Bab 1

Hari sudah merambah sore. Sudah pukul 16:30, pantas kalau ponselnya tidak berhenti berbunyi. Ada beberapa pesan masuk dari Sherin yang menanyakan keberadaannya. Karena ia memang sudah terlambat satu setengah jam dari jadwal yang dijanjikan.

Kalau saja, hatinya cukup kuat, perasaannya cukup tegar—ketika mendengar kabar Arfan bertunangan—Quinsha tak perlu menghabiskan waktu lebih satu jam, untuk terdiam tanpa kata, lalu menangis tanpa suara dan berakhir dengan malas beranjak seakan tubuh tanpa tenaga.

Langkahnya tergesa menuju tempat parkir. Sudah terbayang betapa kusutnya wajah sang sopir. Karena Ia juga menjadi korban kegalauan hati Quinsha Daneen. Harus menunggu berlama-lama di dalam, atau di samping mobil. Sedangkan sang anak majikan masih menepi dari keramaian dan menangis sendirian.

Meresahkan.

Terdengar suara gaduh, tapi, tidak hiraukan. Terlihat kilatan cahaya, juga tak ia pedulikan. Tatapannya tengah fokus pada pak Dimas, yang berdiri di samping mobilnya dengan wajah cemas. “Pak Dimas!” panggil Quinsha dalam jarak tak begitu dekat.

“Masya Allah, Neng.” pria baya itu terlihat begitu lega, melihat Quinsha yang dari tadi ditunggu, melangkah tergesa ke arahnya.

“Neng, kemana saja? Neng baik-baik saja ‘kan?”

“Iya, Pak. Alhamdulillah.”

Quinsha menampilkan senyum di bibirnya. Senyuman yang indah itu, ia harap akan mampu menghapus jejak-jejak air mata di wajahnya. “kita langsung pulang, Pak!” ajak Quinsha. Membuat pak Dimas menghentikan atensinya yang sedang menatap wajah cantik itu dengan seksama.

Bagaimana tidak, kulit putih bersih Quinsha tak dapat menyamarkan adanya warna merah di hidung, dan sembab di kedua matanya, sisa-sisa aliran deras beberapa waktu sebelumnya. Namun, ajakan Quinsha segera menyadarkan pak Dimas untuk segera membukakan pintu buat sang nona.

“Gak usah, Pak! Saya sendiri saja,” cegah Quinsha.

Pak Dimas mengangguk dan memilih segera masuk ke mobil, lalu duduk di tempat seharusnya, yaitu sebagai sopir. Quinsha pun bergegas membuka pintu, namun belum sampai tangannya meraih handle, tubuhnya terhempas dengan cepat menubruk body mobil karena sebuah dorongan dari seseorang yang entah disengaja atau tidak. “Argh! “ gadis itu mengerang tertahan.

Dari pada melihat siapa yang telah melakukan atraksi tak terduga, dan telah menjadikan dirinya sebagai korban di sana, Quinsha memilih mengusap kepalanya yang mendadak pening dan seakan berputar saja. Terasa ada satu tangan yang memegang tangannya dan membantunya berdiri tegak. Lalu ada satu tangan lagi yang mengusap kepalanya yang tertutup hijab. “Sorri, sorry maaf, maaf saya gak sengaja.” Suara seorang laki-laki dengan napas memburu seakan tengah dikejar sesuatu.

Quinsha segera membuka mata, dan sepasang netra itu hampir membulat sempurna, tatkala melihat seraut wajah tampan berada sangat dekat dengan wajahnya. Quinsha cepat menepikan tubuh untuk menjauh. Dan sepasang matanya terpejam rapat, tatkala kilatan cahaya beberapa kali berkelebat.

“masuk mobil!” perintah laki-laki itu dengan suara datar, tapi di wajahnya terselip sebuah senyuman yang mengarah pada Quinsha.

“Hah?” Quinsha terlonjak heran dengan satu perintah yang menurutnya aneh itu. Aneh karena tidak terdapat kesesuaian. Wajah lelaki itu menampilkan senyuman lembut tapi tatapan matanya mengintimidasi Quinsha agar mematuhi perintahnya.

“Masuk ke mobil, sekarang!” laki-laki itu mengulang perintahnya dengan menambah penekanan kata.

“Apa maksudnya?” Quinsha tentu saja heran. Merasa tak kenal dengan laki-laki yang pasti sudah menubruknya dan membuat kepalanya berkelana dan berkeliling. Bukannya meminta maaf, lelaki muda itu malah memberinya perintah. Apa mungkin Quinsha sedang berusaha di culik sekarang?

