Rayn mengangguk puas melihat semua desain pakaian. Tiba-tiba kakinya terhenti, pria itu segera memutar badannya dan mendekat pada satu desain yang menarik perhatiannya. Itu adalah wedding dress.
Sepertinya desain itu cukup istimewa, karena menjadi satu-satunya desain yang diletakan di lemari kaca. Kelihatannya sederhana, tapi satu yang menarik perhatian Rayan, wedding dress itu ditaburi pasir berwarna putih. Seperti ada kisah dibalik pembuatannya.
Rayn tersenyum sambil mengamati. Melihat sekeliling, bertanya pada Karin yang kebetulan juga berada di ruangan itu.
‘’Apa saya bisa bertemu dengan perancangnya?’’ Rayn sedikit antusias. Karin mengangguk dengan sopan dan memanggil Vio yang sekarang sudah duduk di kursi kerjanya.
‘’Aku memintamu untuk memanggil perancangnya bukan ketua tim kalian,’’ protes Rayn pada Karin. Karin pun tersenyum sambil mengangguk sopan pada Rayn, sedang Vio hanya memutar malas bola matanya. Rasanya sungguh tak nyaman terus-terusan melihat pria brengsek itu.
‘’Maaf pak, tapi pakaian itu memang dirancang oleh mbak Vio.’’
Rayn memandang Vio dengan tatapan tak percayanya. Bagaimana bisa wanita seperti Vio membuat rancangan yang begitu menarik.
Tak percaya. Rayn menggeleng kepalanya lalu tertawa, berpikir Karin sedang mengerjainya. Sementara, kedua wanita itu mengerutkan kening bingung dengan Rayn yang tiba-tiba tertawa.
‘’Jangan membohongiku mana mungkin wanita sepertinya bisa membuat pakaian yang menarik seperti ini.’’
Rayn masih terus tertawa, Vio mulai memandangnya dengan wajah tak bersahabat. Kalau tidak mengingat Rayn akan berinvestasi di perusahaan mereka pasti dari tadi Vio sudah memaki, menendang atau menampar Rayn agar pria itu bersikap lebih sopan padanya.
*****
‘’Ayo kuantar pulang,’’ tawar Rayn saat melihat Vio menunggu taxi. Hari ini Vio memang tidak bawa mobil, karena mobilnya tiba-tiba mogok dan harus menginap beberapa hari di bengkel.
Vio melirik malas pada Rayn tanpa mau membalas ucapan pria itu. Tidak lama taxi yang dipesannya sampai. Dengan cepat Vio masuk kedalam taxi bahkan tanpa mengatakan sepatah katapun pada Rayn yang masih berdiri setia disampingnya.
‘’Wanita yang menarik.’’ Rayn tersenyum melihat taxi yang dinaiki Vio. Tiba-tiba seorang wanita berlari dan langsung memeluknya.
"Sayang aku kangen.’’ Rayn menatap wanita itu dengan bingung. Di bahkan tidak ingat namanya siapa. Ah masa bodohlah siapa namanya yang penting dia pacarku, pikir Rayn lalu menarik wanita itu masuk ke mobilnya. Membawanya ke apartemen dan kalian taulah apa yang mereka lakukan di apartemen😉
Sementara itu Vio baru sampai di apartemennya, dengan perasaan senangnya Vio berlari ke kamarnya. ‘’Bae aku pula -’’ ucapannya terhenti saat melihat tidak ada lagi bingkai yang tergantung di dinding kamarnya.
Vio menjadi gelisah. Tasnya dilepas begitu saja. Wanita itu menggeledah kamarnya. Mulai dari ranjang, kolong ranjang, lemari, kolong lemari, sudut-sudut ruangan, balkon bahkan sampai ke area bathroom.
Rambutnya diusap kasar. Dia menggigit kuku jempolnya. Mencoba mengingat kira-kira dimana dia meletakan bingkai foto itu.
‘’Dimana sih?’’ Seingatnya, dia memang sempat mencopot bingkai foto itu, tapi hanya untuk membersihkannya dan setelah itu dia menggantungnya lagi.
Vio pun teringat akan keluarganya, yang tadi pagi sempat datang ke apartemennya. Vio ingin bertanya, siapa tau mereka sempat melihat atau mungkin mereka tidak sengaja memindahkan bingkai foto itu.
‘’Hallo ma, apa mama lihat foto Kevin di kamarku?’’ Vio menggigit bibir bawahnya. Suaranya mulai bergetar, mencoba menahan tangis. Mamanya memberitahu, kalau sudah membuang foto Kevin. Kesal dan sedih bercampur menjadi satu. Vio rasa mamanya sama sekali tak mengerti dengan perasaannya.
‘’Mama hanya nggak mau kamu terus mengingatnya. Sudah hampir 5 tahun Vi dan kamu masih belum melupakannya,’’ ucap mamanya lembut. Paruh baya itu hanya tidak mau, Viona terus terperangkap pada masa lalu.
