Hari sudah mulai gelap waktu itu sekitar pukul 18:30 Lina dan teman-temannya mengajak Indra ke tukang pangkas rambut.
Karena Indra baru melihat keadaan di jaman sekarang, Indra merasa kebingungan dengan semua hal yang telah berubah drastis dari kendaraan, jalan beraspal, gedung-gedung tinggi rumah mewah, dan lain sebagainya, dan pada saat itu Indra diajak naik motor bersama Lina
"Ayo kek naik bersamaku" ujar Lina
"Lina, benda apa ini?!"
"Ini namanya sepeda motor kek"
"Hah,, aku belum pernah liat sebelumnya"
"Sudahlah cepat naik, sudah malam tau!"
Kemudian Indra naik motor bersama Lina, namun ketika Lina mulai menarik gas, Indra yang belum siap berpegang langsung jatuh seketika
"Waduhh maaf, kirain tadi sudah siap jadi langsung aku gas."
"Atiaahhh pantatku sakit sekali, kau sangat ceroboh apa kau tidak bisa pelan ha?!" ujar Indra kesakitan
Kemudian Lina menyuruh Indra untuk naik lagi dengan berpegangan yang erat supaya tidak terjatuh lagi.
Tidak lama kemudian mereka sampai di tempat pangkas rambut dan kemudian Indra masuk ke dalam untuk membersihkan wajahnya.
"Mau dipotong seperti apa kek?!" tanya tukang cukur
"APA.!! KURANG AJAR KAU, KAU INGIN MEMBUNUH KU YA.?"
"ahahaha... Tidak kek, maksud saya rambut kakek mau di potong seperti apa?"
"Rambutku sudah pendek tidak usah dipotong lagi, bersihkan saja wajahku.!"
"Oh baik kek, tapi ini yang berantakan saya rapihkan ya"
Di luar Lina sedang ditelepon oleh pacarnya dan pacarnya mengajak Lina untuk pergi ke cafe bersama teman-temannya,
Setelah beberapa saat kemudian Indra keluar dengan penampilan yang berbeda, jenggot dan kumis bersih dan rambut yang di kuncir membuat Indra terlihat keren, Lina dan temannya juga kebingungan bahkan mereka sampai tidak mengenalnya
"Lina, aku pinjam emas mu untuk membayar orang itu nanti aku ganti."
HAAAHH EMAS..!!! (serentak)
"Hei siapa kamu tiba-tiba minta emas sama Lina, apa kau seorang perampok?!" ujar Zilfa
"Maaf kamu siapa ya?" tanya Lina
"Hei Lina, ini aku Indra, kenapa kau tidak mengenaliku??"
HAAAHH INDRA..?? (serentak Dini dan Zilfa)
"Tunggu, tunggu ini tidak mungkin, kau Indra, kau si kakek monster itu??" tanya Dini
"Sudah kubilang aku bukan monster, apa kau tidak liat?!"
"Permisi mas, apa uangnya sudah ada.?" ujar tukang cukur
"Oh iya, Lina tolong pinjamkan....."
"Ini mas uangnya" ujar Lina
"Hei aku belum selesai bicara!"
"Ya sudah ayo kita pergi dari sini" ajak Lina
"Tunggu Lina!"
"Apa lagi?"
"Kertas apa itu tadi yang kau berikan padanya?"
"Itu namanya uang! Dasar bodoh"
*Kasar sekali tutur katanya, tidak seperti Liza yang lemah lembut* (dalam hati Indra)
Tidak lama kemudian pacarnya Lina datang untuk mengajak Lina jalan bersamanya, sebenarnya Lina tidak mau pergi, tetapi pacarnya memaksa Lina untuk ikut, pacar Lina bernama Rendi, dia anak orang kaya dan mempunyai motor mewah.
Dengan terpaksa Lina pergi bersama Rendi dan meninggalkan Indra dan temannya, Dini dan Zilfa bingung harus melakukan apa, dini mencoba menghubungi Lina untuk menanyakan apa yang harus mereka lakukan untuk Indra, namun ketika Dini menelpon ternyata handphone Lina tertinggal di motornya, mereka pun semakin bingung, kemudian mereka memutuskan untuk mencari tempat tongkrongan di pinggir jalan.
