setelah Liana melangkah beberapa langkah tiba-tiba langkahnya terhenti kala, Rendy menarik pergelangan tangan Liana dengan kencang! hingga membuat tubuh langsingnya terseret hingga mendarat di pelukan laki-laki yang kini bersetatus sebagai suaminya itu.
Dengan sigap Liana segera melepaskan diri dari pelukan sang suami! Ken yang baru tiba di ruangan itu hanya tersenyum geli.
"Sekarang, sudah malam. Pulangnya besok aja," ucap Rendy dengan tenang masih memegang pergelangan Liana dengan erat.
Rendy tidak mungkin membiarkan seorang wanita keluar selarut ini, apalagi wanita itu adalah istrinya. Walaupun mereka menikah tanpa rencana bahkan bertemu saja belum pernah.
"Saya, harus pulang. Orang tua saya pasti sedang menunggu saya di rumah." ucap Liana.
Tidak mungkin Liana tidak pulang malam ini, karena jika ia tidak pulang, orang tuanya pasti murka terhadapnya.
Apalagi orang yang menikahinya bukanlah orang sembarangan, banyak media di acara pernikahan yang baru digelar beberapa jam lalu. Pastinya orang tuanya sudah melihat pernikahannya di televisi.
"Besok aja. saya yang akan mengantarkan kamu pulang," timpal Ken.
"Tidak, saya harus pulang. saya harus menjelaskan semua ini pada orang tua saya. saya tidak mau jadi anak durhaka," Jawab Liana dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
satu tangan Liana dipegang oleh, Rendy dan yang satunya lagi dipegang oleh, Kendra. Mereka berdua sama-sama menahan Liana agar tetap tinggal di kamar hotel yang sudah disediakan.
Tak terasa air mata Liana mengalir begitu saja. Dua lelaki yang tadi memaksanya untuk menikah dan kini kembali memaksanya untuk tetap berada di tempat itu.
Hening tak ada satu katapun dari ketiganya. Mereka tetap pada posisinya masing-masing, sedangkan Liana, terus menangis bukan hanya menangisi nasibnya yang tiba-tiba berubah menjadi rumit namun juga orang tuanya yang akan marah besar karena keputusannya menikah tanpa restu mereka.
Beberapa menit berlalu, tak ada pergerakan dari mereka. Rendy menggelengkan kepalanya, dan mulai membuka suara, "Baiklah. Sebagai suami, saya akan mengantar kamu pulang."
Ken tersenyum bahagia, ia sampai lupa kalau dari tadi ia masih menggenggam tangan Liana. Ken segera melepaskan genggamannya dari tangan Liana!
"Yasudah. Cepat berangkat, nanti keburu pagi," ucap Kendra, seraya nepuk bahu, Rendy dengan sedikit kencang.
"Awwh." Rendy, meringis kesakitan. Lalu ia menghajar perut, Ken pelan.
Kakak beradik walau tak kandungan itu memang sangat dekat, Rendy tak pernah membedakan antara ia dan Ken. Saking dekatnya Rendy memilih Ken, untuk menjadi adik sekaligus asisten pribadinya.
Liana yang melihat kelakuan dua laki-laki didepannya bak anak kecil, langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sesuatu apapun.
Ken dan Rendy melihat Liana sudah tidak ada di tempat langsung menghentikan pertengkarannya, Rendy segera berlari ke luar untuk mengejar Liana!
"Tunggu ... !" Teriak Rendy pada Liana, "ah. Kenapa aku lupa sama namanya," rutuk Rendy.
Entah kenapa Rendy lupa sama nama istrinya sendiri, mungkin karena tak adanya perkenalan diantara mereka membuat Rendy kesulitan mengingat nama wanita yang kini bersetatus sebagai istrinya itu, padahal baru beberapa jam yang lalu ia menyebut namanya.
"Hey, kamu mahluk tuhan, istriku." Rendy terus berteriak sambil berjalan cepat untuk mensejajarkan langkahnya dengan Liana.
Setelah sampai disamping, Liana dan mensejajarkan langkahnya, Rendy menggenggam tangan Liana dengan erat!
Liana terus berjalan seolah tak ada yang membersamainya saat ini, bahkan pegangan tangan, Rendy tak ia hiraukan.
"Maaf," ucap, Rendy lirih sambil terus berjalan mengikuti kemana langkah Liana.
Liana terus menutup mulut, enggan berucap sepatah katapun.
"Mobilnya, di sebelah sini!" ucap Rendy. Tanpa basa-basi ia menarik tentang Liana hingga, Liana sedikit terseret oleh Rendy.