“Selamatkan dirimu! Masuk mobil sekarang!” lelaki itu kembali memberi perintah dengan nada bicara lebih garang. Tapi sungguh berbeda dengan ekspresi wajah yang ditampilkan. Di wajah itu malah tetap memperlihatkan senyuman. Apa lelaki ini sedang bermain seni peran? Lalu kenapa melibatkan Quinsha Daneen tanpa pemberitahuan?

Kembali kilatan cahaya menerpa keduanya. Lelaki itu berdecak kesal, karena sikap wanita di depannya yang sama sekali tak menunjukkan kepahaman. Ia segera membuka pintu mobil, dan menarik tangan Quinsha dengan setengah memaksa, membawa wanita itu masuk ke mobilnya.

“Ada apa, Neng? Dia siapa?” tanya pak Dimas dari depan dengan mimik heran, melihat Quinsha masuk mobil tak sendirian, tapi ada seorang pemuda ganteng bersamanya, duduk di samping Quinsha dan menutup pintu mobil dengan cepat.

“Jalankan mobilnya, Pak!” Pemuda tampan itu memberi titah pada Pak Dimas yang masih melongo keheranan. “saya temannya dia!” Tuturnya lagi dengan memberi isyarat mata pada Quinsha. Wanita itu sendiri tak hiraukan ucapan si pemuda. Ia sedang menatap keluar jendela mobilnya. Di sana terlihat beberapa orang yang coba mendekati mobil yang di naikinya tersebut dengan membawa kamera.

Kamera? Dan Quinsha baru sadar, kalau kilatan cahaya berkelebat dari tadi yang menimpa dirinya itu adalah jepretan kamera. Bukan fenomena alam seperti yang dipikirkannya. Mereka adalah para pemburu warta. Lalu siapa yang sedang mereka kejar untuk didapatkan beritanya? Apakah pemuda di sampingnya sekarang? Siapakah dia, kenapa dia dikejar-kejar oleh wartawan? Apakah dia seorang buronan?

Pikiran yang berkonotasi negatif itu langsung mendominasi kepala Quinsha. Ini mungkin akibat pening yang masih terasa di sana. Sehingga mengesampingkan sikap untuk tak mudah berburuk sangka pada orang lain. Quinsha juga tak sempat berpikir, kalau yang biasa mengejar-ngejar buronan itu bukan para wartawan, tapi petugas kepolisian.

Sepasang mata Quinsha kini mengamati wajah laki-laki yang duduk tak jauh di sampingnya. Wajah itu sangat tampan menawan. Setiap guratan di sana begitu sempurna bak pahatan patung dewa. Kulitnya yang putih bersih sangat terlihat terawat dan terjaga. Dan wajah tampan ini, terasa sangat familier sekali. Tapi ingatan Quinsha menolak untuk mencari, karena pertanyaan pak Dimas yang menginterupsi.

“Kita akan kemana, Neng?” mobil telah cukup jauh meninggalkan halaman pusat perbelanjaan di mana huru-hara itu terjadi. Pak Dimas bukannya tak tahu, kalau tugasnya adalah membawa sang nona pulang kembali. Tapi karena sekarang Quinsha tak sendiri, membuat Pak Dimas merasa harus menanyakannya lagi.

“Ke Hotel Aston, Pak.” Yang menjawab adalah pemuda tampan itu, dan bukan Quinsha, membuat pak Dimas menoleh sesaat dan menatap sang nona.

“Yang bisa memberi perintah di sini, itu saya,” ujar Quinsha dengan tegas. Tatapannya tajam mengarah pada lawan bicaranya. Rasa tidak suka tergambar jelas dari sana.

“Saya tau,” jawab singkat pemuda tampan itu sambil menatap jam tangannya. Sebuah jam tangan merek ternama melingkar apik di sana. “saya akan ganti rugi semuanya,” ucapnya lagi.

“Maksudnya?”

“Saya akan bayar.”

“Ini bukan taksi.”

Pemuda itu mengangguk. Sepertinya ia berada dalam posisi malas berdebat. Kini ia meraih gawai dari saku bajunya. Sebuah IPhone canggih keluaran terbaru. “saya akan bayar lebih dari hanya sekedar ongkos taksi,” ujarnya seraya jemarinya lincah menari di atas layar iPhone yang canggih.

