Liana bangkit dari duduknya dengan badan lemas ia mencoba berjalan menuju kamarnya!
Rendy yang kini bersetatus sebagai suami dari Liana berjalan mengekor dibelakang Liana.
Saat Liana sudah berada didalam kamarnya, tiba-tiba ia terkejut kala melihat sosok, Rendy yang sedang duduk di bibir ranjangnya.
"Anda, sedang apa disini?" tanya Liana dengan wajah datar namun masih terlihat cantik.
"Saya ... saya. Tentu saja saya mau istirahat dikamar ini," ucap Rendy. Ia tidak tahu harus berkata apa pada wanita didepannya itu meski keduanya sudah bersetatus sebagai suami istri tapi masih ada rasa canggung diantara keduanya.
Liana hanya diam, ia tahu memang Rendy adalah suaminya jadi ia tidak bisa menyuruhnya keluar.
Liana masuk ke kamar mandi dengan membawa handuk dan baju ganti! ia akan membersihkan diri.
Setelah dua puluh menit akhirnya Liana keluar dari kamar mandi, dengan menggunakan baju tidur.
Dilihatnya laki-laki yang masih duduk ditepi ranjangnya itu, Liana langsung berjalan menuju lemari pakaiannya! diambilnya satu buah handuk lalu segera memberikan handuk itu kepada Rendy.
"Jika Anda ingin membersihkan diri, silahkan. Kamar mandinya di sebelah sana," ucap Liana seraya menunjuk ke arah pintu kamar mandi! "maaf, saya tidak ada baju untuk anda pakai. Tidak mungkin meminjam pada ayah, saya tidak berani. Mereka masih marah terhadap saya."
Rendy menerima handuk itu dari Liana, tak ada ucapan yang keluar dari mulutnya, ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak butuh waktu lama untuk membersihkan diri, seorang laki-laki seperti Rendy hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk mandi dan sebagainya.
Dibukanya pintu kamar mandi, langsung terlihat Liana sedang menyiapkan sesuatu entah apa, Rendy pun tak tahu.
Rendy segera melangkah kakinya menghampiri Liana!
Liana yang sedang memegang selimut dan bantal itu berdiri tak jauh dari Rendy, segera memberikan selimut itu dan meletakkan bantal di kasurnya!
"Anda, istirahat disini. Saya akan tidur disofa," ucap Liana sembari melangkahkan kakinya menuju sofa yang berada didepan ranjangnya.
Tiba-tiba langkah Liana terhenti saat Rendy memegang tangannya! "Tidur disini saja, biar saya yang disofa itu," ucap Rendy dan segera berbaring disofa yang sudah Liana siapkan untuknya istirahat.
Rendy, sudah berbaring ditempatnya sedangkan, Liana masih berdiri disamping ranjangnya.
"Jangan takut, sekarang saya tidak akan meminta hak saya sebagai suami," ucap Rendy. Ia tahu pasti, Liana takut kalau ia meminta haknya saat ini.
Rendy cukup tahu diri meski ia berhak atas Liana, namun pernikahan mereka yang tiba-tiba bahkan secara terpaksa, Tidak mungkin baginya untuk meminta sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pasangan suami istri.
Lagipula Rendy belum mencintai Liana. Sebenarnya Rendy merasa ingin melakukannya saat ini, sebagai laki-laki normal ia pasti merasakan adanya hasrat tersembunyi, apalagi laki-laki dan perempuan tinggal dalam satu kamar.
Sebenarnya sebagai laki-laki tidak perlu menunggu adanya cinta untuk melakukan hal itu, apalagi melihat wajah Liana yang cantiknya tak kalah dari Jenny, kekasihnya yang kabur dihari pernikahannya. Tapi Rendy mencoba menahannya agar Liana tidak terlalu kecewa dan terlalu dalam benci kepadanya.
Mendengar perkataan, Rendy membuat Liana lega. Tanpa menjawab ucapan suaminya, Liana segera berbaring dan memejamkan mata dan segera pergi ke alam mimpi.
tak terasa azan subuh sudah berkumandang. Liana mengerjapkan matanya, terasa amat berat untuk ia membuka mata rasanya masih sangat mengantuk. Namun ia harus segera bangun untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim dan segera bersiap untuk bekerja.
Dengan mata yang masih enggan terbuka, Liana berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
setelah selesai dengan ritualnya, Liana keluar dari kamar mandi! dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan di badannya. Kini badannya terasa sudah fresh karena sudah disiram air.
Liana berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaiannya! sambil membetulkan ikat rambutnya yang terasa kendur.