"Hei kalian berdua" ujar Indra
"Hay hey hay hey, kami punya nama.! Seenaknya saja memanggil" sahut Zilfa
"Ya, baiklah, aku mau bertanya, siapa pria yang bersama Lina itu??" tanya Indra
"Pacarnya lah, emang kenapa, kau cemburu ya? Hmphh" jawab Zilfa
"Sudahlah Zi, lebih baik kita cari tempat tongkrongan saja daripada mikirin dia" ajak Dini
"Terus bagaimana dengan dia?"
"Ya ikut kamu lah, tuh kamu bahwa motornya Lina!"
Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk pergi mencari tempat tongkrongan pinggir jalan, Indra ikut bersama Zilfa dan karena takut terjatuh lagi Indra memeluk badan Zilfa dengan erat, banyak yang melihat mereka berdua dan mereka yang melihat menertawakannya, Zilfa juga merasa malu saat itu, Indra terlihat seperti orang bodoh ketika melihat mobil yang melintas dan bertanya-tanya dalam hati, begitu juga ketika melihat rumah-rumah yang mewah, Indra menganggap itu adalah sebuah istana.
"Zilfa, mengapa banyak sekali istana disini, berapa banyak kerajaan yang ada di desa ini Zilfa.?" tanya Indra
"norak banget si kamu, itu bukan istana, itu rumah orang tau.!" jawab Zilfa
"tapi kenapa mewah sekali seperti istana.?"
"ah sudahlah capek aku ngmong sama kamu.!"
Lina yang sedang jalan bersama Rendi, di perjalanan Lina terlihat bengong seakan memikirkan sesuatu sehingga tidak mendengar Rendi berbicara.
"Lina.! Lina.!!"
"Oh iya kenapa Ren?"
"Kamu dengar apa tidak si?"
"Dengar apa Ren.?"
"Ah sudahlah, ga peka banget si jadi orang"
Di perjalanan Lina terus kepikiran Indra, kenapa dia bisa berubah dari kakek-kakek menjadi pria yang tampan, Rendi juga merajuk karena Lina tidak mendengarkan apa yang dia katakan
Lina berfikir untuk menghubungi Dini namun ketika Lina mengambil handphone nya di dalam tas, ternyata handphone nya tidak ada dan Lina baru sadar kalau handphone nya tertinggal di motornya.
Malam semakin larut waktu itu sekitar pukul 20:30 wib
Dini, Zilfa dan Indra sedang berada di tempat tongkrongan yang ada di pinggir jalan, karena mereka merasa jenuh tidak melakukan apapun dan mereka juga tidak membawa uang banyak Zilfa pun pergi ke warung untuk membeli minuman teh manis hangat, ketika Zilfa pergi ke warung Indra pun mengikutinya,
"Hei, kenapa kau mengikuti ku?"
"Me... Memangnya kenapa?"
"Huh.. yasudah lah terserah"
Ketika Zilfa memesan minuman, Indra yang ikut bersamanya melihat sebuah televisi yang sedang menyala di warung tersebut, Indra pun mengira itu adalah cermin ajaib milik seorang penyihir dan Indra pun bertanya kepada sang pemilik warung
"Hei.! apa kau seorang penyihir?" tanya Indra dengan nada keras
Sang pemilik warung pun kebingungan apa yang dimaksud dengan ucapannya
"Apa maksudmu, siapa yang penyihir?!"
"KAU.! kau pasti seorang penyihir, aku tau itu, itu adalah cermin ajaib milikmu bukan??" ujar Indra sambil menunjuk ke arah televisi
"itu namanya televisi bodoh!" ujar Zilfa
Sang pemilik warung pun diam dan hanya menganggap Indra tidak waras, kemudian setelah selesai memesan minuman Zilfa mengajak Indra pergi dari warung itu, ketika hendak pergi tiba-tiba ada seorang nenek-nenek menghampiri Indra dan memarahinya, nenek itu berkata
"Hei bocah! kenapa kau ada disini, cepat pergi kalahkan orang-orang jahat yang sudah membunuh banyak orang.!"
