Bab 3

Qhinsha:

Tidurlah Nyonya! Ini sudah malam.

Sherin:

Tidurlah duluan! Aku sedang menunggu tuan.

Quinsha:

Jam segini dia belum pulang? Kebiasaan.

Sherin menatap chat terakhir dengan Quinsha sambil mengulum senyum, sebagaimana emoji yang ia kirimkan untuk sahabatnya tersebut. Tersenyum.

Senyuman itulah yang dipilih oleh Sherin untuk melonggarkan rasa sesak yang sering menghimpit dan menghempaskannya dalam rasa sakit. Baginya, jika semuanya dihadapi dengan senyuman, maka rasa sakitnya akan berkurang. Karena jika luka dihadapi dengan air mata, rasa sakitnya malah kian terasa. Tapi jika luka dihadapi dengan senyuman, setidaknya itu adalah sebuah harapan, bahwa esok atau lusa, sakit itu akan berubah jadi kebahagiaan.

Mudah-mudahan.

Meskipun sampai saat ini, harapan itu belum terjadi. Dua tahun sudah berganti. Dan tak ada perubahan yang berarti. Tapi satu keyakinan yang selalu tertanam dalam diri Sherin, kalau tak ada yang sia-sia. Setiap doa dan upaya pasti diijabah oleh Tuhan. Meskipun nanti bentuk jawabanNya adalah seperti yang terjadi pada Quinsha Daneen sahabatnya. Sherin sudah berpasrah dan insha’Allah ridho dengan Ketetapan-Nya

Sepasang matanya sudah hampir terpejam, ketika terdengar deru mesin mobil yang berhenti di halaman. Sherin segera duduk dari tidur menyampingnya di sofa ruang depan. Ujung matanya melirik jarum jam yang sudah hampir mencapai titik 23 malam. Sesaat membenahi hijab, wanita cantik itu segera melangkah ke pintu depan.

Seraut wajah tampan suaminya langsung terpampang di depan mata, begitu pintu itu terbuka. Sherin segera tersenyum menyambutnya—walau terkadang senyumnya tak mendapat balasan ataupun apresiasi—tapi Sherin tak melupakan dua ritual khusus setiap kali menyambut suaminya datang, yaitu senyuman dan mencium tangan.

“Belum tidur?” demikian pertanyaan Alarick yang merupakan pertanyaan rutin—dalam pengucapan dan kata—tiap kali pulang, dan disambut oleh Sherin di depan pintu rumahnya yang megah.

Sherin hanya menggeleng pelan, tak lupa pula dengan disertai senyuman. Dan Alarick pun akan melewatinya begitu saja, usai merelakan punggung tangannya dicium oleh Sherin seperti biasanya.

“Aku siapin makan ya, Mas?” itu juga pertanyaan yang biasa diajukan Sherin sembari melangkah di belakang suaminya dan menatap punggung kokoh lelaki berusia di atas empat puluh tahun tersebut.

“Gak usah! Tadi sudah makan di luar,” tolak Alarick tanpa menghentikan langkah atau sekedar menoleh menatap wajah istrinya.

“Teh hangat?”

“Boleh. Tapi jangan terlalu banyak.” Dan tubuh Alarick pun kian jauh karena Sherin yang tak lagi mengikutinya. Wanita itu merubah haluan langkahnya menuju ke dapur. Sedangkan Alarick terus melangkah menaiki tangga menuju lantai dua, di mana kamar mereka berada.

Alarick sedang membuka kancing kemeja yang membalut tubuh gagahnya, ketika Sherin masuk ke dalam kamar dengan segelas teh di tangan. “Aku bantu ya, Mas,” pinta Sherin.

Alarick mengangguk saja. Sherin segera meletakkan minuman yang di bawanya di atas nakas. Lalu tangannya dengan lincah membuka kancing baju suaminya, yang terkadang kakinya harus berjinjit tiap kali membuka kancing di bagian krahnya, karena perbedaan ukuran tinggi badan mereka berdua.

