Bab 2

Mobil mulai menapaki area parkir hotel Aston, tepat seperti apa yang diminta oleh lelaki itu. Lelaki sangat tampan yang menjadi penumpang dadakan, dan membuat mobil pribadi ayah Quinsha beralih fungsi jadi mobil angkutan.

Sekitar dua puluh menit—sejak keduanya mengakhiri percakapan—Quinsha senantiasa mengarahkan pandangan ke samping, dengan kekesalan yang masih tersimpan. Tapi mau bagaimana lagi, membantu orang yang membutuhkan adalah bagian dari tuntunan. Walaupun pria yang duduk di sampingnya saat ini, sangat tidak layak untuk di golongkan pada jajaran orang-orang yang patut menerima bantuan.

“Terima kasih, Pak.” Pemuda tampan itu berkata pada Pak Dimas ketika mobil telah berhenti. Pak Dimas hanya mengangguk canggung. Setelah mendapat respon demikian, pamuda itu kemudian menoleh pada Quinsha. “mbak ... ee maaf.” ia meralat panggilannya dengan cepat. “ukhti berhijab,” ucapnya. Sepertinya panggilan ini yang ia anggap pantas untuk disematkan pada Quinsha.

Dan benar saja, karena sebutan demikian, Quinsha menggiring kepala dari arah pandangannya semula. Mata indahnya menatap laki-laki —yang ia pastikan kalau lebih muda darinya itu--namun, tak ada kata yang terucap dari Quinsha.

“Ini kartu nama saya!” pemuda itu memberikan sebuah kartu nama yang diterima oleh Quinsha dengan begitu saja, tanpa melihat apalagi membacanya.

“Hubungi saya! Bila kamu sudah menemukan cara apa yang pantas untuk saya mengganti rugi waktumu yang terbuang, karena masih mengantar saya.” Tanpa membiarkan Quinsha menjawab apa yang dikatakannya, lelaki itu segera turun dari mobil sambil menutupi wajah dengan masker dan berjalan menunduk memasuki lobi hotel. Terlihat seorang pria berbadan tinggi besar dengan perut yang sedikit maju ke depan, tergopoh menyambutnya dari kejauhan.

“Jalan Pak!” titah Quinsha pada pak Dimas yang juga masih memperhatikan pemuda itu sebagaimana dirinya. Satu keinginannya sekarang, adalah cepat sampai di tempat tujuan. Karena tak ingin membuat ibunya cemas, sebab sampai saat ini ia belum pulang. Belum lagi janjinya pada Sherin yang sepertinya tak bisa lagi dilaksanakan.

“Dia temannya, ya Neng?” tanya pak Dimas dari depan. Quinsha tak segera menjawab, dalam dirinya masih sibuk menimbang-nimbang, apakah akan jujur atau mengalihkan pembicaraan.

Sebagaimana muslimah berhijab yang lain, Quinsha dikenal oleh pak Dimas sebagai wanita yang hampir tak mempunyai teman pria—terkecuali sama-sama pengajar di yayasan—bila kini Quinsha mengakui kalau lelaki itu adalah temannya, pak Dimas pasti tak akan selesai dengan satu pertanyaan. Apalagi bila hal ini sampai pada ibunya, bisa dipastikan kalau Quinsha akan didudukkan di kursi sudut ruangan dan sesi interogasi dimulai.

“Iya, Pak,” jawab Quisha singkat. Dan sesaat kemudian ia menyesali jawabannya sendiri yang malah tak sesuai dengan apa yang direncanakan.

“Siapa namanya, Neng?”

Nah, benar seperti dugaan Quinsha, Pak Dimas tidak selesai hanya dengan satu pertanyaan saja. Lagi-lagi Quinsha tak segera menjawab, karena memang tidak tahu siapa nama lelaki muda yang sangat tampan tersebut. Tapi saat itulah ia teringat sesuatu. Kartu nama yang masih ada dalam genggaman tangannya.

“Rafardhan Malik.” Quinsha menyebut satu nama yang tertera di sana.

“Namanya bagus sekali,” puji pak Dimas. Sementara di belakang, Quinsha malah bergumam. “Rafardhan Malik.” Ingatannya seperti mulai berfungsi sekarang, tatkala menyebut satu nama itu dan mengingat penampakan pemuda tampan yang lebih dari 30 menit duduk tak jauh di sampingnya.