"Nenek, kau siapa, dan siapa yang kau maksud orang-orang jahat?"
"Jangan berlagak bodoh, cepat pergi atau mereka semua akan terbunuh..!"
Indra pun kebingungan dengan apa yang diucapkan oleh nenek itu, tidak lama nenek itu marah-marah kemudian datang si cucu nenek, dia mengajak neneknya pulang dan minta maaf kepada Indra karena sudah marah-marah tidak jelas pada Indra, namun karena Indra penasaran dengan ucapan sang nenek, Indra mencoba bertanya kepada sang cucu.
"Tunggu, apa benar yang dikatakan oleh nenek mu kalau ada orang-orang jahat yang suka membunuh?"
"Ya,, aku juga tidak begitu tau, tapi aku pernah melihat berita di TV kalau ada sekelompok pembunuh bertopeng yang suka membunuh orang-orang"
*Begitu yah, berarti benar apa yang dikatakan oleh nenek ini, tapi kenapa dia menyuruhku untuk menghajar mereka, siapa nenek ini sebenarnya?* dalam hati Indra
Disaat Indra memikirkan hal itu tiba-tiba Indra merasakan banyak jiwa-jiwa manusia yang menghilang, dan dia juga merasakan jiwa Lina yang semakin melemah, Indra merasa kalau Lina sedang dalam bahaya, Indra pun bergegas mencari Lina
Dini dan Zilfa kebingungan dengan Indra yang tiba-tiba pergi begitu saja tanpa pamit, Indra berlari dengan cepat menuju arah jiwa-jiwa itu menghilang dan jiwa Lina juga berada diantaranya,
"Zi, kemana dia pergi?" tanya Dini
"Dia tidak bilang apa-apa, dia langsung pergi begitu saja, aku tidak tau dia mau kemana" jawab Zilfa
Di sebuah cafe ditempat Lina berada sedang terjadi kegaduhan, yaitu teror pembunuhan yang dilakukan oleh pembunuh bertopeng, disitu Lina sedang terdesak, paca Lina yaitu Rendi sangat ketakutan dan bersembunyi di balik meja, disitu Lina terlihat sedang diancam oleh pembunuh bertopeng tersebut pembunuh itu ada tiga orang, polisi berdatangan untuk meringkus mereka namun para polisi tidak mampu menangkapnya justru para polisi banyak yang menjadi korban oleh pembunuh tersebut, pembunuh itu membunuh dengan kejam dan tanpa ampun,
"Hei gadis manis, apa kau siap memberikan nyawamu padaku? hihihi"
"Tidak! Pergi sana! Jangan bunuh aku.!"
Rendi yang sedang bersembunyi hanya mampu melihatnya saja dan tidak berani menolong Lina, disitu Lina disiksa, dipukul terus-terusan sampai babak belur, memang pembunuh itu tiada ampun dan tidak memandang siapa saja entah itu orang tua, anak-anak, laki-laki, ataupun perempuan, mereka langsung membunuhnya tanpa belas kasihan
Indra yang sedang mencari Lina merasa begitu gelisah, selain itu Indra merasakan jiwa Lina yang semakin melemah.
Jarak dari tempat tongkrongan menuju TKP lumayan jauh, karena itu Indra sampai saat ini belum juga menemukan Lina, selain itu Indra hanya merasakan jiwanya dan tidak tau tempat Lina berada, sesekali Indra berhenti untuk merasakan dimana jiwa Lina berada
"orang-orang berdatangan dan semakin banyak jiwa yang menghilang, jiwa Lina juga semakin melemah, aku harus cepat menolongnya"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Siti H
sudah kuberikan bintang 5 untuk mu thor..
2022-09-24
1
Oto-san create
iya jgn lupa follow ya..
2022-03-18
2
Dewi Malara
up date dong🙈🙈🙈
2022-03-17
2