Dalam posisi seperti itu, Sherin akan menatap wajah Alarick berharap kalau suaminya itu juga tengah menatap wajahnya dengan lekat dan memberikan senyuman yang memikat. Tapi lagi-lagi Sherin harus menelan kekecewaan, karena Alarick ternyata tengah melabuhkan pandangannya ke luar jendela yang masih dibiarkan terbuka. Seperti biasanya.

Sherin tersenyum pada dirinya sendiri. Seperti apa yang sudah diputuskannya tadi--ia akan selalu menanggapi dengan senyuman-- setiap apapun yang menghampirinya berupa sebuah kekecewaan. Karena itu adalah doanya dan harapannya. Bahwa suatu saat hidupnya akan bertabur senyum dan bahagia.

Alarick segera menghilang di balik pintu kamar mandi. Sedangkan Sherin menggantung baju bekas dipakai Alarick itu di tempat yang sudah disediakan. Selanjutnya, Sherin akan duduk di sofa dekat jendela, menunggu sang suami selesai dengan ritual mandinya. Rentetan kejadian ini, adalah rutinitas Sherin setiap malam, setiap menyambut Alarick yang baru pulang.

Lelah? Tentu saja

Jenuh? Tentu juga. Menjalani sesuatu rutinitas yang monoton selama lebih dari dua tahun, tanpa ada perubahan yang berarti, wanita mana yang tak akan merasa bosan. Demikian pula dengan Sherin Mumtaza. Namun, semuanya coba ia lakoni dengan sabar. Sesabar yang ia bisa. Atas nama sebuah ikatan suci pernikahan yang telah dibina.

Pernikahan Alarick dan Sherin memang tak terencana dari awal. Sedianya, Sherin akan menikah dengan calon suami yang memang sudah dijodohkan oleh kedua orang tua mereka sejak dua tahun silam. Ridwan namanya. Ia bekerja di pabrik teh milik Alarick.

Seminggu sebelum pernikahan, Ridwan berpamitan ke luar pulau untuk mengawal pendistribusian barang. Hal ini sempat ditentang oleh keluarga Ridwan ataupun keluarga Sherin—yang rumahnya memang berdekatan. Mereka percaya pada istilah, kalau calon pengantin itu di waktu mendekati hari pernikahan tidak boleh kemana-mana untuk menghindari hal yang mudharat.

Tapi Ridwan bersikeras bahwa dirinya akan baik-baik saja. Dan lagi pula ini adalah tugas langsung dari pak Alarick yang sangat memercayainya. Pihak keluarga bahkan meminta pada pak Alarick langsung agar melimpahkan tugas Ridwan pada Orang lain saja. Ternyata pada hari itu, semua orang yang mungkin menggantikan tugas Ridwan sudah mendapatkan tugasnya masing-masing. Jadilah Ridwan tetap berangkat dengan dilepas doa dan sejumput kekawatiran dari segenap keluarga.

Ternyata segala ketakutan mereka terjadi. Ridwan tak pernah kembali. Empat hari setelah ia pergi, yang kembali ke pangkuan orang tuanya adalah jenazah terbungkus kain putih.

Ridwan mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang, yang mengantarkannya pada tidur yang panjang. Meninggalkan segenap keluarga dan calon istri yang sudah siap naik ke pelaminan.

Saat itulah, Alarick dengan suka rela menggantikan posisi Ridwan, menikah dengan Sherin. Dan sejak saat itulah, perjuangan Sherin untuk mendapatkan cinta suaminya dimulai. Bagi Sherin, apapun yang menjadi alasan mereka menikah, pernikahan tetaplah sebuah ikatan suci dan sakral yang harus diperjuangkan.

“Sherin.” Terasa ada satu tangan yang menepuk pundaknya pelan. Sherin segera tersentak dari lamunannya yang panjang.

“Tidurlah lebih dulu! Aku masih mau mengerjakan sesuatu!” Titah Alarick seraya meraih teh hangat di atas nakas dan menyesapnya sejenak.

“Iya, Mas. Jangan tidur terlalu malam ya,” ucap Sherin sambil melangkah mendekati suaminya.

ALarick mengangguk dan lalu mendaratkan ciuman singkat di kening istrinya, sebelum membawa tubuhnya keluar dari dalam kamar.