Rafardhan Malik, adalah artis muda yang sangat terkenal. Ia memulai debut kariernya sebagai model, dan lalu merambah pada dunia seni peran. Namanya di ranah selebritas terhitung cepat menanjak karena memang didukung penampakannya yang rupawan dan aktingnya yang sangat mumpuni dan natural.

Belakangan ini namanya kian melambung saat menjadi tokoh utama dalam sebuah web series yang diadopsi dari sebuah novel Best seller—karya seorang novelis kenamaan negeri ini—yang sedang tayang sekarang. Perannya sebagai tokoh utama, putra pemilik pesantren, kian mendongkrak namanya dengan citra yang sangat baik di mata publik dan terutama para penggemar.

Pantas ia tadi dikejar-kejar oleh wartawan, banyak jepretan kamera yang diarahkan padanya, dan bukan tak mungkin kalau Quinsha juga terekam kamera para pemburu warta itu.

Quinsha menepuk jidatnya sendiri, tatkala baru menyadari itu semua, di saat sosok Rafardhan sudah keluar dari mobilnya. 'Ini pasti karena di kepalaku hanya ada Arfan saja' Batin Quinsha seiring helaan napasnya. 'Tapi kalaupun aku tau dari tadi, kalau dia artis, aku mau apa? Mau minta tanda tangan? Enggak' Quinsha jadi menggeleng sendiri dan memutuskan untuk tak lagi memikirkan hal itu, seraya menyimpan kartu nama Rafardhan itu dalam tas nya.

Sudah lewat jam sebelas, sepasang matanya masih enggan terpejam. Hadap kiri, hadap kanan sudah dilakoninya lebih dari setengah jam. Tapi satu kata sederhana yang ingin diraihnya sekarang yaitu ‘tidur’ belum bisa ia dapatkan. Lelah dengan posisinya yang tak jua memberikan rasa nyaman, Quinsha segera duduk menyandar di kepala ranjang.

'Untuk apa? untuk apa memikirkan seseorang yang bukan untukmu? Untuk apa?' Tangan Quinsha menunjuk-nunjuk jidatnya sendiri dengan raut wajah kesal. Sesaat kemudian ia meraih ponsel di atas nakas dan menggulir tombol hijau. Memeriksa pesan di grup WA yang hanya beranggotakan tiga orang. Quinsha Daneen, sherin mumtaza, dan Aura Aneshka. Tiga serangkai alumnus pesantren Darul-Falah yang kini sudah menjalani kehidupannya masing-masing.

Selamat tidur, adik-adik cantikku, semoga malam-mu berkah, dan mimpimu indah, seindah harapan yang dirangkum dalam doa. Amiin.

Itu kalimat pesan dari Sherin—yang usianya memang di atas Quinsha dan Aura— walaupun hanya selisih hitungan bulan saja. Pesan yang dikirim dari setengah jam lalu itu belum mendapat tanggapan. Quinsha segera mengetikkan kalimat balasan.

Quinsha:

Belum tidur, Nyonya?

Tak sampai dua menit terlihat Sherin membalas pesan.

Sherin:

Belum. Kau sendiri kenapa jam segini masih terjaga?

Quinsha:

Lagi musuhan.

Sherin:

Sama?

Quinsha:

Rasa kantuk.

Sherin:

Awas saja, kalau aku ketemu dia besok. Akan aku buat perhitungan.

Quinsha:

Siapa?

Sherin:

Yang telah membuatmu bermusuhan dengan rasa kantuk.

Quinsha:

Aku gak tau harus bilang apa.

Sherin:

Sabar ya, Allah tak menjawab doamu untuk hal ini. Tapi Allah pasti akan menjawab dengan hal yang lainnya. Yang pasti itu lebih indah dan lebih baik untukmu.

Quinsha:

Amin, makasih ya. Aku jadi ingin nangis.

Kata siapa, cinta dalam diam itu selalu berakhir dengan dimenangkan. Kata siapa, menikung namanya di sepertiga malam yang akhir itu, akan mengantarkan pada didapatkannya label halal. Itu pasti suara hati Quinsha Daneen, sekarang.