‘’Mama tega tau nggak!? Kenapa sih kalian nggak pernah ngertiin perasaanku? Kalian bahkan tidak tau apa yang kualami dan seenaknya menyuruhku untuk melupakannya!!’’ Vio sesenggukan. Sakit rasanya mengingat Kevin yang tidak bisa lagi dia lihat, tidak bisa lagi dia peluk. Dan sekarang? Orang terdekatnya seakan menyepelehkan rasa sakit itu.
‘’Melupakan nggak segampang itu ma. Aku bukannya nggak berusaha. Sakit ma, sakit banget tiap kali ingat Kevin nggak disini lagi. Jadi tolong jangan paksa aku.’’ Suara Vio mulai melemah. Air mata menetes dengan begitu derasnya. Kehilangan Kevin adalah satu hal paling menyedihkan dalam hidupnya. Untung saja, dia masih bisa mempertahankan kewarasannya.
Flashback
Vio dan kekasihnya Kevin berpacaran selama 4 tahun keduanya sudah berencana menikah. Kevin juga sudah melamarnya bahkan tanpa persetujuan dari mamanya pun Kevin tetap bersikeras untuk menikahi Vio yang memang sangat dicintainya.
Tepat seminggu sebelum pernikahan, Kevin menelponnya dan mengatakan akan membawanya jalan-jalan. Vio tidak menolak dan langsung mengiyakan.
Ke pantai hingga ke taman bermain. Hari itu Kevin benar-benar menemani Vio seharian full.
Kevin adalah pria yang baik, pacar yang baik dan selalu ngertiin Vio.
Tapi satu hal yang disesali Vio, harusnya malam itu dia tidak memaksa dan merengek untuk dibelikan ice cream.
Dari jalan sebelah Vio tersenyum melihat Kevin berteriak padanya dengan membawa 2 cup ice cream di tangannya. Da tersenyum melihat Kevin yang tersenyum berjalan setengah berlari menghampirinya.
Tiba-tiba Vio berteriak histeris dan disaat yang sama dia melihat tubuh Kevin yang sudah terbaring di tengah jalan dengan begitu banyak darah yang mengalir keluar dari kepalanya.
Dengan tubuh yang bergetar Vio berlari menghampiri Kevin.
‘’Bae bertahanlah.’’ Vio sudah menangis tersedu-sedu. Tidak tau harus melakukan apa selain berteriak meminta tolong. Saat itu, untung saja seorang pria datang menghampiri dan yang bikin Vio sedikit legah, pria itu ternyata adalah seorang dokter.
Dengan air mata yang terus menetes, Vio memperhatikan wajah kekasihnya sambil berdoa dalam hati, berharap tidak akan terjadi apa-apa pada Kevin.
Semula keadaan Kevin sempat membaik tapi tidak tau kenapa tiba-tiba Kevin dinyatakan meninggal. Vio hanya bisa menangis. Hatinya begitu sakit bahkan disaat terakhir pun Vio sama sekali tidak bisa melihat wajah Kevin.
Flashback end
Viona memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit. Sebenarnya dia sama sekali tidak ingat kejadian itu dan hanya tahu dari orang tuanya. Bahkan orang tuanyalah yang mengatakan kronologi tentang kejadian malam itu padanya.
Sekeras apapun Vio berusaha tetap saja dia tidak bisa mengingatnya bahkan kepalanya akan terasa sangat sakit seperti akan pecah saat dia berusaha mengingat kejadian itu. Jadilah selama ini dia meyakini apa yang orang tuanya katakan.
Sebelumnya Vio pingsan saat mendengar Kevin meninggal dan setelah bangun Vio sama sekali tidak ingat kejadian malam itu. Kata dokter Vio mengalami amnesia disosiatif. Pelan-pelan orang tua memberitahukannya tentang kematian Kevin tapi tidak memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.
Mamapun menjadi tidak tega dan berjanji akan mengembalikan foto itu pagi nanti karena foto itu dibawa pulang kerumah besar mereka. Vio menolak, bersikeras mengambilnya malam itu juga.
Dia berlari kencang dan tanpa sengaja tubuhnya menabrak seseorang. Menunduk dan meminta maaf tanpa melihat wajah dari pria yang ditabraknya. Berniat meneruskan langkahnya tapi tangannya sudah dicekal.
Bersambung....
Catatan: Amnesia disosiatif terjadi ketika seseorang memblokir informasi tertentu. Biasanya berupa kejadian yang berhubungan dengan trauma psikologis atau stres. Hal ini membuat dirinya tidak mampu mengingat poin-poin informasi yang sebenarnya penting. (sumber: google)
Otor : yang sabar ya Vi semoga waktu bisa membuatmu melupakannya
Disini ada nggak yang punya pengalaman seperti Vio? #Otorbukasesicurhat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
dyz_be
Wow wow
Kemarin menghina, sekarang penasaran 😎😎
2022-09-27
1
April
Seruuu
2022-04-30
1
Ira Wahyuni
lajut thor...
2022-04-22
2