Kisah pernikahan mereka memang tidak seperti kebanyakan kisah yang tertulis di novel romance. Dari menjalankan pernikahan karena terpaksa, tak saling menerima lalu berakhir menjadi budak cinta. Tapi di sini, Alarick tetap menjalankan kewajiban sebagai seorang suami terhadap Sherin, yang memberikan nafkah lahir dan batin.

Posisi Sherin juga tak sebagaimana kisah istri rahasia yang disembunyikan keberadaannya, dan hanya diakui saat berdua di kamar saja. Alarick mengakui Sherin di depan semua orang sebagai istrinya. Ia pun memberikan hak sepenuhnya pada Sherin sebagai seorang istri di dalam rumahnya, di hadapan para pekerja, dan di semua lingkup pergaulannya.

Dan kisah mereka juga tak seperti kisah pernikahan paksa antara gadis sederhana dengan putra penguasa, yang hidup bergelimang air mata dan berselimut derita. Alarick tak pernah mendera Sherin dengan kata-kata menyakitkan, berupa hinaan, cacian apalagi bentuk kekasaran pisical. Ia berkata dengan baik, dan bersikap dengan sopan, layaknya suami yang penuh tanggung jawab.

Bagi seorang Alarick, Sherin bukan sebagai wanita kedua atau ketiga. Bahkan Sherin adalah wanita pertama yang menyandang status sebagai istrinya. Hanya saja, tak ada Sherin dalam tatapan mata Alarick, dan tak ada nama Sherin di dalam hatinya.

Cinta Alarick telah habis untuk seseorang di masa lalunya, dan tak tersisa walau hanya satu titik kecil saja untuk istrinya. Ia menjalankan status sebagai suami Sherin hanya berdasar kewajiban saja, bukan atas nama cinta.

DI awal menikah. Alarick dengan jujur telah menceritakan semuanya, karena tak ingin Sherin akan menderita lahir dan batin hidup bersamanya. Ia juga siap untuk melepaskan Sherin, jika cara itu yang akan ddipili oleh istrinya itu nanti setelah tau kebenaran tentang lelaki tersebut.

Tapi Sherin memantapkan hati untuk tetap menjalankan rumah tangganya. Dengan bersandar pada keyakinan, Bahwa tak akan ada yang tak mungkin, jika Allah telah Memutuskan.

Bagi Sherin, pernikahannya dengan Alarick adalah Takdir Allah. Dan Allah pasti punya rahasia dibalik setiap ketentuan-Nya.

Lalu posisi Sherin saat ini pantas disebut sebagai apa? Istri rahasia? Istri tak dianggap? Atau istri tak kasat mata?

Ah. Rasanya bukan semuanya.