Berapa lama waktu yang telah ia lewatkan dengan hanya setia pada satu nama, tanpa berani mengungkapkan, tanpa berani memperlihatkan. Nyatanya, ia kalah pada ketentuan yang sudah digariskan Tuhan. Akhirnya, Satu nama yang telah ditulis di Lauh Mahfudz-lah, yang tampil sebagai pemenang.

Bukan hanya hitungan bulan, Quinsha memendam cinta dalam diam pada seorang Bayhaqi Arfan. Sesama alumnus Darul-Falah yang sekarang juga menjadi pengajar di yayasan Nada Hikam—tempat Quinsha mengajar. Sekian lama ia pendam rasa yang hanya diutarakan dalam Doa. Dia menolak banyak nama, karena telah terpaut pada satu nama. Hingga pun kedua sahabatnya sama-sama telah membina rumah tangga, Quinsha masih setia dengan kesendiriannya dan kesetiaannya pada satu nama.

Dan kini doanya terjawab tapi dengan cara yang berbeda. Bayhaqi Arfan telah memilih seseorang untuk sehidup se-Syurga dalam Keridhoan-Nya. Quinsha tak hanya merasakan kecewa, tapi juga patah di dasar jiwa.

Sherin:

Kamu pasti kuat. Kamu pasti bisa.

Quinsha:

Insya Allah.

Setiap doa pasti diijabah. Itu janji Allah. Tapi dengan cara apa Allah menjawab Doa itu, semuanya, adalah keputusan Allah. Dan seperti inilah cara Allah menjawab Doa dari Quinsha. Pasti, karena Arfan bukan lelaki yang tertulis untuk menjadi imam seorang Quinsha Daneen. Bukan lelaki terbaik yang ditentukan untuknya. Dalam lubuk hati Quinsha, ia sangat menyadari hal tersebut.

Namun memang, tak serta merta tangisannya langsung berubah jadi senyum apalagi tawa. Rasa kecewanya pun tak segera tersulap jadi bahagia. Ia masih membutuhkan fase untuk dilalui menuju pada kesadaran dan keikhlasan diri. Dan terkadang fase tersebut berupa tanjakan curam dan tikungan tajam, yang tak hanya dibutuhkan tetesan keringat, tapi juga darah dan air mata.

Quinsha:

Tidurlah Nyonya! Sudah malam.

Sherin:

Tidurlah duluan! Aku sedang menunggu tuan.

QUinsha:

Jam segini, dia belum datang? Kebiasaan.

Dan Sherin hanya mengetikkan emoji tersenyum saja menanggapi kalimat Quinsha.

Terpopuler

Comments

Penulis Jelata

Penulis Jelata

Apa nupel ini yg bhas perkara narkoba kmrn?

