bab 38 - Kecewanya Seorang Ayah -
39
Bab 39 - Rahasia Masa Lalu -
40
Bab 40 - Rencana Rio -
41
Bab 41 - Kenyataan Pahit-
42
Bab 42 - Hati Nurani -
43
Bab 43 - Air Mata Ibu -
44
Bab 44 - Permohonan Menyakitkan -
45
Bab 45 - Binar Cahaya Kusuma -
46
Bab 46 - Jarak -
47
Bab 47 - Apa Yang Terjadi -
48
Bab 48 - Teman Baru -
49
Bab 49 - Rika -
50
Bab 50 - Ketulusan Albiru -
51
Bab 51 - Yang Dinanti -
52
Bab 52 - Terus Berusaha -
53
Bab 53 - Perlahan -
54
Bab 54 - Rahasia Masa Lalu 2 -
55
Bab 55 -Terungkap -
56
Bab 56 - Terluka Lagi -
57
Bab 57 - Hadiah untuk Ibu Siti -
58
Bab 58 - Kebahagiaan Sederhana -
59
Bab 59 - Penyesalan -
60
Bab 60 - Pertengkaran -
61
Bab 61 - Berubah -
62
Bab 62 - Penyesalan -
63
Bab 63 - Teman Lama -
64
Bab 64 - Cinta Tulus -
65
Bab 65 - Belajar Bersama -
66
Bab 66 - Kabar -
67
Bab 67 - Si Kembar -
68
Bab 68 - Kebahagiaan -
69
Bab 69 - Dua Keluarga -
70
Bab 70 - Kehangatan Keluarga-
71
Bab 71 - Kabar Mengejutkan -
72
Bab 72 - Marahnya Binar -
73
Bab 73 - Kecewa -
74
Bab 74 - Namanya Gabriella -
75
Bab 75 - Si Pengganggu -
76
Bab 76 - Masa Lalu -
77
Bab 77 - Perasaan Mila -
78
Bab 78 - Wanita Gila -
79
Bab 79 - Pelajaran Berharga -
80
Bab 80 - Kepercayaan -
81
Bab 81 - Tragedi -
82
Bab 82 - Kabar Duka -
83
Bab 83 - Cobaan untuk Umat-Nya -
84
Bab 84 - Tangis Menyedihkan -
85
Bab 85 - Pelaku Utama -
86
Bab 86 - Hukuman -
87
Bab 87 - Keluarga Kecil -
88
Bab 88 - Kebahagiaan Sederhana (END) -

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!