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

istri imitasi..heheh

2024-03-15

0

Mega kiyut

Mega kiyut

istri tak ada dlm hati😭😭😭

2022-12-08

0

Nofi Kahza

Nofi Kahza

nanti lama2 bakal kayak aresh si Alarick. Bucin akut🤣

2022-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1
3 Bab 2
4 Bab 3
5 Bab 4
6 Bab 5
7 Bab 6
8 Bab 7
9 Bab 8
10 Bab 9
11 Bab 10
12 Bab 11
13 Bab 12
14 Bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 Bab 17
19 Bab 18
20 Bab 19
21 Bab 20
22 Cinta Tak Bertuan 21
23 Cinta Tak Bertuan 22
24 Cinta Tak Bertuan 23
25 Cinta Tak Bertuan 24
26 Cinta Tak Bertuan 25
27 Cinta Tak Bertuan 26
28 Cinta Tak Bertuan 27
29 Cinta Tak Bertuan 28
30 Cinta Tak Bertuan 29
31 Cinta Tak Bertuan 30
32 Cinta Tak Bertuan 31
33 Cinta Tak Bertuan 32
34 Cinta Tak Bertuan 33
35 Cinta Tak Bertuan 34
36 Cinta Tak Bertuan 35
37 Cinta Tak Bertuan 36
38 Cinta Tak Bertuan 37
39 Cinta Tak Bertuan 38
40 Cinta Tak Bertuan 39
41 Cinta Tak Bertuan 40
42 Cinta Tak Bertuan 41
43 Cinta Tak Bertuan 42
44 Cinta Tak Bertuan 43
45 Cinta Tak Bertuan 44
46 Cinta Tak Bertuan 45
47 Cinta Tak Bertuan 46
48 Cinta Tak Bertuan 46
49 Cinta Tak Bertuan 47
50 Cinta Tak Bertuan 48
51 Cinta Tak Bertuan 49.
52 Cinta Tak Bertuan 50
53 Cinta Tak Bertuan 51
54 Cinta Tak Bertuan 52
55 Cinta Tak Bertuan 53
56 Cinta Tak Bertuan 54
57 Cinta Tak Bertuan 55
58 Cinta Tak Bertuan 56
59 Cinta Tak Bertuan 57
60 Cinta Tak Bertuan 58
61 Cinta Tak Bertuan 59
62 Cinta Tak Bertuan 60
63 Cinta Tak Bertuan 61
64 Cinta Tak Bertuan 62
65 Cinta Tak Bertuan 63
66 Cinta Tak Bertuan 64
67 Cinta Tak Bertuan 65
68 Cinta Tak Bertuan 66
69 Cinta Tak Bertuan 67
70 Cinta Tak Bertuan 68
71 Cinta Tak Bertuan 69
72 Cinta Tak Bertuan 70
73 Cinta Tak Bertuan 71
74 Cinta Tak Bertuan 72
75 Cinta Tak Bertuan 73
76 Cinta Tak Bertuan 74
77 Cinta Tak Bertuan 75
78 Cinta Tak Bertuan 76
79 Cinta Tak Bertuan 77
80 Cinta Tak Bertuan 78
81 Cinta Tak Bertuan 79
82 Cinta Tak Bertuan 80
83 Cinta Tak Bertuan 81
84 Cinta Tak Bertuan 82
85 Cinta Tak Bertuan 83.
86 Cinta Tak Bertuan 84
87 Cinta Tak Bertuan 85
88 Cinta Tak Bertuan 86
89 Cinta Tak Bertuan 87
90 Cinta Tak Bertuan 88
91 Cinta Tak Bertuan 89
92 Cinta Tak Bertuan 90
93 Cinta Tak Bertuan 91
94 Cinta Tak Bertuan 92
95 Cinta Tak Bertuan 93
96 Cinta Tak Bertuan 94
97 Cinta Tak Bertuan 95
98 Cinta Tak Bertuan 96
99 Cinta Tak Bertuan 97
100 Cinta Tak Bertuan 98
101 Cinta Tak Bertuan 99
102 Cinta Tak Bertuan 100
103 Cinta Tak Bertuan 101
104 Cinta Tak Bertuan 102
105 Cinta Tak Bertuan 103
106 Cinta Tak Bertuan 104
107 Cinta Tak Bertuan 105
108 Cinta Tak Bertuan 106
109 Cinta Tak Bertuan 107
110 Cinta Tak Bertuan 108
111 Cinta Tak Bertuan 109
112 Cinta Tak Bertuan 110
113 Cinta Tak Bertuan 111
114 Cinta Tak Bertuan 112
115 Cinta Tak Bertuan 113
116 Cinta Tak Bertuan 114
117 Cinta Tak Bertuan 115
118 Cinta Tak Bertuan 116
119 Cinta Tak Bertuan 117
120 Cinta Tak Bertuan 118
121 Cinta Tak Bertuan 119
122 Cinta Tak Bertuan 120
