‘’Mau kemana kamu malam-malam begini?’’ Ternyata pria itu adalah Rayn. Vio tidak menjawab, hanya menatap Rayn sesaat sebelum meneruskan langkahnya lagi.
‘’Mau kemana? Aku antar!!" Rayn menarik tangan Vio menuju mobilnya. Vio sama sekali tidak memprotes dan hanya menurut saja. Di perjalan Rayn sesekali melihat wajah sembab Vio. Pria itu begitu kepo tapi terlalu segan untuk langsung bertanya.
Rayn mengerutkan keningnya saat melihat Vio kembali dengan membawa sebingkai foto. Vio memeluk foto itu terbalik, yang terpampang hanyalah bagian belakang bingkai foto. Entah foto apa itu, Rayn tidak bisa melihatnya.
‘’Terimakasih.’’ Vio turun dari mobil Rayn. Tadinya Rayn ingin bertanya apa wanita itu tinggal di apartemen ini, karena kebetulan Rayn juga tinggal di apartemen ini. Tapi kembali mengurungkan niatnya saat melihat Vio yang buru-buru turun dari mobilnya.
Di unit apartemennya, Rayn belum bisa memejamkan matanya. Beberapa kali dia berputar-putar diatas ranjang tapi kantuk belum kunjung menghampirinya. Pikirannya juga tidak bisa lepas dari Vio.
Ya, Rayn begitu kepo tentang apa yang terjadi pada Vio, juga begitu penasaran tentang bingkai foto yang terus dipeluk Vio.
‘’Apa yang terjadi padanya, kenapa dia menangis, foto apa itu?’’ Pertanyaan pertanyaan itu terus berputar di otak Rayn.
‘’Ah kenapa aku jadi memikirkannya sih?’’ Dengan asal Rayn mengambil selimut dan menutupi seluruh tubuhnya.
Sedang di unit lain Vio masih menangis. Sungguh malam ini kenangannya bersama Kevin kembali berputar-putar di pikirannya.
‘’Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kenapa kamu meninggalkanku secepat ini?’’ tanyanya masih menangis sambil mengelus bingkai foto Kevin.
Tisu berserakan dimana-mana. Sakit sekali rasanya saat seseorang yang sangat dicintai pergi untuk selamanya. Bahkan sering kali Vio berpikir lebih baik Kevin berselingkuh dan pergi meninggalkannya, setidaknya dengan begitu dia masih bisa melihat walaupun nanti akan membenci Kevin.
Pagi ini entah apa yang terjadi pada si pria buaya darat. Rayn duduk di lobby apartemen dengan ditemani satu cup coffee.Pria itu sedang menunggu Vio.
Sesekali dia melirik sekelilingnya lalu melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir jam 9 pagi. Kenapa Vio belum muncul juga, apa Vio tidak ke kantor hari ini? tanyanya pada diri sendiri lalu berdiri dan memutuskan untuk ke kantor tanpa menunggu Vio lagi.
Sementara di kantornya Vio sudah terlihat sibuk. Tadi dia memutuskan untuk menggunakan tangga darurat makanya Rayn sama sekali tidak melihatnya.
‘’Sok sibuk banget sih, mentang-mentang dapat dukungan dari pak Ceo sombongnya jadi nggak ketulungan,’’ sindir satu designer yang tidak menyukai Vio.
Di perusahaan itu ada dua tim designer satunya dipimpin Vio dan satunya lagi di pimpin Nindy.
Nindy selalu iri pada Vio pasalnya Nindy yang lebih dulu bekerja di perusahaan itu tapi para petinggi perusahaan hanya selalu mendukung Vio.
Untuk apapun selalu saja Vio yang di nomor satukan.
Seperti fashion show kali ini, Nindy sangat marah saat tau pakaian rancangan Vio yang dijadikan superstar bagi para petinggi sedangkan pakaian yang dirancangnya hanya digunakan sebagai pemanis saja.
‘’Masih pagi udah iri aja sih,’’ sindir Sabila yang datang tiba-tiba. Sabila bebas keluar masuk karena dasarnya perusahaan itu adalah perusahaan milik keluarganya. Si pak Ceo adalah papanya Sabila.
‘’Makanya skillnya diasah dong, jangan iri mulu.’’ Sabila sambil mengeluarkan kotak makanan yang dibawanya untuk Vio. Nindy pergi dengan perasaan kesalnya. ‘’Dua-duanya sama aja, sama-sama menyebalkan,’’ gerutu Nindy.
‘’Mmbbleee.’’ Sabila malah meledek dengan menjulurkan lidahnya. ‘’Dasar keong racun hati hitam.’’