2022-05-18

1

Nofi Kahza

Nofi Kahza

kak Naj..aku mampir..tp nyicil ya🤣

2022-04-20

1

Andri Sukaro

Andri Sukaro

👍👍

2022-04-11

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1
3 Bab 2
4 Bab 3
5 Bab 4
6 Bab 5
7 Bab 6
8 Bab 7
9 Bab 8
10 Bab 9
11 Bab 10
12 Bab 11
13 Bab 12
14 Bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 Bab 17
19 Bab 18
20 Bab 19
21 Bab 20
22 Cinta Tak Bertuan 21
23 Cinta Tak Bertuan 22
24 Cinta Tak Bertuan 23
25 Cinta Tak Bertuan 24
26 Cinta Tak Bertuan 25
27 Cinta Tak Bertuan 26
28 Cinta Tak Bertuan 27
29 Cinta Tak Bertuan 28
30 Cinta Tak Bertuan 29
31 Cinta Tak Bertuan 30
32 Cinta Tak Bertuan 31
33 Cinta Tak Bertuan 32
34 Cinta Tak Bertuan 33
35 Cinta Tak Bertuan 34
36 Cinta Tak Bertuan 35
37 Cinta Tak Bertuan 36
38 Cinta Tak Bertuan 37
39 Cinta Tak Bertuan 38
40 Cinta Tak Bertuan 39
41 Cinta Tak Bertuan 40
42 Cinta Tak Bertuan 41
43 Cinta Tak Bertuan 42
44 Cinta Tak Bertuan 43
45 Cinta Tak Bertuan 44
46 Cinta Tak Bertuan 45
47 Cinta Tak Bertuan 46
48 Cinta Tak Bertuan 46
49 Cinta Tak Bertuan 47
50 Cinta Tak Bertuan 48
51 Cinta Tak Bertuan 49.
52 Cinta Tak Bertuan 50
53 Cinta Tak Bertuan 51
54 Cinta Tak Bertuan 52
55 Cinta Tak Bertuan 53
56 Cinta Tak Bertuan 54
57 Cinta Tak Bertuan 55
58 Cinta Tak Bertuan 56
59 Cinta Tak Bertuan 57
60 Cinta Tak Bertuan 58
61 Cinta Tak Bertuan 59
62 Cinta Tak Bertuan 60
63 Cinta Tak Bertuan 61
64 Cinta Tak Bertuan 62
65 Cinta Tak Bertuan 63
66 Cinta Tak Bertuan 64
67 Cinta Tak Bertuan 65
68 Cinta Tak Bertuan 66
69 Cinta Tak Bertuan 67
70 Cinta Tak Bertuan 68
71 Cinta Tak Bertuan 69
72 Cinta Tak Bertuan 70
73 Cinta Tak Bertuan 71
74 Cinta Tak Bertuan 72
75 Cinta Tak Bertuan 73
76 Cinta Tak Bertuan 74
77 Cinta Tak Bertuan 75
78 Cinta Tak Bertuan 76
79 Cinta Tak Bertuan 77
80 Cinta Tak Bertuan 78
81 Cinta Tak Bertuan 79
82 Cinta Tak Bertuan 80
83 Cinta Tak Bertuan 81
84 Cinta Tak Bertuan 82
85 Cinta Tak Bertuan 83.
86 Cinta Tak Bertuan 84
87 Cinta Tak Bertuan 85
88 Cinta Tak Bertuan 86
89 Cinta Tak Bertuan 87
90 Cinta Tak Bertuan 88
91 Cinta Tak Bertuan 89
92 Cinta Tak Bertuan 90
93 Cinta Tak Bertuan 91
94 Cinta Tak Bertuan 92
95 Cinta Tak Bertuan 93
96 Cinta Tak Bertuan 94
97 Cinta Tak Bertuan 95
98 Cinta Tak Bertuan 96
99 Cinta Tak Bertuan 97
100 Cinta Tak Bertuan 98
101 Cinta Tak Bertuan 99
102 Cinta Tak Bertuan 100
103 Cinta Tak Bertuan 101
104 Cinta Tak Bertuan 102
105 Cinta Tak Bertuan 103
106 Cinta Tak Bertuan 104
107 Cinta Tak Bertuan 105
108 Cinta Tak Bertuan 106
109 Cinta Tak Bertuan 107
110 Cinta Tak Bertuan 108
111 Cinta Tak Bertuan 109
112 Cinta Tak Bertuan 110
113 Cinta Tak Bertuan 111
114 Cinta Tak Bertuan 112
115 Cinta Tak Bertuan 113
116 Cinta Tak Bertuan 114
117 Cinta Tak Bertuan 115
118 Cinta Tak Bertuan 116
119 Cinta Tak Bertuan 117
120 Cinta Tak Bertuan 118
121 Cinta Tak Bertuan 119
122 Cinta Tak Bertuan 120
123 Cinta Tak Bertuan 121
124 Cinta Tak Bertuan 122
125 Epilog.