123 Cinta Tak Bertuan 121
124 Cinta Tak Bertuan 122
125 Epilog.
126 Pengumuman
127 Extra 1
128 Extra 2
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1
3
Bab 2
4
Bab 3
5
Bab 4
6
Bab 5
7
Bab 6
8
Bab 7
9
Bab 8
10
Bab 9
11
Bab 10
12
Bab 11
13
Bab 12
14
Bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
Bab 17
19
Bab 18
20
Bab 19
21
Bab 20
22
Cinta Tak Bertuan 21
23
Cinta Tak Bertuan 22
24
Cinta Tak Bertuan 23
25
Cinta Tak Bertuan 24
26
Cinta Tak Bertuan 25
27
Cinta Tak Bertuan 26
28
Cinta Tak Bertuan 27
29
Cinta Tak Bertuan 28
30
Cinta Tak Bertuan 29
31
Cinta Tak Bertuan 30
32
Cinta Tak Bertuan 31
33
Cinta Tak Bertuan 32
34
Cinta Tak Bertuan 33
35
Cinta Tak Bertuan 34
36
Cinta Tak Bertuan 35
37
Cinta Tak Bertuan 36
38
Cinta Tak Bertuan 37
39
Cinta Tak Bertuan 38
40
Cinta Tak Bertuan 39
41
Cinta Tak Bertuan 40
42
Cinta Tak Bertuan 41
43
Cinta Tak Bertuan 42
44
Cinta Tak Bertuan 43
45
Cinta Tak Bertuan 44
46
Cinta Tak Bertuan 45
47
Cinta Tak Bertuan 46
48
Cinta Tak Bertuan 46
49
Cinta Tak Bertuan 47
50
Cinta Tak Bertuan 48
51
Cinta Tak Bertuan 49.
52
Cinta Tak Bertuan 50
53
Cinta Tak Bertuan 51
54
Cinta Tak Bertuan 52
55
Cinta Tak Bertuan 53
56
Cinta Tak Bertuan 54
57
Cinta Tak Bertuan 55
58
Cinta Tak Bertuan 56
59
Cinta Tak Bertuan 57
60
Cinta Tak Bertuan 58
61
Cinta Tak Bertuan 59
62
Cinta Tak Bertuan 60
63
Cinta Tak Bertuan 61
64
Cinta Tak Bertuan 62
65
Cinta Tak Bertuan 63
66
Cinta Tak Bertuan 64
67
Cinta Tak Bertuan 65
68
Cinta Tak Bertuan 66
69
Cinta Tak Bertuan 67
70
Cinta Tak Bertuan 68
71
Cinta Tak Bertuan 69
72
Cinta Tak Bertuan 70
73
Cinta Tak Bertuan 71
74
Cinta Tak Bertuan 72
75
Cinta Tak Bertuan 73
76
Cinta Tak Bertuan 74
77
Cinta Tak Bertuan 75
78
Cinta Tak Bertuan 76
79
Cinta Tak Bertuan 77
80
Cinta Tak Bertuan 78
81
Cinta Tak Bertuan 79
82
Cinta Tak Bertuan 80
83
Cinta Tak Bertuan 81
84
Cinta Tak Bertuan 82
85
Cinta Tak Bertuan 83.
86
Cinta Tak Bertuan 84
87
Cinta Tak Bertuan 85
88
Cinta Tak Bertuan 86
89
Cinta Tak Bertuan 87
90
Cinta Tak Bertuan 88
91
Cinta Tak Bertuan 89
92
Cinta Tak Bertuan 90
93
Cinta Tak Bertuan 91
94
Cinta Tak Bertuan 92
95
Cinta Tak Bertuan 93
96
Cinta Tak Bertuan 94
97
Cinta Tak Bertuan 95
98
Cinta Tak Bertuan 96
99
Cinta Tak Bertuan 97
100
Cinta Tak Bertuan 98
101
Cinta Tak Bertuan 99
102
Cinta Tak Bertuan 100
103
Cinta Tak Bertuan 101
104
Cinta Tak Bertuan 102
105
Cinta Tak Bertuan 103
106
Cinta Tak Bertuan 104
107
Cinta Tak Bertuan 105
108
Cinta Tak Bertuan 106
109
Cinta Tak Bertuan 107
110
Cinta Tak Bertuan 108
111
Cinta Tak Bertuan 109
112
Cinta Tak Bertuan 110
113
Cinta Tak Bertuan 111
114
Cinta Tak Bertuan 112
115
Cinta Tak Bertuan 113
116
Cinta Tak Bertuan 114
117
Cinta Tak Bertuan 115
118
Cinta Tak Bertuan 116
119
Cinta Tak Bertuan 117
120
Cinta Tak Bertuan 118
121
Cinta Tak Bertuan 119
122
Cinta Tak Bertuan 120
123
Cinta Tak Bertuan 121
124
Cinta Tak Bertuan 122
125
Epilog.
126
Pengumuman
127
Extra 1
128
Extra 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!