“Termasuk waktu saya, Anda bisa menggantinya?”

Laki-laki itu menoleh sekejap, menarik napas siap memberi jawab. Tapi sayangnya Quinsha tak memiliki kesempatan untuk mendengarkan jawabannya. Karena ponsel canggih lelaki itu memperdengarkan suaranya.

“Raf, kamu di mana?” pertanyaan seorang pria dari seberang sana, yang cukup di dengar juga oleh Quinsha. Itu suara Mas Adam, orang pertama yang pasti akan mencari pemuda itu, bila tahu ia tak ada. Dan sekaligus orang pertama yang ingin dihindari, tiap kali ia ingin mendapatkan privasinya.

“Di jalan,” sahut lelaki itu sambil menghembus napasnya pelan.

“Jalan mana?”

“Gue gak tau juga ini jalan apa, Mas.”

“Dari mana saja, bersama siapa kamu? Kenapa keluar tidak pamit padaku?” pertanyaan bernada kesal dan gemas di saat yang bersamaan terlontar dari Mas Adam. Sudah bukan hal baru kalau ia bertanya dengan model menginterogasi seperti ini. Dibandingkan menjadi seorang manajer artis, Mas Adam sepertinya lebih cocok menjadi anggota badan inteligen saja. Karena setiap pertanyaannya yang tak selesai sebelum sampai pada akar-akarnya. Dan tak berhenti sebelum mendapatkan semua jawabannya.

“Gak cukup, dengan tau gue baik-baik saja, Mas?” lelaki itu sepertinya masih dalam mode malas meladeni pertanyaan Mas Adam.

“Oke. Gue jemput lu. Di jalan mana?”

“Gak usah. Bentar juga nyampek.” Dan ia segera memutus teleponnya dengan cepat. Lalu menoleh pada gadis cantik berhijab di sebelahnya. “Mau ganti rugi dengan cara apa? Sebutin saja! Saya penuhin,” ujarnya. Menyambung ucapan yang sempat terputus barusan.

Quinsha memutar bola matanya malas. 'Sombong sekali orang ini' Pikirnya. Tapi mendapatkan tantangan seperti ini, bukan Quinsha namanya kalau tidak meladeni. “Balikin waktu saya yang sudah terbuang, karena harus mengantar kamu.”

Laki-laki tampan itu terdiam. Memang tak ada keterkejutan di wajahnya, tapi Quinsha tahu, kalau permintaan itu adalah satu hal yang tak diduganya. Pandai sekali ia menyembunyikan keterkejutan. Lelaki itu pasti lihai bermain ekspresi, mungkin ia tipikal orang yang ikut kursus kepribadian. Atau, hal seperti ini memang adalah bagian dari lakon yang memang harus selalu ia perankan.

Diam-diam, Quinsha bersorak dalam hati. Hampir saja kalimat bernada cibiran akan ia keluarkan. Tapi ucapan laki-laki itu membuat niatnya diurungkan.

“Oke.” Satu kata saja yang ia ucapkan dan kini giliran Quinsha yang terdiam.

Berani juga orang ini, bagaimana bisa ia mengembalikan waktu yang sudah terlewati.

“Caranya?” Quinsha tak dapat menahan dirinya untuk tak bertanya.

“Kita lihat saja, nanti.” Ia memberikan jawaban santai dan penuh percaya diri.

