Sampai di gerbang kampus Naya langsung mencari tempat parkir untuk mini copper kesayangannya . Dan teman yang lainya sudah menunggunya.
"tumben datengnya siangan?" tanya Inggit.
"lo inget gak om om yang pernah gue tabrak di mall?"
"inget yang kata lo tipe lo kan?" ucap michel.
"yupss.. lo tau gak waktu mobil gue ada kendala dia yang nolongin. Ya Tuhan, sayangnya waktu gue minta nomor ponselnya dia gak ngasih." jelasnya.
"what? Nay sumpah lo minta nomor ponsel tu orang? dasar lo murah banget." celetuk Michel.
"ihh chel, gak papa kali selagi bisa di dapetin kenapa enggak. Bener gak Nay?" bela Inggit.
"yoi, lagian ya chel gue pura pura traktir makan dengan alesan dia udah nolongin gue."
"terserah lu deh Nay, kalau sampai lo di labarak sama istrinya gue gak ikutan." Michel berjalan mendahului Naya dan Inggit.
"Chel, ishhh kok kita ditinggalin." keluh Inggit. Inggit pun menggandeng Naya untuk mengejar Michel.
Sampai di kelas, Naya duduk di bangku miliknya. Mereka mengikuti kelas hari ini hingga selesai. Setelah kelas selesai Mereka bertiga keluar bersama. Sejengkel jengkel nya Michel dengan kedua sahabatnya ia akan tetap melupakan semuanya dan kembali berteman.
"nge mall yuk." ajak Michel kepada kedua temannya.
"bosen, ngafe aja yuk." usul Inggit.
"boleh juga , tapi kemana?" tanya Michel.
"nyoba green cafe yuk, hari ini grand opening sapa tau gratis atau ada discount." usul Naya.
"boleh juga tuh, tapi gue nunggu supir ya. Mobil gue masih di service." ucap Inggit .
"bareng gue aja yuk, lo gimana Chel? bawa mobil atau di anter."
"bawa sih, tapi.." Michel tersenyum.
"ya ya ya, mobil lo di bawa sama pacar kesayangan lo kan??" ledek Inggit membuat Michel salah tingkah.
Setelah deal dengan menaiki mobil milik Naya, mereka bertiga pun menuju cafe yang akan di buka. Sampai di cafe banyak pengunjung yang sedang antri untuk menjajal menu cafe baru , begitu juga dengan ketiga gadis cantik tersebut.
Setelah mendapat giliran untuk memesan, ketiga gadis tersebut mencari tempat yang nyaman .
"enak nih tempatnya, bisa buat tempat favorite kita." ujar Naya.
"yups,, cocok nih kita." ucap Michel di angguki Inggit.
Saat asik berbincang dan menikmati makanan yang mereka pesan, ponsel milik Naya pun berdering. Naya melihat sekilas lalu mengabaikannya.
"gak lo angkat? pasti dari nyokap lo?" mendengar pertanyaan Michel, Naya hanya tersenyum kecut.
"gak tau bawaanya males aja, kadang gue juga iri ngliat anak gadis belanja sama ibunya, kuliner bareng ibunya. Gue ngerasa gue gak punya orang tua." keluh Naya.
"ssstttt Nay, lo jangan berkecil hati. Orang tua lo begini karena mau lo bahagia." jelas Inggit.
"lalu apa gue terlihat bahagia? enggak, gue muak apa apa gue harus ke mbak. Padahal gue punya orang tua, tau begini gue gak mau jadi anak orang mampu."
"jangan ngomong gitu Nay, mau kita jadi anak orang kaya atau orang gak mampu sebenarnya sama saja. Hanya di beda nasib." tutur Michel.
"iya gue tau, udah ahhh gak usah ngebahas ini nanti gue jadi mewek." ucap Naya sambil tersenyum kepada kedua sahabatnya.
"ya udah biar lo happy gimana kalau ntar malem minggu kita nginep di rumah lo." usul Inggit.
"gue sih oke oke aja, tapi tanya tuh sama yang sudah punya ayang bisa nggak." Naya melirik kearah Michel.
"hehehehe sorry gaes, gue udah janji sama doi." mendengar ucapan Michel membuat kedua gadis tersebut hanya menghela nafas.
