Permintaan Azzam

"Saya ajak ke tempat favorit saya ya. Tapi rahasia, baru kamu yang tau"

"Anak istri bapak ga tau?"

"Engga, kamu orang pertama. Saya ga gombal tapi memang apa adanya"

Selama perjalanan Annisa terlihat gelisah, karna jalan yang dilalui banyak sekali belokan jadi membuat Annisa sedikit mual. Keringat dingin pun mulai bercucuran, Annisa mencoba mencari sesuatu di tasnya yang dapat meredakan sedikit rasa mualnya.

"Kamu kenapa? Pusing ya?" Tanya Azzam sambil reflek tangannya ingin menyentuh kening Annisa namum Azzam urungkan karna tatapan Annisa yang tidak nyaman.

Annisa hanya mengangguk.

Akhirnya Azzam menepikan mobilnya. Dia mencoba mencari minyak angin di dashboard mobilnya untuk Annisa.

"Coba kamu oles didekat hidung dan kepala ya" Kata Azzam

Annisa pun menuruti perintah Azzam.

"Loh, kamu kenapa nangis" Tanya Azzam

"Panas Pak"

"Jangan dilap pakai tangan, nanti malah makin panas"

Azzam pun menyeka air mata Annisa dengan tangannya.

"Pak, biar saya aja"

"Kamu mau makin panas mata kamu? Tangan kamu kan abis kena minyak"

Annisa pun diam karna benar kata Azzam namun tak dipungkiri Annisa merasa nyaman dengan sikap Azzam yang begitu dewasa menghadapi dirinya.

"Bisa kita lanjut lagi" Tanya Azzam

"Iya lanjut aja Pak"

"Kamu tiduran aja ya" Kata Azzam sambil merubah posisi kursi Annisa ke mode sedikit agak tiduran.

Jantung Annisa seperti berhenti ketika wajah Azzam hanya beberapa centi dari wajahnya. Tapi Annisa memalingkan wajahnya karna takut Azzam melihat wajahnya memerah karna malu.

Azzam pun melanjutkan perjalanan dan Annisa mencoba memejamkan mata karna untuk mengurangi rasa mual dan pusingnya.

Setelah menempuh setengah perjalanan suara adzan dzuhur berkumandang. Annisa pun bangun karna alarm adzan yang ada di ponselnya bunyi.

"Kok bangun, kan belum sampai" Tanya Azzam

Annisa tak menjawab namun hanya tersenyum.

"Kita mampir sholat dulu ya" Kata Azzam

Annisa mengangguk.

"Kita ga bisa parkir didepan musholla, jadi nanti jalan kaki ya menuju musholla nya" Kata Azzam

"Iya Pak"

Ketika hendak turun, Azzam menyerahkan mukena untuk Annisa

"Pakai mukena ini ya"Ujar Azzam

"Makasih Pak" Kata Annisa

Setelah selesai sholat, seperti biasa Azzam akan merubah posisi duduk nya menghadap Annisa. Annisa pun masih salah tingkah ketika mata mereka bertemu.

"Ya Allah, inilah wanita yang aku cintai. Entah bagaimana skenario Mu kedepan aku mohon Engkau kuatkan dan mudah kan jalannya. Aku yakin ujian kedepannya tak akan mudah namun ketika Engkau ridho, in sya Allah aku yakin atas langkahku"

Annisa pun menyeka air matanya. Tak tahan mendengar do'a Azzam yang begitu syahdu pada Rabbnya. Terlebih, dia menceritakan pada Rabbnya bahwa Annisa adalah orang yang Azzam cintai.

Mereka pun melanjutkan perjalanannya. Sepanjang perjalanan, Annisa bimbang ingin meminta klarifikasi atas yang ia dengar tadi atau tetap diam namun akhirnya Annisa memberanikan diri untuk bertanya.

"Pak, kenapa begini?" Tanya Annisa

"Apanya?"

"Sikap Pak Azzam terhadap saya. Saya takut Pak. Kita ga mungkin bisa bersama. Pak Azzam sudah punya istri dan anak, ga mungkin tega saya merusak itu semua. Saya munafik kalau menolak Pak Azzam namun saya masih waras Pak dengan kondisi Pak Azzam" Ujar Annisa panjang lebar.

Azzam pun memarkirkan mobilnya disebuah lembah.

