“Cinta tak bertuan,” ucap Quinsha lirih. Begitu lirihnya seakan kalimat itu hanya diucapkan pada dirinya sendiri saja.
“Ternyata kita sama-sama terjebak dalam kisah cinta yang tak bertuan.” Kali ini Quinsha mengucapkannya lebih keras sembari menatap dua orang sahabatnya, Aura Aneshka dan Sherin Mumtaza, yang juga sama-sama menatap pada Quinsha.
“Apa selama di pesantren, kita pernah membuat perjanjian yang salah? Ikrar yang keliru, atau kontrak yang melanggar hukum?” Quinsha menatap wajah-wajah cantik kedua sahabatnya itu satu per satu.
Aura dan Sherin saling pandang, lalu sama-sama menggeleng pelan.
“Lalu kenapa kita terjebak pada situasi yang sama? Terjebak dalam kisah cinta yang tak bertuan? Sebegitu sehatikah kita ya, sampai dalam urusan cinta saja, kisah kita sama?” Quinsha kembali melayangkan pandangan silih berganti pada Aura dan Sherin yang masih sama-sama terdiam. “Ya Allah, Ya Rabb.” Quinsha mengusap wajahnya berkali-kali.
Malam ini, tiga orang sahabat yang pernah mendapat julukan tiga serangkai Darul-Falah itu berkumpul di rumah Quinsha. Acara berkumpul lengkap bertiga itu kini menjadi moment langka, lantaran Aura yang tinggal dan bekerja di Jakarta. Sementara Sherin dan Quinsha sama-sama menetap di Malang-Jawa Timur. Oleh karenanya, ketika kesempatan berkumpul bersama itu ada, mereka tak menyiakannya begitu saja.
Seperti biasanya teman akrab bila bersua, mereka tak hanya saling melepas rindu tapi juga saling curhat dan bertukar cerita. Dan cinta selalu menjadi topik utama yang paling menarik untuk dikisahkan. Apalagi di antara mereka yang memang sudah saling percaya dan saling menjaga amanah dari sejak tinggal di pesantren.
“Aku dulu sangat terkejut ketika tau kalau suaminya Aura adalah keponakan suaminya Sherin. Mereka berdua ternyata berasal dari klan yang sama. Keluarga konglomerat Willyam Pramudya.” Masih Quinsha yang tampil sebagai juru bicara, lantaran kedua sahabatnya yang sama-sama memilih jadi pendengar saja.
“Ya, aku juga tak menyangka,” ucap Sherin. Ia baru memperdengarkan suara ketika teringat pertemuan tak terduga dengan Aura dan suaminya di Darul-Falah beberapa waktu lalu. Alarick memang tak pernah memberitahukan asal-usulnya, tak pernah menceritakan perihal keluarganya. Hanya satu kisah yang dia ungkap pada Sherin di awal menikah, yaitu perihal cinta masa lalu yang belum bisa ia lupakan hingga sekarang.
Bahkan kini, ketika Sherin bertanya tentang keluarga besarnya, Alarick hanya memilih diam saja dan mengalihkan pembicaraan.
“Dan kini aku dikejutkan dengan kisah cinta kita yang hampir sama. Cinta Tak bertuan,” lanjut Quinsha.
“Mungkin tidak dengan Aura, Sha. Kisahnya berbeda dengan kisahku dan kamu,” jawab Sherin. “Dari cerita Aura aku merasa kalau suaminya itu juga sangat mencintainya, walaupun tak pernah mengatakannya. Kisah cinta mereka itu ditentang oleh keluarga besar Damaresh, suami Aura. Itu penilaian yang aku dapat,” terang Sherin mengutarakan pendapatnya.
“Hanya aku dan kamu, Sha yang terjebak dalam kisah cinta tak bertuan. Tapi Aura tidak,” pungkas Sherin.
“Ya, karena Aura terjebak dalam kisah cinta yang terhalang tahta,” sahut Quinsha.
“Intinya sama ‘kan? Kisah cinta kita sama-sama terhalang, entah itu oleh tahta dan kedudukan ataupun singgasana cinta yang tak memiliki tuan,” ucap Aura dengan raut wajah yang sendu.
“Teman-teman, sekarang tergantung kita. Kita akan menyikapi semua ini dengan cara yang bagaimana. Jika semua ini dianggap cobaan, kita hanya perlu belajar sabar. Tapi jika ini dianggap ujian, kita akan berusaha untuk terampil menyelesaikan semuanya, dan selanjutnya, kita naik kelas.” Quinsha tampil dengan kata-katanya yang sangat bijak. Bak seorang ustadzah yang sedang memberi pengajian di hadapan para jamaah.
“Tapi ketahuilah! Aku hanya pandai merangkai kata saja, yang sebenarnya aku rasa, jiwaku sangat perih,” ujarnya lagi dengan menampilkan wajah yang sendu.