"Aaaaaaa!" teriak Liana dengan suara kencang, kala melihat seorang laki-laki berada di kamarnya.
Suara teriakan, Liana yang begitu kencang membuat Rendy terperanjat.
Tak lama Ratih segera masuk ke kamar Liana!
Liana memang tak pernah mengunci pintu saat tidur.
"Ada apa, Nak?" tanya Ratih kebingungan, ia memang masih marah terhadap putrinya namun ia juga tidak bisa melihat putrinya sedih ataupun terluka.
"Ibu!" Liana langsung berhambur memeluk ibunya! "ibu, maafin Liana, Bu. Li, pikir kejadian semalam hanya mimpi buruk, tapi ternyata tidak. laki-laki itu beneran ada disini," ucap Liana diperlukan ibunya, tangisnya pecah saat tau kalau kenyataannya ia memang sudah menikah.
"Sudah-sudah. sekarang kamu pake baju, pagi-pagi sudah teriak-teriak, untung handukmu tidak melorot," ucap Ratih.
Liana menurunkan pandangan dilihatnya tubuhnya yang hanya dibalut handuk. Seketika wajah Liana memerah karena malu, ia segera meraih selimut dan menutupi semua bagian tubuhnya terkecuali wajah dan kepala.
"Ibu," lirihnya.
Melihat tingkah putrinya, Ratih tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, dan segera keluar dari kamar putrinya itu, tak lupa diliriknya seorang laki-laki yang kini sudah menjadi menantunya, Ratih tersenyum kala melihat menantu barunya sedang gugup.
Ratih berlalu dari kamar itu tak lupa ia menutup pintu saat sudah berada diluar kamar.
Didalam kamar, Liana masih berdiri sambil menahan malu. Setelah beberapa menit, Liana berjalan sambil menundukkan kepalanya ia tidak mau menampakkan wajahnya didepan Rendy.
"Segitu malunya kah terhadap suamimu sendiri?" goda Rendy.
"Diamlah. Tolong anda keluar sebentar, saya mau pake baju," ucap Liana ketus.
Kejadian barusan sungguh sangat memalukan bagi Liana.
"Tinggal pake aja, kok ribet banget. Lagian aku gak akan memakanmu," ucap Rendy dengan muka bantalnya. Rendy masih duduk di sofa tempat ia tidur.
Liana menatap laki-laki yang kini bersetatus sebagai suaminya itu dengan tatapan menakutkan, entah apa yang sedang dipikirkan oleh Liana saat ini.
"Baiklah. Aku akan ke kamar mandi untuk membersihkan diri!" ucap Rendy seraya bangkit dari duduknya dan melangkah menuju kamar mandi!
"Ingat, Pak bos. jangan ngintip," ucap Liana dengan menekan kata 'jangan ngintip'
Rendy tidak menghiraukan kata-kata, Liana. Ia terus melangkah dan setelah berada di dalam kamar mandi Rendy segera menutup pintu kamar mandi!
Dua puluh menit berlalu akhirnya Rendy selesai dengan ritualnya mandinya.
Dibukanya pintu kamar mandi secara perlahan, memastikan kalau, Liana sudah selesai berpakaian. Rendy mengedarkan pandangannya ke sekeliling, namun tak mendapati sosok Liana, "mungkin dia sudah keluar?" batin Rendy.
Diluar kamar, tepatnya di dapur, Liana sedang membantu ibunya menyiapkan sarapan, ini memang sudah menjadi kebiasaan yang harus dilakukan oleh, Liana setiap paginya.
Dua wanita itu sibuk dengan urusan masing-masing, tangan, Liana sibuk menaburkan bumbu kedalam sayur yang sedang dimasaknya sedangkan, Ratih memilih membersihkan meja makan!
"Bu. Ibu jangan diam saja. Maafin Liana ya," ucap, Liana karena merasa ibunya masih marah padanya.
"Terus, Ibu harus ngomong apa?" jawab, Ratih.
"Ibu, masih marah ya?"
"Sudah, diam Liana. Sekarang kamu panggil suamimu, biar ikut sarapan sama kita," ucap, Ratih mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin membicarakan hal yang membuatnya terluka.
"Apa, aku. Suamiku. Bahkan aku merasa mimpi sudah memiliki suami, Bu," ucap Liana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Dwi Estuning
saya kok tidak suka dng tata kalimat'anda' apalagi itu bosnya ...
2022-09-28
1
Lina Lina
ngintip jg gak apa2 neng udah sah..jd gak bakalan bintilan mata pak bos wkwkwkwk 😂😂😂
2022-09-11
2
Baby_Miracles
syok ya?
2022-07-20
2