Terpopuler

Comments

Susi Herawati

Susi Herawati

sambil nunggu up aku ulangi bacanya... sumpah bagus bgt

2022-04-22

0

Nofi Kahza

Nofi Kahza

ow begini awal ceritanya bertemu rafardan🥰

2022-04-13

0

Andri Sukaro

Andri Sukaro

👍

2022-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1
3 Bab 2
4 Bab 3
5 Bab 4
6 Bab 5
7 Bab 6
8 Bab 7
9 Bab 8
10 Bab 9
11 Bab 10
12 Bab 11
13 Bab 12
14 Bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 Bab 17
19 Bab 18
20 Bab 19
21 Bab 20
22 Cinta Tak Bertuan 21
23 Cinta Tak Bertuan 22
24 Cinta Tak Bertuan 23
25 Cinta Tak Bertuan 24
26 Cinta Tak Bertuan 25
27 Cinta Tak Bertuan 26
28 Cinta Tak Bertuan 27
29 Cinta Tak Bertuan 28
30 Cinta Tak Bertuan 29
31 Cinta Tak Bertuan 30
32 Cinta Tak Bertuan 31
33 Cinta Tak Bertuan 32
34 Cinta Tak Bertuan 33
35 Cinta Tak Bertuan 34
36 Cinta Tak Bertuan 35
37 Cinta Tak Bertuan 36
38 Cinta Tak Bertuan 37
39 Cinta Tak Bertuan 38
40 Cinta Tak Bertuan 39
41 Cinta Tak Bertuan 40
42 Cinta Tak Bertuan 41
43 Cinta Tak Bertuan 42
44 Cinta Tak Bertuan 43
45 Cinta Tak Bertuan 44
46 Cinta Tak Bertuan 45
47 Cinta Tak Bertuan 46
48 Cinta Tak Bertuan 46
49 Cinta Tak Bertuan 47
50 Cinta Tak Bertuan 48
51 Cinta Tak Bertuan 49.
52 Cinta Tak Bertuan 50
53 Cinta Tak Bertuan 51
54 Cinta Tak Bertuan 52
55 Cinta Tak Bertuan 53
56 Cinta Tak Bertuan 54
57 Cinta Tak Bertuan 55
58 Cinta Tak Bertuan 56
59 Cinta Tak Bertuan 57
60 Cinta Tak Bertuan 58
61 Cinta Tak Bertuan 59
62 Cinta Tak Bertuan 60
63 Cinta Tak Bertuan 61
64 Cinta Tak Bertuan 62
65 Cinta Tak Bertuan 63
66 Cinta Tak Bertuan 64
67 Cinta Tak Bertuan 65
68 Cinta Tak Bertuan 66
69 Cinta Tak Bertuan 67
70 Cinta Tak Bertuan 68
71 Cinta Tak Bertuan 69
72 Cinta Tak Bertuan 70
73 Cinta Tak Bertuan 71
74 Cinta Tak Bertuan 72
75 Cinta Tak Bertuan 73
76 Cinta Tak Bertuan 74
77 Cinta Tak Bertuan 75
78 Cinta Tak Bertuan 76
79 Cinta Tak Bertuan 77
80 Cinta Tak Bertuan 78
81 Cinta Tak Bertuan 79
82 Cinta Tak Bertuan 80
83 Cinta Tak Bertuan 81
84 Cinta Tak Bertuan 82
85 Cinta Tak Bertuan 83.
86 Cinta Tak Bertuan 84
87 Cinta Tak Bertuan 85
88 Cinta Tak Bertuan 86
89 Cinta Tak Bertuan 87
90 Cinta Tak Bertuan 88
91 Cinta Tak Bertuan 89
92 Cinta Tak Bertuan 90
93 Cinta Tak Bertuan 91
94 Cinta Tak Bertuan 92
95 Cinta Tak Bertuan 93
96 Cinta Tak Bertuan 94
97 Cinta Tak Bertuan 95
98 Cinta Tak Bertuan 96
99 Cinta Tak Bertuan 97
100 Cinta Tak Bertuan 98
101 Cinta Tak Bertuan 99
102 Cinta Tak Bertuan 100
103 Cinta Tak Bertuan 101
104 Cinta Tak Bertuan 102
105 Cinta Tak Bertuan 103
106 Cinta Tak Bertuan 104
107 Cinta Tak Bertuan 105
108 Cinta Tak Bertuan 106
109 Cinta Tak Bertuan 107
110 Cinta Tak Bertuan 108
111 Cinta Tak Bertuan 109
112 Cinta Tak Bertuan 110
113 Cinta Tak Bertuan 111
114 Cinta Tak Bertuan 112
115 Cinta Tak Bertuan 113
116 Cinta Tak Bertuan 114
117 Cinta Tak Bertuan 115
118 Cinta Tak Bertuan 116
119 Cinta Tak Bertuan 117
120 Cinta Tak Bertuan 118
121 Cinta Tak Bertuan 119
122 Cinta Tak Bertuan 120