"Kita udah sampe. Lihat, indah bukan pemandangan didepan mata kamu" Kata Azzam

Annisa tercengang melihat pemandangan didepan matanya. Benar kata Pak Azzam sangat indah bahkan pemandangannya. Annisa tidak pernah melihat ini di kota.

"Mau tetap dimobil aja? Yakin gamau turun?" Ucap Azzam yang menyadarkan Annisa.

Annisa pun turun dari mobil, Azzam sudah berada agak jauh dari Annisa dan Annisa pun menyusul Azzam.

"Kenapa ga dijawab pertanyaan saya?" Kata Annisa

"Saya akan jelasin semua"

Annisa pun berdiri sejajar dengan Azzam.

"Saya memang sudah menikah dan dikaruniai anak 2. Laki-laki dan perempuan. Namanya Sabil dan Bilqis. Saya dan istri saya sudah lama tak sejalan dan puncaknya 5bulan yang lalu dia pulang kerumah orang tuanya. Kami berdua dijodohkan. Saya sempat menolak perjodohan itu namun abah saya menentang keras jadi sebagai bakti saya lakukan. Dari awal pernikahan, kami sering cekcok. Bahkan beberapa kali dia pulang kerumah orang tua nya. Sampai akhirnya anak pertama kami lahir tapi perasaan saya terasa kosong sama dia. Sepertinya dia pun begitu, karna yang saya tau sebelum dijodohkan dengan saya dia sudah memiliki kekasih. Ekspetasi saya, dia akan semakin dewasa ketika anak kami lahir namun nyatanya tidak. Ketika dia marah, dia langsung pergi kerumah orang tua nya, disitu saya bingung. Terkadang juga terucap kata pisah dari dia namun tak pernah saya ambil serius karna pernikahan ini walaupun dijodohkan tetaplah ikatan suci dan merupakan perjanjian seorang hamba terhadap Rabbnya. Dan selama 5 bulan ini pula dia ga mau saya jemput dan anak-anak belum bertemu dengan ibunya" Azzam menghela nafas panjang dan menundukkan kepalanya.

"Lalu kenapa harus saya? Kenapa Pak Azzam ga berusaha memperbaiki ini semua sebelum terlambat?"

"Keluarga besar tau perjuangan saya bagaimana untuk mempertahankan rumah tangga ini namun semua nihil. Beberapa lalu saya jadi pembicara di seminar itu, pikiran saya sedang kalut sampai akhirnya mata saya bertemu dengan mata kamu seketika hati saya menghangat dan seperti ada oksigen. Padahal saat itu saya sedang dihadapkan dengan sesuatu yang sulit namun akhirnya saya bisa berpikir jernih setelah melihat kamu. Saya ga suka gombal atau apapun. Kamu boleh tanya oleh siapapun yang kenal saya"

"Terus saya harus bagaimana Pak?"

"Tetaplah dihati saya, temani saya. Saya rapuh. Ketika ada didekat kamu saya kuat" Kata Azzam sambil menyeka sudut matanya.

Mereka berdua terdiam beberapa saat dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba Azzam mendengar suara perut Annisa.

"Astaghfirullah, kita belum makan siang ya. Yaudah kesana ya, disana ada restoran kecil" Kata Azzam

Azzam menggandeng tangan Annisa menuju restoran, anehnya Annisa tidak melakukan perlawanan bahkan Annisa senang dengan perlakuan Azzam.

Restoran cukup sepi, hanya beberapa orang termasuk kita. Azzam memanggil pelayanan untuk meminta buku menu.

"Mau makan apa?" Tanya Azzam

"Apa aja, aku ikut"

Akhirnya Azzam memberikan buku menu beserta nota pesanannya kepada pelayan.

"Jangan panggil saya Pak. Panggil mas aja. Mas Azzam" Kata Azzam sambil meledek Annisa

"Iya Pak"

"Kok Pak lagi"

"Iya Mas Azzam"

Azzam pun tersenyum senang mendengar ucapan Annisa. Namun Annisa dibuat memerah wajahnya karna tersipu malu.

Setelah selesai makan.

"Kita sholat dulu yuk Mas. Tuh, didalam resto ini ada mushollah" Kata Annisa sambil menunjuk musholla resto

Azzam pun langsung bangkit dan menggandeng tangan Annisa..

Terpopuler

Comments

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

Selesaikan secepatnya mas Azzam urusanmu sama istrimu, biar mulus jln kedepannya

2022-05-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!