Sudah satu jam mereka berada di cafe, membuat mereka lupa diri. Michel pun mengajak kedua temannya untuk pulang karena kekasinya sudah menjempunya untuk pulang. Begitu juga dengan Inggit yang sudah di tunggu oleh sopir pribadinya.
"bye samapi jumpa besok ya." ucap Naya .
"bye..."
"oke .. bye.."
Naya masuk kedalam mini coppernya, dan mulai melajukan mini coppernya menuju kediamanya. Di tengah perjalanan ia sesekali menghela nafas karena jalanan yang di laluinya begitu macet.
"macet banget sih." gerutu Naya.
Setelah menunggu kurang lebih satu jam, mini cooper tersebut perlahan mulai bisa jalan . Hingga sampai di halaman rumahnya.
"mbak Naya dari mana?" tanya mbak Murni.
"cafe mbak, kalau mama telpon lagi bilang kalau Naya malas angkat telpon dari mama." ujar Naya sambil berjalan menaiki anak tangga.
Mbak Murni hanya menatap anak majikan nya.
"mbak Naya, semoga apa mbak sehat selalu." batin mbak Murni.
Di dalam kamar, Naya setengah melempar tas miliknya. Melepas sepatu dengan kasar dan langsung merebahkan tubuhnya di ranjang quen size miliknya.
Ia mencoba memejamkan mata, namun mata tersebut kembali terbuka. Di miringkan tubuhnya ke kanan , lalu kembali memiringkan tubunnya ke kiri.
Naya pun kembali mendudukan tubuhnya. Saat akan merebahkan tubuhnya, ia mendengar ponsel miliknya berdering. Ia pun berdiri untuk mengambil ponselnya yang masih di dalam tas miliknya.
"ya nggit." ucap Naya setelah menekan tombol hijau.
"wahh ini anak, bukannya salam." celetuk Inggit dengan suara cempreng nya.
Dengan menghela nafas, Naya kembali mengulang ucapannya.
"Assalamallaikum Inggit, yang cantik."
"Waalaikusallam, nah gitu dong. Nay, nanti malem gue mau keluar double date sama Michel lo ikut gak?" tanya Inggit.
"ini nih gue paling males sama lo, kalau lo pada pacaran trus gue sama siapa maemunah?"
"hahaha, siapa tau lo ketemu jodoh lo pas disana." celetuk Inggit
"ogah, mending gue tidur cantik di rumah." kesal Naya.
"yakin nih?" ledek Inggit.
"serah lo, udah ahhh gue mau tidur. Dan buat kalian selamat berbahagia." Naya pun mematikan sambungan telepon secara sepihak.
"pasti tu anak lagi bahagia setelah ngledekin gue." gumam Naya. Ponsel yang di genggam nya pun ia letakkan di atas meja . Ia pun memilih menyegarkan tubuhnya agar lelah dan penat hilang usai mandi.
30 menit berada di dalam kamar mandi, ia keluar demgan tubuh yang lebih fresh. Mengambil pakian santai lalu mengganti bathrobe dengan pakaian yang di pilihnya . Setelah itu ia memoles wajahnya dengan cream. Selesai dengan semua Naya turun ke lantai bawah menuju dapur.
"mbak Naya mau makan?" tanya mbak Murni.
"iya, tapi biar aku yang bikin sendiri soalnya aku pengen mie instant." ucap Naya mengambil panci kecil dan mengisinya dengan air.
"ya sudah, mbak Murni mau bersih2 halaman belakang mbak Naya lanjutin masak saja." ucap mbak Murni di angguki Naya.
Setelah mbak Murni pergi menuju halaman belakang, Naya pun melanjutkan masaknya. Terlihat air sudah mendidih ia memasukan 10 cabai, bawang putih dan merah yang sudah di cincang. 5 menit ia masukkan daun sawi setelah setengah matang ia pun memasukan mie istant tersebut. Tak butuh waktu lama mie instant sudah matang, tak lupa ia aduk agar bumbu tercampur merata, lalu di tambahkan sedikit kecap dan saus sambal. Naya pun mencicipi kuah mie tersebut di rasa enak, ia pun menganggkat mangkuk mie menuju meja makan. Dengan semangat ia menikmati mie tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments