Deg! bagai disambar petir di siang bolong jantung Liana terasa berhenti berdetak nafasnya pun terasa sesak ucapan, Rendy membuat dunianya hilang seketika. Tak disangka 3 bulan bekerja di perusahaan itu, membuat malapetaka yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Kendra terperanjat, suara Rendy begitu menggelegar diruangan itu.
"Rendy!" bentak Kendra. Tidak seharusnya bosnya itu mengatakan hal seperti itu kepada wanita yang belum ia kenali itu.
"Dengar! semua ucapanku harus dituruti dan keinginanku harus terpenuhi," bentak Rendy kepada Ken. Suaranya tak kalah keras dari Kendra.
Sementara Liana hanya diam mematung dengan air mata yang tak pernah surut.
"Siapa namamu?" tanya Ken dengan nada lembut.
"Liana," ucapnya singkat.
"Nama lengkap?" lanjut Ken.
"Liana Herdiawan binti Herdiawan. Saya siap menikah dengan orang yang samasekali tidak saya kenali. Dengan satu syarat," ucap Liana tanpa ragu.
"Baiklah. Sekarang bersiaplah waktu tinggal beberapa menit lagi, tak sampai setengah jam." Tanpa mendengar persyaratan dari Liana Rendy mengiakan perjanjian itu.
Liana beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ruangan rias pengantin!
"Apa kau serius, aku harus menikah dengannya, Ken?" tanya Rendy. sebenarnya ia sendiri merasa ragu dengan keputusan ini.
"Tidak ada cara lain, Ren. mengganti mempelai wanita adalah satu-satunya jalan terbaik." Ken mencoba menjelaskan kepada Rendy akan kondisi sekarang ini.
Wanita paruh baya yang saat ini berdiri didepan pintu merasa terkejut akan ucapan, Ken. Ia tidak mungkin salah dengar ucapan, Ken barusan sangat jelas.
"Apa maksud kalian?" Elma berucap penuh tanya.
Suara Elma yang tiba-tiba, membuat Rendy dan Kendra terkejut. Keduanya saling pandang satu sama lain, terlihat raut wajah gugup pada keduanya.
"M-mama. Sejak kapan Mama disitu," tanya Rendy terbata.
"Mama, tanya. Apa maksud perkataan Ken barusan? mama tidak mungkin salah dengar," tekan Elma dengan suara bergetar.
saat ketiganya berdebat, datang seorang yang bertugas merias pengantin menghampiri mereka!
"Maaf, Tuan. Pengantin wanita tidak berhenti menangis. kami kesulitan untuk meriasnya," jelas wanita yang bertugas sebagai perias pengantin itu.
Wanita itu segera pergi meninggalkan ketiganya ia segera menuju ruang rias sebisa mungkin ia harus menyelesaikan pekerjaannya.
"Nona, tolonglah berhenti menangis. Saya kesulitan untuk merias wajah anda," ucap perias itu kepada Liana.
Diruangan tempat Rendy, Ken dan Elma berada terasa sangat panas dan tegang, mau tak mau Rendy dan Ken harus jujur kepada, Elma sang Mama.
"Jenny, melarikan diri dengan membawa uang perusahaan," ucap Rendy, singkat.
"Dan terpaksa, kami mengganti mempelai wanita yang belum pernah kita kenal," sambung Ken.
"Apa?" Elma terhuyung sambil memegang dadanya! Elma memang mempunyai riwayat penyakit jantung, dalam keadaan seperti ini tidak menutup kemungkinan penyakitnya akan kambuh.
Rendy dan Ken segera menopang tubuh Elma agar tak terjatuh ke lantai!
sebisa mungkin mereka menenangkan Elma agar penyakitnya tidak kambuh.
"Mama, tenang ya. Semua akan baik-baik saja, percaya sama aku," Ken berucap dengan percaya diri. sebisa mungkin ia bersikap tenang dihadapan mama angkatnya itu.
"Apa wanita itu bersedia menikah dengan Rendy?" tanya Elma dengan nada lirih.
"Iya, tentu saja. Wanita mana yang bisa menolak anak mama yang tampan ini," pungkas Rendy.
Sementara itu diruang rias wanita yang berprofesi sebagai perias pengantin itu merasa sangat kesulitan untuk merias mempelai wanitanya.
Tak lama Ken datang dan berjongkok dihadapan Liana! digenggamnya tangan Liana dengan lembut.
"Saya mohon. Saya jamin kamu akan bahagia sebenarnya Rendy orang yang baik, dia gak mungkin menyakiti kamu," lirih Kendra.
sebisa mungkin Kendra meyakinkan Liana untuk tidak meragukan bosnya itu. Memang sulit mendapatkan kepercayaan dari orang lain apalagi yang belum dikenal bahkan bertemu saja tidak pernah.
Tapi bukan Kendra namanya jika ia menyerah sebelum berhasil, ia terus membujuk Liana sampai akhirnya Liana menyerah padanya.
"Apa kamu tidak mau mendengar persyaratan dariku? aku menangis bukan hanya tidak mau menikah dengan bosmu tapi aku juga takut tidak diakui sebagai anak dari orang tuaku, karena menikah tanpa restu mereka," jelas Liana.
Manusia yang mana yang tidak takut tidak diakui oleh orang tuanya bahkan hewan saja kalau bisa bicara mungkin mereka juga tidak mau kalau tidak diakui orang tuanya.
Sama halnya seperti Liana, apalagi selama ini Liana sangat berbakti kepada kedua orang tuanya.
Ken menganggukkan kepalanya ia mengerti perasaan Liana saat ini, bahkan jika ia yang berada di posisi Liana mungkin ia juga akan bersikap sama seperti Liana.
Diusapnya punggung Liana dengan lembut! Ken mencoba berperan sebagai teman atau sahabat Liana saat ini.
"Kamu, wanita yang baik. saya yakin segala kebaikan akan menghampirimu." Ken keluar dari ruangan itu setela yakin kalau Liana baik-baik saja.
"Lalu bagaimana dengan orang tuaku?" ucap Liana.
Langkah, Ken terhenti diambang pintu. ia berbalik menghadap Liana!
"Kita urus itu nanti, tidak ada orang tua yang tidak bisa memberi maaf pada anaknya." Ken tersenyum kepada Liana, "berdandanlah yang cantik, buat semua orang terpesona denganmu." Ken melanjutkan langkahnya menuju ruangan sebelah dimana ada Elma dan Rendy.
Perlahan dibukanya pintu bercat hitam itu dan nampaklah wajah Elma yang terlihat pucat.
"waktunya tinggal 5 menit lagi, Nak."
"kita bersiap sekarang," ucap Ken.
"Kau yakin?" pungkas Rendy.
Ken tersenyum penuh arti dan segera memapah Elma menuju tempat dimana penghulu dan para saksi berada.
"Bersiaplah dengan segala kemungkinan yang ada, awas jatuh cinta pada pandangan pertama," goda Kendra seraya menepuk bahu kanan Rendy.
Mereka berjalan beriringan Elma yang dipapah oleh, Ken masih merasa cemas akankah acara ini berjalan dengan semestinya.
tiba ditempat dimana penghulu sudah duduk di depan meja yang diatasnya terdapat berkas dan mahar pernikahan mereka. Rendy duduk didepan penghulu wajahnya terlihat tampan meski ada kecemasan disana.
Tak lama Liana datang dengan diantarkan oleh dua orang. Semua mata tertuju pada sang pengantin wanita tak terkecuali, Rendy. penampilannya yang sangat anggun dengan gaun pengantin berwarna putih yang mewah dan wajah yang tak kalah cantik dari, Jenny sang kekasih dari Rendy yang sebentar lagi akan jadi mantan itu.
Bola mata, Rendy terus mengikuti kemana arah Liana melangkah.
sampailah ditempat yang sudah tersedia, Liana duduk diamping Rendy!
Tibalah saat akad dilangsungkan.
Setelah terdengar kata 'sah' dari para saksi dan semua orang yang ada di tempat itu. Untuk pertama kalinya, Liana mencium punggung tangan laki-laki yang kini bersetatus sebagai suaminya itu.
Setelah akad berlangsung tibalah saatnya para tamu undangan memberi selamat pada kedua mempelai secara bergantian.
Hari mulai menjelang tengah malam tepatnya pukul 23:00 wib resepsi pernikahan sudah selesai para tamu undangan sudah meninggalkan tempat itu, tinggal keluarga saja yang tersisa.
Diruang ganti nampak Liana sudah mengenakan pakaian yang ia pakai sebelumnya. Ia menyambar tasnya yang berada diatas meja dan bersiap pulang.
"Mau kemana?" tanya, Rendy.
"pulang. saya harap anda tidak memecat saya dari kantor," ucap Liana sambil berjalan melangkahkan kakinya menuju luar gedung yang menjadi saksi atas bencana yang dialami Liana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Susana
Hadir, kak.
2022-09-27
1
Maya●●●
udah masuk fav ya kakk.
semangattt
2022-09-11
1
Lina Lina
mau pulang bg..ntar dicariin sm ayah klu gak plg bisa dicoret dr KK 😆😆😆
2022-09-11
2