123 Cinta Tak Bertuan 121
124 Cinta Tak Bertuan 122
125 Epilog.
126 Pengumuman
127 Extra 1
128 Extra 2
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1
3
Bab 2
4
Bab 3
5
Bab 4
6
Bab 5
7
Bab 6
8
Bab 7
9
Bab 8
10
Bab 9
11
Bab 10
12
Bab 11
13
Bab 12
14
Bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
Bab 17
19
Bab 18
20
Bab 19
21
Bab 20
22
Cinta Tak Bertuan 21
23
Cinta Tak Bertuan 22
24
Cinta Tak Bertuan 23
25
Cinta Tak Bertuan 24
26
Cinta Tak Bertuan 25
27
Cinta Tak Bertuan 26
28
Cinta Tak Bertuan 27
29
Cinta Tak Bertuan 28
30
Cinta Tak Bertuan 29
31
Cinta Tak Bertuan 30
32
Cinta Tak Bertuan 31
33
Cinta Tak Bertuan 32
34
Cinta Tak Bertuan 33
35
Cinta Tak Bertuan 34
36
Cinta Tak Bertuan 35
37
Cinta Tak Bertuan 36
38
Cinta Tak Bertuan 37
39
Cinta Tak Bertuan 38
40
Cinta Tak Bertuan 39
41
Cinta Tak Bertuan 40
42
Cinta Tak Bertuan 41
43
Cinta Tak Bertuan 42
44
Cinta Tak Bertuan 43
45
Cinta Tak Bertuan 44
46
Cinta Tak Bertuan 45
47
Cinta Tak Bertuan 46
48
Cinta Tak Bertuan 46
49
Cinta Tak Bertuan 47
50
Cinta Tak Bertuan 48
51
Cinta Tak Bertuan 49.
52
Cinta Tak Bertuan 50
53
Cinta Tak Bertuan 51
54
Cinta Tak Bertuan 52
55
Cinta Tak Bertuan 53
56
Cinta Tak Bertuan 54
57
Cinta Tak Bertuan 55
58
Cinta Tak Bertuan 56
59
Cinta Tak Bertuan 57
60
Cinta Tak Bertuan 58
61
Cinta Tak Bertuan 59
62
Cinta Tak Bertuan 60
63
Cinta Tak Bertuan 61
64
Cinta Tak Bertuan 62
65
Cinta Tak Bertuan 63
66
Cinta Tak Bertuan 64
67
Cinta Tak Bertuan 65
68
Cinta Tak Bertuan 66
69
Cinta Tak Bertuan 67
70
Cinta Tak Bertuan 68
71
Cinta Tak Bertuan 69
72
Cinta Tak Bertuan 70
73
Cinta Tak Bertuan 71
74
Cinta Tak Bertuan 72
75
Cinta Tak Bertuan 73
76
Cinta Tak Bertuan 74
77
Cinta Tak Bertuan 75
78
Cinta Tak Bertuan 76
79
Cinta Tak Bertuan 77
80
Cinta Tak Bertuan 78
81
Cinta Tak Bertuan 79
82
Cinta Tak Bertuan 80
83
Cinta Tak Bertuan 81
84
Cinta Tak Bertuan 82
85
Cinta Tak Bertuan 83.
86
Cinta Tak Bertuan 84
87
Cinta Tak Bertuan 85
88
Cinta Tak Bertuan 86
89
Cinta Tak Bertuan 87
90
Cinta Tak Bertuan 88
91
Cinta Tak Bertuan 89
92
Cinta Tak Bertuan 90
93
Cinta Tak Bertuan 91
94
Cinta Tak Bertuan 92
95
Cinta Tak Bertuan 93
96
Cinta Tak Bertuan 94
97
Cinta Tak Bertuan 95
98
Cinta Tak Bertuan 96
99
Cinta Tak Bertuan 97
100
Cinta Tak Bertuan 98
101
Cinta Tak Bertuan 99
102
Cinta Tak Bertuan 100
103
Cinta Tak Bertuan 101
104
Cinta Tak Bertuan 102
105
Cinta Tak Bertuan 103
106
Cinta Tak Bertuan 104
107
Cinta Tak Bertuan 105
108
Cinta Tak Bertuan 106
109
Cinta Tak Bertuan 107
110
Cinta Tak Bertuan 108
111
Cinta Tak Bertuan 109
112
Cinta Tak Bertuan 110
113
Cinta Tak Bertuan 111
114
Cinta Tak Bertuan 112
115
Cinta Tak Bertuan 113
116
Cinta Tak Bertuan 114
117
Cinta Tak Bertuan 115
118
Cinta Tak Bertuan 116
119
Cinta Tak Bertuan 117
120
Cinta Tak Bertuan 118
121
Cinta Tak Bertuan 119
122
Cinta Tak Bertuan 120
123
Cinta Tak Bertuan 121
124
Cinta Tak Bertuan 122
125
Epilog.
126
Pengumuman
127
Extra 1
128
Extra 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!