Hampir semalaman, Quinsha tak mampu memejamkan mata. Harus merelakan seseorang yang selama bertahun-tahun ia sebutkan namanya dalam doa, ternyata itu bukan perkara yang mudah. Bahkan tak cukup hanya diceritakan dengan sepasang mata yang membasah.
“Sini peluk!” Sherin merentangkan tangannya siap merangkul sahabatnya yang berduka.
“kisahmu juga tak kalah menyedihkan dari Quinsha, Rin. Sini aku peluk juga,” ucap Aura yang segera merangkul Sherin yang sedang memeluk Quinsha.
“Begitupun denganmu Aura. Kisahmu juga menguras air mata.” Quinsha juga segera merangkul balik Aura Aneshka. Jadilah ketiga sahabat itu saling berangkulan bersama dan membiarkan acara televisi yang sedang mereka tonton, berbalik menjadi penonton dari adegan mereka bertiga.
Sesaat kemudian.
“Apa kau yakin dengan keputusanmu, Aura? Kau yakin memilih pergi dari Damaresh?” Sherin menatap Aura dengan seksama begitu pula Quinsha.
Aura tak segera menjawab. Sesaat kemudian kepalanya menggeleng tapi lalu segera mengangguk dengan cepat. Menandakan kalau wanita itu sedang tidak berada dalam keputusan yang mantap.
“Aura, sebaiknya tenangkan dirimu dulu! Setelah itu istikhoroh, minta petunjuk pada Allah.” Quinsha memberikan saran seraya mengusap lembut pundak sahabatnya itu.
“Kami akan bantu kamu dengan doa,” timpal Sherin tak kalah lembut.
Aura menatap kedua sahabatnya, dengan sepasang mata yang basah. “Terima kasih. Aku sangat bersyukur memiliki kalian,” ucapnya dengan suara yang bergetar.
Hamdan wa syukron lillahi. Mereka mengucapkan kalimat itu bersamaan. Dan tiba-tiba saja Aura mengalihkan pandangannya pada televisi layar datar 21 inch, yang siarannya mereka abaikan dari tadi. Sepintas lalu pendengaran Aura menangkap nama Damaresh William—suami Aura Aneshka—disebut di sana, dalam sebuah acara.
Benar saja, di layar lebar televisi datar itu, mereka semua melihat seraut wajah tampan, Damaresh William sedang berpose bersama seorang wanita cantik yang berpenampilan elegan. Penampakan gambar itu saja sudah membuat mereka terkejut luar biasa, ditambah lagi dengan keterangan sang pembaca warta.
Damaresh William, CEO Pramudya Corp, dinyatakan telah bertunangan dengan Naila Anggara, putri Dien Anggara, pemilik Anggara Corp. Hal ini disampaikan langsung oleh William Pramudya, komisaris sekaligus owner Pramudya Corp, di hadapan semua awak media.
Sherin dan Quinsha serempak beradu tatap. Lalu serempak pula mengalihkan pandang pada Aura Aneshka. Wanita cantik itu nampak tertunduk dan bulir-bulir air mata menggelinding di wajahnya yang mulus. Dengan sigap Quinsha segera mematikan televisi yang masih tetap menyajikan berita itu. Sedangkan Sherin, sigap segera membawa tubuh Aura dalam dekap. Keduanya berbagi tugas dengan kompak untuk menenangkan Aura, yang kini terlara.
Sekian waktu terlewat dalam diam. Ketiganya sama-sama tak ada yang memulai pembicaraan. Hanya isak tangis Aura yang terdengar. Hingga beberapa waktu kemudian, Aura mendongak menatap kedua sahabatnya. “Aku gak papa, Kok,” ujarnya berusaha menampilkan senyuman.
“Iya. Kamu pasti gak papa, kamu wanita kuat, Aura.” Sherin menepuk-nepuk lembut pundaknya.
“Kamu akan bisa melalui semuanya,” Quinsha juga memberikan semangat yang sama.
“Dan kamu gak sendiri, Aura. Kami ada bersamamu,” lanjut Sherin. Aura menganggukkan kepalanya berkali-kali, jemarinya mengusapi air mata di wajahnya yang sepertinya enggan berhenti.
“Aku—“ gadis itu terbata. “Aku mau ke kamar mandi dulu,” ujarnya yang segera mendapat anggukan dari Sherin dan Quinsha. Aura segera bergegas diikuti tatapan kedua sahabatnya. Mereka paham, kalau Aura tak sepenuhnya berhajat ke kamar mandi. Wanita cantik itu hanya butuh menepi dan menenangkan diri. Hingga selang beberapa waktu, Aura tak kunjung kembali.
“kita liat dia di kamar mandi,” putus Sherin setelah saling melempar tanya dengan Quinsha dari tadi.
Berkali-kali Sherin memanggil nama Aura. Dan berkali-kali Quinsha mengetuk pintu kamar mandi yang tak kunjung dibuka. Kecemasan mulai melanda keduanya, ketika tak sedikit pun ada jawaban Aura dari dalam sana.