Viona tertawa saja mendengar julukan Sabila pada Nindy. ‘’Keong racun hati hitam?’’ ulang Vio.
‘’Hhmm. Sama-sama hama soalnya.’’
‘’Hati hitamnya?’’
‘’Orang yang suka iri hati emang hatinya apa kalau bukan hitam?’’
Vio kembali tertawa. Setelah itu dia mengalihkan tatapannya pada beberapa sandwich dan jus yang dibawa Sabila. ‘’Tumben nganterin sarapan’’ tanya Vio sembari melahap makanan itu.
‘’Iya dong sengaja biar kamu nggak busung lapar,’’ ledek Sabila lalu mendekatkan wajahnya pada Vio. Mengamati mata Vio yang masih terlihat sembab.
‘’Kamu nangis?’’
Vio diam. Sabila pun mengerti. Dulu,seberat apapun masalah Vio, tak pernah sekalipun Sabila melihatnya menangis. Tapi setelah kepergian Kevin, Vio menjadi sering menangis.
Di tahun pertama kepergian Kevin, hampir setiap hari Sabila melihat Vio menangis. Bahkan untuk keluar kamar pun Vio enggan. Syukurlah, dua tahun terakhir Vio mulai bangkit dari keterpurukannya. Wanita itu kembali menjalani hari seperti biasanya. Dalam hatinya Sabila berharap agar Vio segera bertemu dengan seseorang yang akan membuatnya bahagia, seorang pria yang akan menjaga Vio dan mengganti nama Kevin dihati Vio.
‘’Eh nanti siang anak-anak pada ngajakin ketemuan tuh.’’ Sabila mengalihkan, karena tak mau bikin Vio sedih lagi. Tapi, bukan berarti ucapannya tidak benar. Teman SMA mereka memang sempat kontak Sabila dan mengajak Sabila untuk makan siang bersama. Mereka juga mengingatkan Sabila agar membawa serta Vio, si wanita sibuk yang sangat susah diajak ketemuan.
‘’Nggak ada penolakan nanti jam 12 aku jemput dan aku janji akan menemanimu mencari kain yang kau bilang susah itu.’’
Vio malah berdecak. Dia jelas tidak percaya pada omong kosong Sabila itu. Mana mau Sabila pergi ke desa kecil tanpa signal? Sabila bahkan tidak bisa hidup sehari saja tanpa benda pipih berlogo apel yang digigit setengah itu.
*****
Di cafe Vio tidak sengaja melihat Rayn yang sedang menikmati makan siangnya bersama seorang wanita.
‘’Dasar player!’’ Vio menatap tidak suka pada Rayn. Tiba-tiba, wanita lain menghampiri. Vio hanya bisa menggeleng, melihat dua wanita itu saling berdebat dan menjambak untuk memperebutkan Rayn. Lucunya, yang diperebutkan malah tidak peduli dan hanya santai menikmati makan siangnya.
‘’Vi bukannya itu cowok yang waktu itu kita lihat ya?’’ tunjuk Sabila. Vio hanya mengangguk pelan.
Rayn memicingkan matanya, saat melihat sosok yang dari semalam mengganggu pikirannya. Pria itu memutuskan mendekat saat yakin sosok yang dilihatnya benar-benar Vio.
‘’Hai.’’ Vio dan teman-temannya refleks melihat ke sumber suara. Dua wanita yang tadi bertengkar langsung menatap Vio dengan tatapan kesal dan langsung berlalu keluar begitu saja, sesaat setelah Rayn meminta mereka keluar.
‘’Oh Tuhan ganteng banget. Dia Rayn Kennard ‘kan? Ada hubungan apa dia dan Vio?’’
Teman-teman Vio heboh, merasa tidak percaya bisa bertemu langsung dengan seorang Rayn Kennard yang begitu banyak digilai kaum hawa berkat wajah dan kekayaannya.
‘’Bisa gabung nggak?’’ tanya Rayn. Vio hanya diam sedang teman-temannya langsung menyuruh Rayn duduk.
Bukannya duduk di tempat kosong, Rayn malah duduk dan memepet Vio. Pria itu hanya tersenyum melihat Vio yang sudah melotot kesal.
Bersambung.....
Dukung author dengan vote, kirim bunga atau kopi dan jangan lupa like, komen dan dijadikan favorit ya😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
dyz_be
Penasaran berlanjut 😁😁
2022-09-27
1
April
Baru sempat baca lagi setelah sekian lama. Sibuk masa 2 raya.
2022-05-09
1
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Kalau Ry sll dpt pertanyaan Kapan Nikah Ry? Ama emak2 komplek perumahan
2022-03-19
1