126 Pengumuman
127 Extra 1
128 Extra 2
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1
3
Bab 2
4
Bab 3
5
Bab 4
6
Bab 5
7
Bab 6
8
Bab 7
9
Bab 8
10
Bab 9
11
Bab 10
12
Bab 11
13
Bab 12
14
Bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
Bab 17
19
Bab 18
20
Bab 19
21
Bab 20
22
Cinta Tak Bertuan 21
23
Cinta Tak Bertuan 22
24
Cinta Tak Bertuan 23
25
Cinta Tak Bertuan 24
26
Cinta Tak Bertuan 25
27
Cinta Tak Bertuan 26
28
Cinta Tak Bertuan 27
29
Cinta Tak Bertuan 28
30
Cinta Tak Bertuan 29
31
Cinta Tak Bertuan 30
32
Cinta Tak Bertuan 31
33
Cinta Tak Bertuan 32
34
Cinta Tak Bertuan 33
35
Cinta Tak Bertuan 34
36
Cinta Tak Bertuan 35
37
Cinta Tak Bertuan 36
38
Cinta Tak Bertuan 37
39
Cinta Tak Bertuan 38
40
Cinta Tak Bertuan 39
41
Cinta Tak Bertuan 40
42
Cinta Tak Bertuan 41
43
Cinta Tak Bertuan 42
44
Cinta Tak Bertuan 43
45
Cinta Tak Bertuan 44
46
Cinta Tak Bertuan 45
47
Cinta Tak Bertuan 46
48
Cinta Tak Bertuan 46
49
Cinta Tak Bertuan 47
50
Cinta Tak Bertuan 48
51
Cinta Tak Bertuan 49.
52
Cinta Tak Bertuan 50
53
Cinta Tak Bertuan 51
54
Cinta Tak Bertuan 52
55
Cinta Tak Bertuan 53
56
Cinta Tak Bertuan 54
57
Cinta Tak Bertuan 55
58
Cinta Tak Bertuan 56
59
Cinta Tak Bertuan 57
60
Cinta Tak Bertuan 58
61
Cinta Tak Bertuan 59
62
Cinta Tak Bertuan 60
63
Cinta Tak Bertuan 61
64
Cinta Tak Bertuan 62
65
Cinta Tak Bertuan 63
66
Cinta Tak Bertuan 64
67
Cinta Tak Bertuan 65
68
Cinta Tak Bertuan 66
69
Cinta Tak Bertuan 67
70
Cinta Tak Bertuan 68
71
Cinta Tak Bertuan 69
72
Cinta Tak Bertuan 70
73
Cinta Tak Bertuan 71
74
Cinta Tak Bertuan 72
75
Cinta Tak Bertuan 73
76
Cinta Tak Bertuan 74
77
Cinta Tak Bertuan 75
78
Cinta Tak Bertuan 76
79
Cinta Tak Bertuan 77
80
Cinta Tak Bertuan 78
81
Cinta Tak Bertuan 79
82
Cinta Tak Bertuan 80
83
Cinta Tak Bertuan 81
84
Cinta Tak Bertuan 82
85
Cinta Tak Bertuan 83.
86
Cinta Tak Bertuan 84
87
Cinta Tak Bertuan 85
88
Cinta Tak Bertuan 86
89
Cinta Tak Bertuan 87
90
Cinta Tak Bertuan 88
91
Cinta Tak Bertuan 89
92
Cinta Tak Bertuan 90
93
Cinta Tak Bertuan 91
94
Cinta Tak Bertuan 92
95
Cinta Tak Bertuan 93
96
Cinta Tak Bertuan 94
97
Cinta Tak Bertuan 95
98
Cinta Tak Bertuan 96
99
Cinta Tak Bertuan 97
100
Cinta Tak Bertuan 98
101
Cinta Tak Bertuan 99
102
Cinta Tak Bertuan 100
103
Cinta Tak Bertuan 101
104
Cinta Tak Bertuan 102
105
Cinta Tak Bertuan 103
106
Cinta Tak Bertuan 104
107
Cinta Tak Bertuan 105
108
Cinta Tak Bertuan 106
109
Cinta Tak Bertuan 107
110
Cinta Tak Bertuan 108
111
Cinta Tak Bertuan 109
112
Cinta Tak Bertuan 110
113
Cinta Tak Bertuan 111
114
Cinta Tak Bertuan 112
115
Cinta Tak Bertuan 113
116
Cinta Tak Bertuan 114
117
Cinta Tak Bertuan 115
118
Cinta Tak Bertuan 116
119
Cinta Tak Bertuan 117
120
Cinta Tak Bertuan 118
121
Cinta Tak Bertuan 119
122
Cinta Tak Bertuan 120
123
Cinta Tak Bertuan 121
124
Cinta Tak Bertuan 122
125
Epilog.
126
Pengumuman
127
Extra 1
128
Extra 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!