“Kita dobrak,” usul Sherin yang langsung mendapat anggukan dari Quinsha. Keduanya berusaha mendobrak pintu dengan sekuat tenaga. Tapi sia-sia saja, pintu tetap tak bisa dibuka. Quinsha segera berlari ke depan mencari bantuan. Dan tak lama ia datang bersama pak Dimas. Barulah, pintu yang tertutup rapat itu bisa terbuka lebar.
“Aura!” Sherin dan Quinsha memekik bersamaan, tatkala melihat tubuh Aura tergeletak di kamar mandi dengan darah yang tercecer di antara kedua kaki. Dengan sigap keduanya mengangkat tubuh Aura keluar dari kamar mandi atas bantuan pak Dimas.
Satu jam kemudian, Sherin dan Quinsha telah duduk gelisah di ruang tunggu UGD RS Saiful Anwar. “Aura pasti baik-baik saja,” Quinsha berucap lirih sambil menganggukkan kepala meyakinkan diri.
“Iya. Dia pasti baik-baik saja,” sahut Sherin menyugesti dirinya sendiri juga.
“Kasian Aura. Dia harus kehilangan suaminya, dan kehilangan bayinya. Apa cinta seangkuh itu?” Quinsha saling meremas kedua tangannya, matanya saling mengatup rapat. Sherin hanya bisa menghela napas berat.
Setengah jam lalu, pihak rumah sakit memberitahukan, kalau Aura sedang mengandung. Dan atas peristiwa itu, ia mengalami keguguran.
“Sha, kita harus memberitahu paman Lukman.” tiba-tiba Sherin teringat hal itu.
“Ya. Biar aku yang telepon ayahnya Aura. Kau telepon tuan besar saja,” usuk Quinsha.
“Tuan besar?”
“Suamimu, Rin. Kasih tau kalau kamu ada di sini. Kasih tau juga kondisi Aura. Dia pasti ngerti. Kan Aura istri keponakannya.”
Keduanya berbagi tugas dan saling menghubungi orang-orang yang patut menerima kabar tentang Aura. Beberapa saat kemudian, mereka telah berkumpul dalam satu ruangan, di mana Aura mendapatkan perawatan. Keduanya duduk di samping kanan dan kiri sahabat mereka, yang terbaring diam dengan sepasang mata terpejam.
“kau tidurlah duluan, Rin!” titah Quinsha.
“Aku belum ngantuk Sha. Aku ingin menunggu Aura sampai ia terjaga. Kau saja tidur duluan.”
Quinsha menggeleng. Karena ia juga ingin tetap terjaga sampai Aura membuka mata. Tapi sebenarnya Aura tak pernah membuka mata, sampai suaminya datang menjenguknya dan mengetahui keadaannya.
Author: part ini ada dalam kisah Cintaku Terhalang Tahtamu. Episode 105. Di mana Aura mengalami keguguran, setelah mengetahui kalau Damaresh William—suami Aura, bertunangan dengan Naila Anggara. Karena itu, disarankan untuk membaca kisah Aura dan Damaresh dalam Cintaku Terhalang Tahtamu, untuk lebih memahami alur ceritanya.
Kembali pada Sherin dan Quinsha, yang sama-sama menolak untuk tidur, karena ingin menjaga Aura Aneshka.
“Sha, aku temukan ini tadi di mobilmu.” Sherin menyerahkan sebuah dompet kecil terbuat dari kulit asli yang terdapat merek ternama di sana.
Quinsha menerimanya sambil kernyitkan kening.
“Itu seperti dompet laki-laki, punya siapa, Sha? Apa punya pak Dimas ya?”
Quinsha menggeleng. ‘Tak mungkin pak Dimas sampai punya dompet dengan Brand ternama seperti ini’ pikirnya. Dan tiba-tiba saja ia teringat seseorang yang dua hari lalu pernah menumpang di mobilnya. “Ini mungkin punya Rafardhan,” ucap Quinsha.
“Rafardhan? Siapa?” tanya Sherin. Ia langsung teringat pada seorang artis muda tampan yang acaranya sering ia tonton. Namanya, Rafardhan Malik.
“Eh itu, dua hari lalu dia sempat numpang di mobilku,” jawab Quinsha cepat.
“Ooh.” Sherin mengangguk saja, dan tak lagi melanjutkan tanya. Sementara Quinsha menggerutu dalam hati. ‘Kenapa dompetnya pakai ketinggalan sih, aku kan jadi punya kewajiban untuk mengembalikan lagi’,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Nofi Kahza
di sini aku kembali flash back ke kisah aura. Ah! jd sedih aku..
btw aku salut banget dg persahabat ketiga wanita, Aura, Serin, dan Queenn🥰
2022-04-27
0
tie_rhahdyt
❤❤❤
2022-03-20
3
vita viandra
pas part ni... bnyak bawang ny😭😭😭😭 kisah cinta mrk berdua d uji saat nie... mewek terus...
2022-03-18
1