Saat sudah berada dalam mobil, Liana mendelik kearah, Rendy seakan mengisyaratkan kalau ia tidak suka dengan perlakuan Rendy kepadanya.
Saat Liana terlihat emosi, justru Rendy bersikap biasa saja seolah tidak ada apapun yang terjadi.
Rendy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang! setelah melaju sekitar sepuluh menit Rendy tidak tahu kemana arah mobilnya akan mengantarkan istrinya itu.
"Dimana alamat rumahmu mahluk tuhan?" Dengan santainya, Rendy menanyakan alamat rumah sang istri.
"Lurus aja, di depan belok kiri nanti pas pertigaan belok kanan lalu masuk gang pertama, rumah no 12 cat warna putih. Ingat nama saya Liana, bukan makhluk tuhan," jelas Liana ditel.
Rendy tersenyum lalu mengangguk.
Hening tak ada pembicaraan sepatah katapun. Setelah tiga puluh menit mencari alamat mertuanya, akhirnya Rendy sampai ditempat tujuan.
Rendy segera memarkirkan mobilnya di halaman rumah yang terlihat biasa saja, tidak mewah namun sepertinya nyaman untuk dihuni.
Setelah mobil benar-benar berhenti, Liana segera berlari menuju pintu depan rumahnya! terlihat kedua orang tuanya sedang duduk di ruang tamu, mungkin mereka sedang menunggunya.
"Ayah, Ibu. Maafkan aku." Liana berlutut dihadapan orang tuanya! meminta maaf atas apa yang sudah terjadi beberapa jam lalu.
"Untuk apa minta maaf, Liana? Bapak dan Ibu sudah terlanjur kecewa atas sikapmu yang tidak mengakui kami. Bahkan kamu menganggap kami sudah tiada dengan mengganti wali dengan wali hakim." Ayah Liana mengutarakan kekecewaan yang mereka rasakan saat ini.
Liana masih berjongkok dihadapan ibunya dengan tangan diletakkan di atas lutut sang ibu dan kepala ia sandarkan diatas punggung tangannya.
Liana menangis sampai tersedu, "Maaf."
Rendy yang dari tadi hanya berdiri di depan pintu, kini ia masuk kedalam rumah tanpa izin yang punya!
"Maaf, Pak. maaf Bu. Semua ini salah saya. Saya bersedia melakukan apapun untuk menebus kesalahan yang saya buat, tapi saya mohon Ibu dan Bapak jangan marah apalagi membenci, Liana," jelas Rendy yang merasa kasihan melihat Liana terpojokkan.
Ayah dan ibunya Liana menatap Rendy dengan pandangan kecewa dan sedih.
"Kamu terlihat seperti bukan orang biasa, kenapa kamu melakukan semua ini pada kami. Apa salah kami?" ucap Herdiawan ayahnya Liana. Sedangkan Ratih, Ibunya Liana hanya diam tak kuasa menahan tangisnya.
"Jika Ibu dan Bapak ingin menghukum saya, silahkan tapi jangan hukum Liana. Dia tidak bersalah, saya yang memaksanya untuk menikah dengan saya." jelas, Rendy.
"Tapi kenapa kamu memaksa anak kami?" tanya Ratih dengan air mata yang terus mengalir.
Rendy mulai menceritakan semua yang terjadi, dari awal sampai akhirnya mereka menikah.
Sedangkan, Liana masih tetap pada posisinya, ia masih bersimpuh pada ibunya dengan tangis yang tak henti. Memohon maaf kepada kedua orang tuanya.
Herdiawan menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan, mencoba menenangkan dirinya sendiri agar tidak sampai menyakiti hati putrinya.
"Nasi sudah menjadi bubur, mau bagai mana lagi, toh semua sudah terjadi. Tinggal Ibu dan Bapak menanggung malu karena punya anak perempuan tiba-tiba menikah tanpa restu orang tua," ucap Ratih lalu beranjak dari duduknya meninggalkan semua orang bahkan Liana yang masih duduk dilantai tak dihiraukan olehnya.
Melihat sikap sang istri, Herdiawan mengusap bahu putrinya! "kamu pasti capek, Nak. sudah istirahat sana." Herdiawan langsung menyusul Ratih ke kamar!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Lina Lina
mak jgn lama2 marahnya kasihan anaknya tuh
2022-09-11
2
Lina Lina
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-09-11
0
Lina Lina
😅😅😅
2022-09-11
0